18 - One Sunny Day

6.9K 422 15
                                    

-Happy Reading-


-----

Burung-burung yang hinggap di dahan pohon berkicau dengan meriahnya, sinar terik matahari yang tidak terlalu menyengat membuat suasananya semakin indah. Anak-anak kecil berlari kesana-kemari mengejar bola dan bermain dengan layangan mereka. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan.

Arber duduk di atas rerumputan hijau dan menghadap ke langit, memperhatikan dengan seksama pada awan putih yang bergerak karena tertiup angin yang semilir. Seseorang berdiri di hadapannya, membuat pandangannya terhalang.

"Strawberry as you wish." ucapnya kemudian memberikan sebuah ice cream dan tersenyum hangat kepada Arber.

"Thanks." Arber membalas senyuman singkat kepadanya.

Alard menjilat ice cream green tea miliknya, kemudian duduk tepat disebelah kiri Arber. Nampak Arber sangat menyukai ice cream strawberry miliknya hingga tidak terasa dia menjilatinya terlalu cepat hingga belepotan. Melihat tingkah Arber, seketika Alard tertawa dan Arber menatapnya dengan kebingungan. Alard menjulurkan tangannya dan membersihkan ice cream yang menempel di pipi Arber dengan tangan kanannya.

Alard tersenyum menatap ekspresi Arber yang terkejut, "Kau seperti anak kecil."

Arber segera mengusap mulut dan pipinya dengan cepat, terlihat kedua pipinya mulai merah merona akibat menahan malu. "Maafkan aku, sudah lama aku tidak makan ice cream. Di rumah sakit tidak ada yang membelikanku ice cream." ucapnya dengan lirih.

"Seharusnya kau bilang padaku kalau kau suka ice cream, pasti akan langsung aku belikan untukmu." Alard mengedipkan sebelah matanya kepada Arber.

Arber terkekeh geli melihat wajah tengil Alard, pandangan mereka beralih tertuju kepada anak-anak kecil yang sedang bermain dengan riang gembira. Alard melihat wajah Arber yang terlihat senang dengan pemandangan tersebut, kemudian Alard merebahkan badannya pada rerumputan dan memandangi wajah Arber dengan intens.

Sepertinya Arber merasakan bahwa seseorang tengah mengamatinya, ia menengok kepada Alard yang sudah terbaring di sebelahnya. "Kenapa kau melihatku seperti itu?" Arber mengatur posisinya untuk berbaring disebelah Alard.

Mereka saling bertatapan dan kemudian tertawa bersamaan, "Astaga, kenapa kita seperti orang bodoh? Lagipula apa kau tidak sibuk?"

Alard menggelengkan kepalanya lalu tersenyum kepada Arber, "Aku sedang tidak ada kerjaan hari ini, kalau bekerja terus bisa meledak kepalaku."

Arber mengangguk dan kembali tersenyum, "Kalau meledak bisa kau operasi sendiri, kau kan dokter."

"Arber, kalau meledak aku pasti mati. Tidak bisa di jahit lagi."

Terdapat rona merah di pipi Arber, dia baru menyadari bahwa ketololannya membuatnya malu di hadapan Alard. Arber mengalihkan padangannya untuk menyembunyikan wajah malunya.

"Bagaimana Shura? Kau tidak menghubunginya?"

Arber kembali menatap Alard kemudian menggeleng, "Aku sudah memberi kabar kalau aku sudah bisa pulang, tapi aku belum menghubunginya lagi. Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan Draco."

Alard mengangguk mengerti dengan membuat mulutnya seperti huruf 'O', "Apa mereka itu sepasang kekasih? Aku tidak tahu kalau Draco bisa laku."

"Hah! Draco itu tampan, kenapa kau meragukannya?"

Alard menatap Arber kemudian tersenyum geli, "Draco itu galak, aku ragu kalau ada gadis yang mau berkencan dengannya."

"Kalau begitu kau belum menengal Shura dengan baik, dia juga sama galaknya. Namun bedanya Shura mengalami penyakit di otakknya makanya dia sinting."

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ