A Dramatic Story [3]

535 44 6
                                    

Keesokan harinya aku berusaha nyelesein requirement di stase lain sambil berusaha melupakan rasa sedih kepikiran nasibku di stase orto nanti bakalan kayak gimana. Kemudian aku memutuskan sementara untuk orto ini aku lanjut aja ngerjakan pasienku yang satunya, Gita.

Aku berusaha berpikiran positif. Berusaha menanamkan dalam diriku bahwa aku pasti baik-baik saja dan badai ini pasti akan berlalu. Tapi belum selesai dengan masalah Bayu, muncul lagi masalah berikutnya yang gak kalah bikin aku pusing dan bikin pengen nangis tiap hari.

Kalo kalian inget chapter dengan judul "The Killer One" ya itu adalah kejadian yang aku alami beberapa minggu setelah ditinggal Bayu hehe. Sedih banget nggak sih... Abis dibimbing dokter Arman yang kayak malaikat lalu tiba-tiba aku diganti dibimbing sama dokter Rena. Di chapter itu aku nggak nyebut kejadian itu di stase mana karena aku merasa setakut itu dengan orto hahaha. Jadi biar nyambung sama chapter ini silahkan balik baca chapter "The Killer One" biar semakin kerasa betapa frustasinya aku dulu di stase orto.

Lagi-lagi aku berusaha menanamkan dalam benakku bahwa aku pasti bisa melewati semua ini baik-baik saja. Kalo aku pinter, mau belajar, sopan, dan selalu rapi bismillah aku bisa menghadapi dokter Rena dengan baik-baik saja.

Tetapi lagi-lagi kenyataan pahit datang menghampiriku. Harusnya aku tahu dari awal, hidup di orto memang nggak semudah itu.

Dokter Rena menolak Gita, pasienku dengan alasan kasusnya terlalu susah dan kasusnya itu hanya bisa dikerjakan oleh residen (yang ngambil sekolah spesialis). Padahal aku udah habis uang 550.000 untuk foto rontgen panoramik dan sefalometri plus ditambah cetak model studi dan trimmingnya mungkin aku habis sekitar 150.000. Berarti dalam sekejap aku menghabiskan uang 700.000 secara cuma-cuma untuk hal yang nggak bisa aku kerjakan ha ha ha ha ha ha ha ampas emang.

Udah uang abis, gak punya pasien, buku nilai otomatis kosong, mana dapet dokter pembimbing super galak lagi. Berasa ketimpa sial yang berlipat-lipat ganda. Saat itu aku merasa ini adalah momen yang paling bikin aku ngedown sepanjang aku koass.

Kenapa sih mau nyelesein stase orto aja susahnya minta ampun? :(

.

.

.

Setelah berhari-hari larut dalam rasa putus asa yang berkepanjangan, akhirnya aku berusaha mencoba bangkit lagi dengan berpedoman surat Al-Insyirah yang sampe sekarang jadi surat favoritku.

"For indeed, with hardship [will be] ease. Indeed, with hardship [will be] ease]" –Al Insyirah:5&6-

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" –Al Insyirah:5&6-

Kemudian dimulailah pencarian pencarianku yang tak terhingga demi mendapatkan pasien orto yang sesuai untuk indikasi piranti ortodonti lepasan. Hampir setiap malam abis magrib aku jalan-jalan masuk ke gang gang kecil di sekitar daerah kampus buat nyari pasien orto sambil sekalian melakukan screening ke anak-anak kecil siapa tau nantinya ada yang bisa aku jadikan pasien di stase pedo (kedokteran gigi anak).

Selama hampir dua bulan aku mengalami berbagai pengalaman mulai dari ditolak orang tua calon pasien, ditolak dosen karena dibilang tidak indikasi, sampai tidak diijinkan melakukan screening di sekolah.

Saat itu aku merasa otakku nggak bisa berpikir dengan benar. Ada banyak hal yang aku pikirkan selain orto tetapi stase orto ini terus menghantuiku. Setengah semester sudah berlalu tapi aku masih stuck di posisi yang sama. Aku sudah berusaha semampuku dan sekuatku tapi satu pasien pun aku nggak bisa ngedapetinnya.
Sedih.....

.

.

.

Awal April 2017

Akhirnya aku ada pasien yang bisa aku jadikan sebagai pasien ortoku. Tapi pasienku yang ini aku jadikan pengganti dari Bayu. Kali ini pasien penggantiku adalah perempuan, namanya Esmeralda (ya emang kayak nama di telenovela jaman dulu) panggilannya Alda. Untungnya dia juga kooperatif banget anaknya, sama seperti Bayu.

Sistem kerja pasien di orto adalah 1 pasien 1 dosen pembimbing. Selain dokter Rena, pembimbingku yang lainnya adalah dokter Angela. Kalo dokter Angela ini orangnya baik banget, cantik, dan malaikat banget. Kalo aku ada salah beliau ngomel ngomel gitu aku nggak keberatan bahkan malah fine fine aja karena beliau asli cantiknya kebangetan hahaha. Dimarahin berapa kali pun aku ikhlas kalo yang marah dokternya secantik dokter Angela. Selain itu dokter Angela adalah tipikal orang yang nggak pernah marah-marah karena alasan yang nggak jelas. Jadi di orto ini aku dapet dua pembimbing dengan karakter yang bedanya bagaikan siang dan malam.

Gara-gara hampir dua bulan lebih nggak kerja pasien sama sekali di orto otomatis seluruh pekerjaan selama dua bulan itu harus aku kebut karena sisa orto 3 tinggal sebulan lagi. Dengan kecepatan penuh dan semangat yang kembali berkobar dan membara aku mencoba mengejar hal-hal yang tertinggal dan mencoba mengisi kembali buku nilaiku.

Dalam sebulan buku nilai yang awalnya kosong akhirnya perlahan lahan mulai ada nilainya juga. Huhu rasanya ingin menangis bahagia. Paling nggak satu masalah di orto beres. Paling nggak aku udah nemuin penggantinya Bayu.

Kemudian satu semester berlalu dan tibalah saatnya mengumpulkan nilai-nilai dan berkas-berkas tugas di orto. Seluruh penilaian dari orto 1- orto 2 – orto 3 semuanya harus dikumpulkan untuk direkap. Kalo nilainya mencukupi maka aku bisa ikut ujian keluar stase orto. Kalo nilaiku nggak mencukupi maka aku harus ikut perpanjangan orto alias melaju ke orto 4 alias menambah satu semester lagi.

Seminggu pasca pengumpulan nilai dan berkas, nama-nama mahasiswa yang bisa ikut ujian ditempel di depan papan pengumuman departemen orto. Dengan hati berdegup kencang serta harap-harap cemas aku mencari namaku dalam list daftar tersebut.

Dan hasilnya adalah....

Jelas nggak ada namaku :(

Ya sebenarnya waktu itu aku cukup tau diri kalo nilaiku jelas nggak mencukupi. Tapi kadang-kadang hati ini berharap ada sedikit keajaiban karena aku se-desperate itu sama stase orto. Di stase ini aku merasa banyak banget halangan dan rintangannya, tapi lagi-lagi aku selalu mencoba berusaha sabar dan lapang dada.

Bener-bener sedih banget kalo inget aku harus berjuang dan bersusah payah untuk bertahan sekuat tenaga di stase orto.

Ditengah-tengah rasa sedih yang mendalam ini aku melihat teman-teman di sekelilingku. Dari satu angkatan yang berjumlah sekitar 150 orang masih ada 80 orang yang nggak bisa ikut ujian keluar stase orto dengan tepat waktu. Jadi buat apa larut dalam kesedihan terus menerus, aku nggak sendirian. Masih ada teman-teman lain yang nasibnya sama seperti aku.

Aku berjalan memasuki semester baru dengan harapan baru

Selamat datang di orto 4 !!!

[To be continued...]

PS: kalian yang suka nonton drama udah nonton sky castle belum? kalo belum nonton, cepetan nonton ya karena menurut author dramanya bagus banget!!! Tulis review kalian ya, karena review dari kalian bisa membuat author semangat buat lanjut nulis lagi hehehe

CATATAN GILA CALON DOKTER GIGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang