17 - I Don't Believe in Love

7.3K 443 24
                                    

-Happy Reading-
------

New York [23.00 P.M]


"Zen, bagaimana pemasukan kita bulan ini?" tanya Thomas dengan tatapan yang masih sibuk pada layar ponselnya.

"Stabil, Thom. Aku rasa malah mengalami peningkatan, nanti akan aku periksa ulang." jawab Zen kepada Thom.

Ivankov berjalan mendekat dengan segelas brandy di tangannya, dia memperhatikan ponsel Thomas yang berisi data-data penting. Thomas meneliti setiap laporan yang masuk dengan sangat hati-hati, jangan sampai terlewat dan jangan sampai lengah.

"Aku rasa keadaan sudah semakin membaik, kita bisa santai sejenak." ujar Ivankov setelah melihat data yang tercantum pada ponsel Thomas.

Terdengar suara pintu terbuka, tiga sosok pria jakung memasuki ruangan dengan langkah panjang mereka. Tatapannya serius, raut wajahnya menunjukkan bahwa tidak ada yang boleh main-main dengan mereka.

"Aku rasa kami tidak terlambat." ucap Rufus kepada ketiga temannya yang sudah sampai duluan terlebih dahulu.

"Aku, Thomas dan Zen memang sengaja datang lebih awal. Jadi tidak perlu khawatir, kalian tidak terlambat." jawab Ivankov sambil menepuk pundak Rufus.

Juan segera duduk dan menuangkan segelas brandy untukknya, "Dimana Nabash dan Kai?" tanyanya kepada para rekan kerjanya.

Thomas mengedikkan bahunya dan menggelengkan kepalanya perlahan, "Aku rasa setelah ini akan ada pertunjukkan masuknya stick golf kedalam lubang pantat seorang mafia."

Ralphael tertawa cekikikan mendengar hal tersebut, Zen hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Thomas yang memicu Juan pada ide gilanya.

"Yang lebih penting dimana Draco sekarang? Kenapa dia belum tiba? Aku ingin tahu bagaimana kondisi putriku." ucap Rufus yang sedang gelisah.

Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka, nampak Nabash dan Kai sudah tiba tepat waktu sehingga tidak akan ada tragedy mengenaskan yang akan menimpa mafia tersebut.

"Ah, runtuh sudah ekspetasiku!" teriak Thomas sambil menepuk pahanya dengan keras.

Ralphael dan Zen tertawa cekikikan melihat wajah Thomas yang kecewa, sedangkan Juan berdiri menghampiri Kai dan Nabash yang baru saja datang.

"Berterimakasihlah karena sepertinya Tuhan masih sayang kepadamu, Nabash." ucap Juan dengan tatapan tajamnya.

Kai menyeringai kuda dan menepuk pundak Juan, "Sudahlah, lagi pula kasihan istrinya kalau sampai tahu lubang pantat suaminya telah dirusak oleh sebatang stick golf."

Juan mengalihkan pandanganya kepada Kai, menatap tajam dan menyentuh dahi Kai dengan jari telunjuknya, "Dengarkan aku bocah sipit, kalau kau terlambat atau bolos rapat lagi akan aku pastikan kau tidak akan bisa bercinta dengan jalang mana pun lagi."

Nabash bersiul ngeri melihat ancaman Juan yang diberikan kepada Kai, "See? I told you Kai. Juan selalu memiliki kejutan meriah untuk kita."

Terdengar suara pintu terbuka lagi, seorang laki-laki berpakaian serba hitam berjalan memasuki ruangan dengan mantap. Dia memperhatikan sekeliling lalu melambaikan satu tangan kanannya.

"Yo!" sapanya kepada semua rekan kerjanya yang sudah datang lebih cepat daripada dirinya.

Juan memutarkan kedua bola matanya dengan kesal, dia kembali duduk dan meminum brandy–nya, "Ah, kenapa anak ini datang."

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Where stories live. Discover now