Sebuah penawaran

728 50 3
                                    

Karawang, 4 Maret 2019

***

Aku tak mau, bukan karna aku tak menyukaimu bahkan setelah rasa ini mengurungku dalam sebuah ruang bernama rindu.

Aku tak mau, karna aku tak pernah siap kehilanganmu.

***

Berbagai rasa bisa menjelma menjadi sebuah luka yang bahkan tak bisa disembuhkan bahagia, tak bisa disamarkan senyum, tak bisa di tangkis waktu. Angin bisa menembus ruang, bisa menyapu debu, bisa menggerakan awan, namun tak bisa menghilangkan rasa. Cahaya bisa menyinari ruang, bisa menghangatkan asa, namun tak bisa terangi jurang yang tertutup kabut pilu.

Ketakutan bisa di tangkis, namun bisa muncul kapan saja hatimu melemah. Dalam tubuhnya yang kini terbaring di ranjang besar itu pikiranya melayang pada kejadian sore tadi di mobil saat ia menuju rumah selepas pulang dari kediaman klienya. Sebuah penawaran yang mungkin bisa membuat pekerjaanya lebih ringan, namun juga berkemungkinan besar membuatnya kembali terluka.

Flashback On.

Mobil itu berhenti tepat di depan rumah yang sedari tadi Salsa tuju. Ia hendak keluar dari mobil namun Teo menarik tanganya untuk tidak beranjak.

Salsa menoleh"Apa?"tanyanya lalu melepaskan tanganya dari genggaman Teo."Gue udah gak takut lagi kok, lagi pula ini kan udah sampe rumah."

Teo menggeleng."Bukan itu."

Salsa menaikan kedua alisnya."Terus?"

"Gue punya penawaran bagus buat lo."ucapnya.

"Hah?"

Teo tersenyum miring."Gue bisa bantu lo dalam kasus ini tapi itu gak geratis."

"Lo minta bayaran, duit gak berguna kali di alam gaib."timpal Salsa.

"Gue gak minta duit kok."

"Terua lo mau apa?"

"Kalo gue berhasil bantuin lo dan mengungkap kebenaran dalam kasus Mira, lo harus mau jadi pacar gue selama tiga bulan."ucapnya dengan penuh percaya diri.

Salsa tertegun.

Beberapa saat Salsa berpikir, mungkin akan lebih mudah baginya jika Teo ikut mengambil andil dalam kasus ini. Tapi tidak mungkin juga jika ia harus berpacaran dengan Teo, ia tak mau terjatuh untuk yang kedua kalinya."Gak, tiga bulan lama banget. Jangankan tiga bulan sejam aja gue ogah."jawabnya ketus.

"Bener?"tanya Teo sambil tersenyum seraya memainkan kedua alis tebalnya.

Salsa mendelik."Iya, lagi pula gue yakin kok gue bisa menangin kasus ini tanpa bantuan lo."

"Terus lo mau minta bantuan siapa?"

"Gue bisa minta bantuan polisi kok."

"Oke tapi jangan nyesel ya."

"Gak akan."Salsa membuang muka, lalu segera keluar dari mobil dan masuk ke rumahnya.

Flashback Off

Alsan terbesar bagi Salsa bukan karna ia inigin mengabaikan Teo, baginya Teo bahkan lebih penting dari pada bantuan apapun. Namun ia hanya tak mau menjalani sesuatu yang nyata namun nyatanya hanyalah sebuah semu. Ia tahu Teo masih menyukainya dan ia pun sama, namun apa yang bisa dilakukannya kala dimensi memisahkan mereka dalam jarak yang bahkan tak dapat mereka ukur.

Salsa tak mau jika nanti Teo berhasil membantunya dan ia harus menjadi pacar pria itu. Lalu perasaan lama yang telah ia kubur mati matian kembali naik ke permukaan. Salsa hanya takut, takut bahwa ia tak bisa memebendung perasaanya sendiri. Juga tak pernah siap untuk kemungkinan terburuk, dan kehilangan untuk kedua kalinya. Menolak Teo mungkin adalah keputusan terbaik, agar ia tak semakin dalam terhanyut dalam rasanya sendiri.

My Boyfriend is a GhostWhere stories live. Discover now