8 - First Kiss

10.8K 594 6
                                    

-Happy Reading-
-----


Ketika aku sudah tiba di rumah sakit dan bertanya kepada suster dimana pasien yang sedang aku cari ini, secepat kilat aku berlari menuju ruangan tempat Arber di rawat sekarang. Oh bagaimana kalau keadaannya sangat buruk? Aku benar-benar tidak akan memaafkan diriku karena sudah membiarkannya pergi sendirian. Seharusnya aku pergi bersamanya, maka kejadian seperti ini tidak akan terjadi.

Aku memutar knob pintu, berdoa dalam hati agar orang yang ada di dalam ruangan ini kondisinya tidak mengenaskan. Terlihat sosok gadis berambut pirang yang tidak asing bagiku sedang terbaring di tempat tidur.

"Yo!" Gadis tersebut mengangkat satu tangannya dengan senyuman menggelikan di wajahnya.

Aku berjalan mendekat kepadanya, memperhatikan Arber dari ujung rambut hingga ujung kaki. Membuka selimutnya untuk memastikan apakah kakinya masih lengkap. Oh ya, kakinya masih lengkap. Hanya saja terdapat perban di kepalanya seperti baru dihantam oleh seseorang dengan keras. "Oh my God. Untung kau masih hidup! Seluruh bagian tubuhmu juga masih utuh, terimakasih Tuhan."

Arber memanyunkan bibirnya kedepan. Oh apakah aku salah kata?

"Shura, aku baru saja di rampok dan di tusuk. Bukan di jagal!"

Aku meringis kepadanya, beranjak duduk di samping Arber dan seketika terdengar langkah kaki di belakang tubuhku. Itu pasti Draco, baunya tidak asing. Maksudku aroma parfume miliknya itu.

Arber sedikit terkejut melihat kehadiran Draco yang tiba-tiba. Aku yakin setelah ini pasti dia akan menayakan ratusan pertanyaan tentang asal-usul kenapa Draco bisa disini—sekarang. Bersamaku.

"Kenapa ada bidadara Calvin Klein disini? Kau kesini bersamanya? Wah, wajahmu semakin garang atau hanya perasaanku saja? Apa dia menginap di rumahmu, Shura? Kakakmu tahu soal ini? Apa dia tidak marah melihatmu bersama Draco?"

Yap. Benar dugaanku, pertanyaan yang keluar dari mulutnya sepanjang rel kereta api.

Draco tersenyum ramah, melambaikan tangannya sebagai tanda untuk menyapa Arber dan berdiri dengan tangan terlipat di dada tepat di sebelahku.

"Oh percayalah Arber, ceritanya sangat panjang dan agak susah dijelaskan seperti perjalanan cintamu yang rumit, akan kuceritakan nanti saja. Untuk saat ini coba ceritakan padaku tentang apa yang terjadi padamu ini."

Arber mengedikkan bahunya, lalu membenarkan posisi badannya. "Aku sangat yakin kau sudah tahu apa yang terjadi, Shura. Aku yakin kau sudah melihatnya dengan jelas."

Memang benar apa yang dikatakan olehnya, aku sudah melihatnya. Namun aku tidak tahu ceritanya secara detail.

"Aku hanya melihat saat kau berlari di lorong itu, seseorang mengejarmu lalu kau tertusuk dan barang-barang berhargamu di ambil."

Arber mengangguk lalu menghembuskan nafasnya dengan berat. "Itu terjadi sekitar jam tujuh malam tadi. Aku hanya iseng memasuki bangunan kosong, lorong dan semacamnya. Entahlah kenapa aku sangat nekat padahal hari sudah malam dan aku sendirian. Pikirku itu masih jam tujuh, pasti masih banyak orang yang berlalu-lalang. Namun aku salah, disana sangat sepi. Hampir tidak ada orang yang lewat.

Arber mengambil nafas dan menatapku dengan sedih. "Dapat aku akui bahwa tadi itu termasuk salah satu olahraga sport jantung yang paling efektif. Aku kira aku akan mati jantungan karena takut tidak karuan. Sepertinya tidak ada yang akan menolongku, tapi ternyata aku terbangun dan tiba-tiba sudah berada di rumah sakit. Suster berkata bahwa seorang pejalan kaki tidak sengaja lewat dan melihatku terkapar di tanah lalu segera menghubungi ambulan,"

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Where stories live. Discover now