30 - Confession

5.9K 398 62
                                    

-Happy Reading-

-----

Sekarang aku mengerti kenapa aku tidak pernah merasa aman dimana pun aku berada, bahkan saat aku bersama Draco. Dia sudah termasuk di dalam kategori orang yang dapat membahayakan nyawaku. Tidak, tidak hanya nyawa. Melainkan juga perasaan dan hati.

Jika seperti ini terus, hatiku mulai terancam. Terancam menyukainya? Apakah aku menyukainya? Entahlah, aku belum yakin dengan hal semacam itu. Apalagi bila laki-laki tersebut adalah Dracola sialan ini.

Draco mencekal tanganku dengan kedua tangannya, hingga aku susah untuk bergerak bahkan untuk melepaskan diri darinya adalah suatu hal yang sedikit mustahil.

"Bisa kau lepaskan aku dulu?" Aku menatapnya dengan tatapan memohon, seperti anak anjing yang ingin diberi pengampunan karena sudah nakal buang kotoran sembarangan di dalam rumah. "Lepaskan aku sekarang.... Please?"

Draco tampak seperti menimbang-nimbang, namun dia hanya tersenyum jahat kepadaku dan semakin mengencangkan cengkramannya. Aku meringis kesal dan sedikit kesakitan, namun tidak sesakit yang kau bayangkan. Hanya saja terlalu erat dan jarak diantara kami terlalu dekat.

"Aku tahu kau tidak tuli, jadi tolong lepaskan aku selagi aku menjadi gadis yang baik-baik." Oh bagus sekarang aku mulai mengancam vampir Italy ini.

"Hmm, bagaimana bila aku tidak mau?" Draco menyeringai kepadaku dan menarikkku secara tiba-tiba.

Jantungku seperti sedang lari marathon di dalam sana, aku hampir saja menciumnya. Oh benar-benar minta diberi pelajaran, "Aku bisa menendang juniormu loh, kakiku bebas." Aku melambai-lambaikkan kedua kakiku dengan bebas di udara dengan riang gembira.

"Oh, Dapatra kau membuat kesalahan."

Draco tersenyum dan aku sangat yakin itu bukanlah senyuman yang menandakan kabar baik, melainkan kabar buruk yang sudah pasti akan menimpaku. Seketika dia menarikku kesamping dan dengan gesit dia mengubah posisi kami dengan sekali gerakan.

"Shit." Aku mengumpat dengan lirih, namun aku rasa dia mendengarnya.

"Ada apa? Sudah kalah?"

Aku menggeram kesal, posisi kami saat ini dia berada di atas tubuhku dan kedua tanganku di kurung dengan kedua lengan kekar sialan miliknya itu. Aku mengumpat di dalam hati, kenapa aku selalu berujung seperti ini bila harus berhadapan dengannya.

"Tapi Daddy tidak pernah mengajarkanku untuk menyerah begitu saja." Aku tersenyum, Draco nampak sedikit bingung. Dengan cepat aku menendang tubuhnya.

Draco nampaknya sedikit lengah, dia terpaksa melepaskan cengkramannya dan sedikit mengernyit kesakitan. Dia duduk di hadapanku, kemudian aku segera bangkit dengan sejuta rencana yang sudah mengalir di otakku.

Aku mendorongnya hingga dia terbaring, namun dia tidak melawan sama sekali. Aku menaiki tubuhnya dan menatapnya dengan tajam, oh aku benar-benar gadis yang nakal. Dia yang memulai permainan ini duluan, maka aku mengikuti sesuai keinginanya.

Draco bersiul kemudian menyeringai menatapku, "Tidak boleh diremehkan." Dia menggeleng dan tersenyum.

"Oh tentu saja tidak boleh." Aku menyeringai dengan tatapan menantang kepadanya. "Deklarasikan kekalahanmu sekarang nak."

Draco mengangkat kedua tangannya kemudian tertawa, "Yes Mam! You win."

Aku tertawa melihat ekspresi tololnya, melihat senyuman manis itu membuat hatiku luluh seketika. Sudah lama aku merindukan senyuman itu, senyuman yang aku kira hanya dia berikan untukku. Senyuman bebas yang selalu menjadi favoritku.

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Where stories live. Discover now