THE FIGHTERS [2]

730 65 10
                                    


"Mau nggak mau, suka nggak suka, karena udah separuh jalan lebih ya semuanya harus dilanjutkan dan jangan nyerah gitu aja."

Aku menggumamkan kalimat itu terus-menerus dengan harapan hati ini seketika berubah menjadi sekuat baja dan tahan banting dalam kondisi apapun. Setelah mendadak ditinggal pasien tukang PHP (yang udah aku bersihin karang giginya dari yang awalnya numpuk berlapis-lapis kayak wafer sampe bersih kinclong dan siap dirawat tahap selanjutnya) aku mencoba bangkit kembali.

Ya begitulah para pembaca sekalian. Hampir di setiap stase yang aku lewati selalu, aku tekankan sekali lagi ya, SELALU. Iya bener. Selalu ada aja masalah yang datang dan pergi. Selalu ada aja cobaan yang muncul serta halangan dan rintangan yang siap menjegal langkah ini buat lulus menjadi dokter gigi.

Aku sampe heran sendiri sebenernya. Dalam fase kehidupanku sebagai mahasiswa koass, aku merasa berulang kali jatuh tapi berulang kali juga aku selalu berusaha untuk bangkit. Meskipun rasanya hati ini sering menjerit "Udah cukup aku nggak kuat lagi" tapi selalu ada motivasi-motivasi baru yang muncul yang bisa membuatku bangkit kembali.

.

.

.

Akhirnya setelah aku dicampakkan begitu saja dengan pasienku yang penuh dengan harta karun, aku kembali memasuki klinik dengan tangan kosong dan hampa. Dengan hati yang berulang kali menjerit "AKU GAK PUNYA PASIEN!!!! GIMANA MAU LULUS KALO NGGAK PUNYA PASIEN"

Setiap hari aku masuk ke klinik sambil nanya ke temen-temen yang lagi ngerjain pasien.

"Guys ada sisa pasien buat di kuret nggak?"

"Guys ada pasien yang bisa di splinting nggak?"

Begitu terus dan berulang-ulang tapi jawaban mereka sama "Sorry nggak ada. Ini aja aku dikasih sama si A" atau "Ada sih tapi pasiennya kayaknya kurang kooperatif"

Di tengah-tengah upaya pencarian pasien dan dalam hatiku udah bertekat dengan sungguh-sungguh kalo aku harus bisa nyelesein seluruh requirement di klinik perio tiba-tiba aja PJMK (Penanggung Jawab Mata Kuliah) periodonsia untuk angkatanku ya kitsa sebut saja dokter Mario. Beliau ngumpulin seluruh angkatanku yang requierement di klinik perionya belum selesai. Dokter Mario ini... Galak banget guys asli. Tapi kalo bisa ngambil atinya sih dia langsung auto berubah jadi baik hati. Ya tapi siapalah aku... aku yang biasa-biasa saja dan butiran debu ini mana mungkin bisa ngambil hatinya dokter Mario.

Firasatku mulai bilang kalo dokter Mario nyuruh kita semua buat kumpul pasti nih ada apa-apa. Ternyata ya emang bener terjadi sesuatu. Dokter Mario manggilin kita satu-satu urut sesuai NIM (Nomer Induk Mahasiswa) kemudian dia ngerekap buku nilai kita selama dulu pernah di puteran stase perio tuh apa aja yang uda selese dan apa aja yang belum selese. Waktu giliranku dipanggil, hati ini rasanya ciut dan malu banget. Gimana nggak malu orang kerjaan yang baru selese di klinik perio cuma scaling dan desensitizing, sedangkan requirement kuretase dan splintingnya belom sama sekali.

"Sebutin kamu pekerjaanmu yang uda slese apa aja sama nilainya berapa." Kata dokter Mario di depan komputer di dalam ruangannya. Setelah membacakan isi buku nilaiku beliau memandangku dengan tajam.

"Jadi kamu kurang splinting dan kuretase."

"Iya dok"

"Occlusal adjustment juga belum?"

"Belum dok."

"Terus kerjaanmu di klinik itu ngapain aja? Duduk-duduk? Oh atau nggosip gitu ya sama temen-temenmu? Iya?"

Buset dah ngomongnya nusuk banget. Doi nih gak tau apa gimana perjuanganku cari pasien. Seenaknya aja ngomong kayak begitu hm. Tapi ya lagi-lagi aku nggak kaget lah. Udah biasa juga mahasiswa koass di salah-salahin. Emang kami tempat kesalahan yang paling sempurna.

CATATAN GILA CALON DOKTER GIGIWhere stories live. Discover now