10 - Punishment

8.9K 586 39
                                    

-Happy Reading-
-----

Kesunyian menyelimuti kamarku dengan kegelapan total, yah alih-alih agar dia mengira aku sudah tidur. Aku sengaja mematikan lampunya, gelap lebih nyaman untukku saat ini, bunyi jarum jam terus merasuki telingaku. Sial! Aku tidak bisa memejamkan mataku, bahkan kepalaku mulai berdenyut lalu bagaimana caraku untuk tidur? Minum obat paracetamol? Minum vodka sampai mabuk lalu terlelap? Ugh, kedua tanganku mulai mengacak-acak rambutku hingga berantakan sehingga terlihat seperti singa.

Setelah melalui perdebatan sengit dengan pikiranku sendiri maka sudah aku putuskan untuk keluar dari kamar dan berencana untuk meminta maaf padanya. Jujur saja aku sedikit merasa tidak enak karena kejadian itu, tapi apa sebenarnya aku salah? Tidak. Tentu saja tidak, itu salah setan terkutuk yang muncul secara tiba-tiba.

Pintu kamarku terbuka perlahan, keadaan di luar sudah sangat sunyi. Tidak ada tanda-tanda sosok kehidupan di luar sini. Well, kemana perginya alien satu itu?

Mataku mencari-cari sosok yang sedang bersembunyi entah dimana, karena tidak ada disini jadi aku memutuskan untuk pergi menemui ke kamarnya. Siapa tahu dia sedang di kamar sambil membaca komik favoritnya? Eh, tunggu dulu. Mana mungkin Draco suka membaca semacam itu!

Aku berdiri tepat di depan pintu kamarnya sekarang, aku mengepalkan satu tanganku dan bersiap untuk mengetuk pintunya tapi entah mengapa rasanya seperti kaku seketika. Ketuk? Tidak. Ketuk? Tidak. Tentu saja ketuk! Mana sopan bila aku langsung masuk begitu saja? Aku mengetuk pintunya perlahan sekali, namun tidak ada respon dari dalam. Aku melayangkan ketukan kedua namun sama saja tidak ada respon yang aku tunggu dari tadi.

Well, baiklah aku tidak perduli mau dikata bagaimana, aku memutar knob pintu perlahan dan terlihat dengan jelas di depan mataku sosok yang sedang aku cari sedari tadi. Draco tertidur dengan pulas dengan posisi tengkurap, aku berjalan perlahan mendekatinya agar dia tidak terbangun karena kehadiranku yang tampak seperti maling ini. Ku perhatikan sosoknya yang tertidur dengan tenang, wajah tampannya terlihat dengan jelas bahwa saat ini dia sangat lelah.

Tentu saja wajar bila dia terlihat letih saat ini, dia semalaman tidak pulang mungkin karena ada urusan pekerjaan atau semacamnya, yah walaupun dia bukan tipe orang yang akan bekerja dari pagi hingga petang untuk mengerjakan berkas-berkas yang menumpuk di depan mejanya, tapi yah sama saja. Mafia juga banyak kerjaan, contohnya saja Si Gundul itu.

Dad jarang sekali pulang, sekalinya pulang hanya sebentar dan esok pagi sudah menghilang selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu lalu nanti akan muncul dengan sendirinya secara instan begitu saja. Tidak heran lagi.

Entah mengapa tanganku terasa gatal sekali, terasa gatal ingin mengelus rambut alien yang sedang tertidur pulas ini. Aku tersenyum melihat wajahnya yang terlihat begitu damai, ku beranikan diri untuk mengelus dengan perlahan rambutnya dengan tangan kananku. Lembut sekali, apakah semua rambut pria akan terasa lembut seperti ini? Namun setelah aku mengingat-ingat kalau dulu aku sering menjambak rambut Rugov, rambut miliknya tidak selembut rambut Draco. Mungkin itu karena dia dulu jarang cuci rambut.

"Siapa yang menyuruhmu masuk?"

Seketika lamunanku terpecahkan dan aku terkejut melihat Draco yang sedang menatapku dengan tatapan tajamnya. Lord, apakah aku telah berbuat kesalahan? Aku menarik tangan kananku segera namun dengan cepat Draco mencekalnya.

"Aku bertanya, siapa yang menyuruhmu masuk?"

Aku menelan ludahku dengan susah payah, sepertinya dia bertambah marah padaku. Damn! "Aku.. aku tidak bermaksud apa-apa. Maaf, tolong lepaskan tanganku."

"Kau tidak tahu yang namanya privasi orang? Kenapa masuk seenaknya?"

Masuk seenaknya? Ya memang benar sih kalau aku masuk tanpa ijin, namun aku sudah mengetuk pintunya dan dia tidak merespon apa-apa! "Well, aku sudah mengetuk pintunya beberapa kali namun kau tidak menjawabnya, jadi aku tidak sepenuhnya bersalah, siapa tahu kau pingsan di dalam kamar?"

Draco menaikkan sebelah alisnya dan beranjak duduk di tepian tempat tidurnya, oh dan tentunya dia masih enggan untuk melepaskan cengkaramannya. Sial.

"Jadi untuk apa kau kemari?"

Here we go, jantungku berdetak sedikit lebih cepat. Jujur saja aku lebih memilih berjalan di atas panggung dan di tonton ratusan orang daripada harus nervous karena harus jujur padanya.

"Maafkan aku."

"Soal apa?"

"Hmm, tadi."

"Tadi apa?"

"Aku menghentikannya."

"Menghentikan apa?"

Fuck! Dia pura-pura amnesia tiba-tiba. "Ci... ciuman tadi."

"Oh."

Aku mati-matian hanya untuk menyebutkan kata 'ciuman' dan dia hanya menanggapinya dengan 'oh' yang benar saja!

"Oh? Hanya 'oh'?" tanyaku untuk memastikan dengan perasaan yang sudah mulai jengkel.

"Ya, lalu? Kau ingin aku harus bagaimana?"

"Aku meminta maaf dan kau hanya menjawab 'oh'? Apakah kau masih marah? Atau permintaan maafku saja tidak cukup untukmu? Harusnya aku yang bertanya padamu, kau ingin aku harus bagaimana?!"

Draco sedikit menarik pergelangan tangan kananku sehingga aku sedikit tertarik kedepan dan lebih berdekatan dengannya. Draco menatapku dengan tajam namun itu tidak mengurangi kejengkelanku saat ini. "Aku rasa kau salah paham."

Aku sedikit menggelengkan kepalaku dan menatapnya dengan kebingungan, "Salah paham apa?"

"Aku tidak marah karena kau menghentikannya walaupun kau menggunakan alasan konyol untuk memintaku berhenti dengan berteriak karena seakan-akan kau melihat sosok yang tidak bisa aku lihat. Namun aku ingin kau mendengarkan aku baik-baik, aku tidak suka kau berkeliaran malam-malam sendirian apalagi pergi ke sebuah club malam seperti itu sendirian dan menggunakan pakaian yang serba mini dan terbuka. Apa kau kekurangan bahan pakaian?"

"What the hell, Draco! Kau sendiri yang membelikan semua pakaiannya! Oh dan satu lagi, kenapa kau jadi mengatur hidupku begini?"

"Oh benar juga. Kalau begitu aku akan memecat anak buahku yang sudah membelikanmu dress itu." ucapnya kemudian segera meraih ponselnya yang terletak tidak jauh dari kami.

"Draco!" teriakku lalu segera menyambar ponselnya. "Kau berlebihan!"

"Kalau begitu jangan bertingkah semaumu, maka aku tidak akan bertindak berlebihan."

"Ini hidupku! Kenapa kau yang mengatur?"

"Karena kau menjadi prioritasku sekarang."

"Apa?"

"Enough, aku lelah. Jadi sebaiknya kau kembali ke kamarmu sekarang juga. Ingat, jangan bertingkah semaumu atau kau akan dihukum lagi."

"Hah? Memangnya kapan aku pernah kau hukum?"

Draco memutar kedua bola matanya dengan malas dan kembali menatap lekat wajahku, "I'll kiss you again for sure, if you dare to do something without my fucking permission!"

Seketika mulutku menganga lebar mendengarkan ucapannya itu, apa? Jadi dia menciumku dan itu adalah hukumannya? Bloody hell, this guy is fucking insane!"



To Be Continued...
Don't forget to vote and comment!

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Where stories live. Discover now