54 - The Truth (2)

2.3K 163 11
                                    

-Happy Reading-

-----

Ivankov terdiam menatap kosong pada gelas kosong yang tadinya terisi penuh oleh cairan brandy favoritnya. Tenggorokannya terasa sangat kering dan panas disaat yang bersamaan. Ivankov tahu dia masih haus akan sesuatu, menginginkan sesuatu yang sebentar lagi akan dia raih dalam kurun waktu dekat. Dilihatnya foto perempuan yang berada di genggaman tangan kirinya. Benaknya bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah salah bahwa mencintai seseorang terlalu berlebihan? Tetapi perasaan cintanya bukan main-main, dia tulus mencintai wanita itu segenap hatinya.

Tiba-tiba hatinya terasa sakit. Ivankov meletakkan foto kenangan itu dadanya yang terasa sangat amat nyeri, andai saja dia bisa melihat senyuman cantiknya itu secara nyata betapa bahagianya Ivankov dibuat olehnya.

Berbicara mengenai senyuman indah, memang benar wanita itu mewariskan senyuman indahnya pada darah dagingnya. Pada putri tunggalnya. Namun juga merupakan darah daging pria brengsek yang merengut orang yang dicintainya.

"Rufus...." Ucapnya lirih, entah berbicara pada siapa, tatapannya kosong seakan mendambakan sesuatu yang sudah sirna, "Kau berjanji untuk melindunginya, namun kau sendiri yang membuatnya terbunuh. Kau menghancurkan hal terindah yang ada di dunia ini."

Terdengar pintu yang diketuk, Ivankov menatap kosong kearah datangnya suara tersebut. Merasa bahwa dirinya sedang diganggu, kemudian muncul sosok perempuan dengan mata merah yang menatapnya dengan amarah yang membara.

"Ada apa?" Ivankov menatap wajah Chiara yang benar-benar jelek karena terlalu banyak menangis.

"Aku sudah melakukan apa yang kau minta."

Ivankov mengerutkan keningnya, kemudian duduk dan memalingkan wajahnya, "Apa maksudmu?"

"Draco," ucapnya tegas, "Aku sudah mencoba membujuknya, aku tidak bisa."

"Maka kau harus mencobanya lagi."

"Tidak." Sahutnya spontan, membuat Ivankov menatapnya tajam.

"Apa maumu?"

Dengan perasaan yang bercampur aduk Chiara menghadap laki-laki brengsek itu dengan tatapan mengancam, dia benar-benar merasa marah, sedih dan putus asa disaat yang bersamaan.

Chiara menyadari bahwa tidak ada yang benar dalam semua tindakannya ini. Yang dia inginkan hanyalah pengakuan cinta dan dicintai oleh seseorang dengan tulus. Bukan perasaan ini yang dia minta.

"Dimana Ayahku?"

"Kau tahu jawabannya. Kau bisa bertemu dengannya kalau kau berhasil mendapatkan kembali hati Draco. Kau bilang kau tidak bisa? Maka kau tidak akan bertemu dengan Ayahmu lagi."

"Ivankov!" teriaknya nyaring, membuat seisi ruangan dipenuhi oleh suara amarahnya, "Selama ini aku selalu menuruti perkataanmu, aku melakukan semua yang kau mau dan kau butuhkan. Sejak awal aku tahu kau tidak mencintaiku, tapi bodohnya aku selalu berpikir bahwa aku dapat merubahmu. Dan sekarang...." Chiara menghapus air matanya dengan cepat, "Yang aku inginkan hanyalah bertemu dengan Ayahku sendiri, demi Tuhan dia sekarat dan aku ingin bertemu dengannya!"

"Oh my," Ivankov mengusap wajahnya kesal, Chiara selalu saja seperti ini bila sedang emosinya meluap, bertindak seenak jidatnya dan membuat Ivankov geram disaat yang tidak tepat, "Kau benar-benar sinting ya?" Ivankov beranjak berdiri dan mendekati Chiara, "Berapa kali harus aku katakan? Ayahmu akan baik-baik saja kalau kau selalu mematuhi perintahku!"

"Persetan dengan perintahmu! Kau selalu menipuku!" bentaknya membuat Ivankov geram.

"Kau menentangku?"

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang