41 - Red Dream

4.1K 267 13
                                    

-Happy Reading-
-----

Havana, Cuba


Api itu terus berkobar dan enggan untuk padam. Sedangkan bangunan megah yang selalu menjadi tempat tinggal yang nyaman itu sekarang sudah berubah hampir seluruhnya hangus terbakar, tidak ada yang tersisa disana kecuali jeritan orang-orang yang terjebak di dalam sana. Semuanya merah, panas dan menyeramkan. Seorang laki-laki berusaha menyelamatkan diri untuk keluar dari sana, namun sebelum hal itu terjadi tiba-tiba bangunan tersebut meledak dengan hebat. Semuanya hanya tinggal abu dan kenangan, tidak ada yang tersisa. Selain penyesalan dan dendam.

"Shura, baby..."

Jantungku berdegup dengan sangat kencang, keringat membasahi tubuhku dan aku mendengar suara orang memanggilku sejak tadi. Aku memberanikan diri untuk membuka kedua mataku, hanya ada sosok yang tidak asing bagiku sedang menatapku dengan sangat cemas.

Ia menatapku dengan khawatir, pandangan matanya menatapku dengan lekat. Tanpa kusadari kedua tanganku sudah menggenggam kedua tangannya dengan amat erat.

"Shura, kau dengar aku?"

Aku mengangguk dan beranjak bangkit. Draco membantuku untuk bangun, aku mengusap wajahku yang penuh keringat dan menarik napas dalam-dalam. Aku mengalaminya lagi.

Draco menyentuh daguku, ia membuatku mendongak hingga menatapnya dan yang kutemukan adalah tatapan cemas dari laki-laki yang kucintantai. "Kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja." Jawabku diiringi oleh anggukan singkat padanya.

Draco mengangguk mengerti, ia mendekat kemudian memelukku dengan erat. Aku merasa nyaman bila berada di dalam dekapannya, sehingga aku memeluk tubuhnya dengan erat. Benakku terus terbayang oleh mimpi yang baru saja kudapat. Tidak, lebih tepatnya pengelihatan yang baru saja kudapat. Bagaimana pun juga aku yakin bila hal itu adalah pertanda buruk namun aku tidak bisa melihat siapa korban didalamnya. Aku hanya dapat melihat bangunan megah itu dari luar tanpa bisa menerobos masuk di dalamnya.

Aku membuang napasku dengan berat, sekali lagi aku memimpikan sesuatu yang berhubungan dengan api dan aku tidak dapat membantu orang yang terjebak di dalamnya. Aku tidak tahu siapa dan mengapa, namun aku tidak tahan bila harus melihat hal seperti ini secara terus menerus.

"Kau mengalami mimpi buruk?" Draco meraih tangan kananku dan mengganggamnya dengan erat. Aku mengangguk sebagai jawaban dan mencoba tersenyum padanya. Ia masih nampak cemas, kemudian Draco mencium tangan kananku dan mengelusnya. "Kau akan baik-baik saja."

"Ya, tentu aku akan baik-baik saja. Tapi orang lain mungkin tidak akan baik-baik saja." Aku mencoba untuk tersenyum, namun yang kudapat adalah emosiku yang ingin tumpah untuk menangis, "Aku melihatnya, Draco. Seseorang di dalamnya."

"Siapa?"

Aku menggeleng, "Aku tidak tahu siapa, namun aku tahu dia butuh pertolonganku. Aku harus menolongnya."

"Itu dapat membahayakan dirimu sendiri."

Sejenak aku terdiam, kemudian aku menatapnya lekat dan menggeleng, "Tapi ini mungkin makna kenapa aku dapat melihat ini secara terus menerus."

Draco menatapku tanpa berkata apa-apa, kemudian dia tersenyum dan beranjak berdiri. "Akhirnya kau mau menceritakannya padaku."

"Apa?"

"Kalau kau sering mendapat mimpi buruk dan melihat hal-hal aneh seperti pertanda dalam mimpimu, kau tidak pernah memberitahuku sebelumnya."

Aku terdiam. Baru saja sekarang aku mengingat kalau aku tidak pernah menceritakan secara langsung pada Draco apa yang sebenarnya seringkali terjadi padaku, aku langsung asal bicara padanya karena aku ingat Draco sudah diberi tahu oleh Mrs. Minnevra pada malam itu tapi kan aku menguping dan mengintip! Tidak memberitahunya secara langsung lewat aku sendiri.

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon