"Adrew, mana dasi kamu?!" tegur wanita paruh baya dengan lantang.

"Gak ada,"

"Iya kenapa bisa tidak ada?" tanya Bu Retno semakin garang.

"Gak tau," sahutnya singkat dengan mata lurus ke depan.

"Kamu ini kalo ditanya jawab yang bener! Mantan ketua OSIS harusnya memberi contoh yang baik, bukannya mentang-mentang bukan OSIS lagi kelakuan kamu berubah Adrew. Ikut saya!" Adrew pun keluar barisan, mengikuti langkah Bu Retno dari belakang.

Dari kejauhan Alena melihat Adrew yang sedang ditegur Bu Retno dalam barisanya. Alena merasa bersalah dan tidak enak pada Adrew. Gadis itu menggigit bibir bawahnya saat melihat Adrew keluar dari barisannya, sudah dipastikan pria itu akan dihukum setelah upacara nanti, akibat kecerobohannya.

***

Upacara telah berakhir sekitar lima belas menitan yang lalu. Kini Adrew masih di dalam ruang BK yang berhadapan langsung dengan Bu Retno, guru yang menegurnya tadi saat upacara.

"Baru sebulan yang lalu kamu mendapat poin dan sekarang poin kamu nambah lagi. Kamu pasti tau berapa poin yang akan Ibu tambahkan. Tau berapa?" Adrew mengangguk.

"Lima belas," jawab Adrew.

"Ingat Adrew kamu ini siswa berprestasi di sekolah ini dan kamu juga mantan ketua OSIS. Jangan membuat malu sekolah kita, karna kelakukan kamu tadi. Faham?" ujar Bu Retno memberitahu remaja di hadapannya.

"Iya Bu,"

"Kesalahan tetap ada hukuman. Kamu sendiri tau kan sekolah ini sangat ketat dengan peraturan, sekarang kamu lari keliling lapangan sepuluh putaran!" Adrew kembali mengangguk dan bangkit dari kursinya.

"Baik Bu, saya permisi."

Baru saja pria itu keluar dari ruang BK, manik mata Adrew langsung bertemu dengan mata hezel Alena. Selang satu detik Adrew memutuskan pandanganya dan berjalan cuek ke arah lapangan. Alena bingung harus mengejar Adrew atau tidak. Disisi lain Alena sedang break dengan pria itu, tetapi karna kecerobohannya, dia yang mengakibatkan Adrew masuk ruang BK dan terkena hukuman. Tanpa berfikir panjang Alena berlari untuk mengejar Adrew.

"Adrew tunggu!" Alena mencekal tangan Adrew. Pria itu membalikkan tubuhnya dengan menunjukkan wajah datarnya. Sebetulnya Alena sedikit takut melihat wajah Adrew yang tengah menatapnya dingin, tetapi gadis itu berupaya menepis jauh rasa takut itu.

"Maafin aku. Gara-gara aku, kamu masuk ruang BK. Gara-gara aku juga, kita harus berantem. Aku minta maaf," pinta Alena merasa bersalah. Tetapi pria itu tidak menyahut, Adrew melepas tangan Alena dari tangannya, kemudian melanjutkan jalannya ke lapangan dan melaksanakan hukumannya.

Adrew berlari mengelilingi lapangan dengan santai. Namun matanya menangkap sosok Alena yang ikut berlari di sampingnya. Pria itu membiarkan keinginan Alena yang ikut berlari di sampingnya, toh, itu juga kemauannya sendiri.

Alena tidak perduli dengan peluh yang sudah membasahi dahinya, dan bajunya juga sudah terlihat lepek karna keringat yang membanjiri tubuhnya. Kini baru tiga putaran dada Alena sudah terasa sesak. Gadis itu memberhentikan larinya dan kini kedua tangannya sedang berada di lututnya, nafasnya terengah kelelahan.

"Adrew tungguin, jangan cepet-cepet larinya ya? Tungguin aku." Adrew memberhentikan larinya dan berjalan ke Alena. Pria itu sedikit mengerutkan alisnya karena panas matahari yang menyorot tajam ke matanya.

"Gada yang nyuruh lo lari,"

"Tapi kan ini salah aku, jadi aku yang harus lari, bukan kamu dan harusnya aku yang masuk ruang BK, diomelin Bu Retno. Bukan kamu!" ujar Alena sambil mengatur nafasnya yang terasa sempit karena ia lari mengikuti Adrew.

Tanpa mengatakan apapun pria itu langsung menarik tangan Alena dan membawanya ke pinggir lapangan.

"Diem di sini!"

"Tapi kan ak..."

"DIEM DI SINI!" suruh Adrew mengeraskan suaranya membuat nyali Alena menciut dan tidak berani menyahut lagi, mengikuti saja kemauan pria itu.

Setelahnya Adrew kembali melanjutkan hukumannya yang tersisa tujuh putaran lagi. Saat sudah sampai putaran terakhirnya, Adrew masih terlihat kuat untuk berlari dan akhirnya pria itu pun dapat menyelesaikan hukumannya, dan kembali berjalan ke arah Alena.

"Adrew minum dulu nih air aku," ucap Alena sembari menyodorkan botol minumnya pada pria yang sedang dibanjiri keringat di tubuhnya. Adrew pun merebut botol milik Alena dan menegaknya hingga setengah.

"Kamu masih marah sama aku? Aku kan udah minta maaf. Lagian aku aja, juga gak marah kemaren aku liat-" Adrew langsung menatap tajam ke Alena.

"Liat apa?"

"Liat kamu lagi dipeluk sama perempuan lain. Tapi perempuan itu bilang, dia kembali buat kamu gitu. Benerkan?" wajah Adrew tampak terkejut. Tidak menyangka Alena melihat dirinya yang sedang dipeluk dengan Rayna kemarin.

"Lu nggak marah?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Enggak, cuma nangis. Kaget aja," Adrew tertegun mendengar ucapan Alena.

Lagi-lagi gue nyakitin dia. Kata Adrew dalam hati dengan mengepalkan tangan kanannya, kecewa pada dirinya sendiri.

"Perempuan yang kemarin siapa namanya?" tanya Alena ingin tahu.

"Lu gak perlu tau," Adrew berjalan ke kelasnya tanpa menjawab pertanyaan dari Alena.

"Ishh! Cowok itu kenapa sih? Bentar-bentar baik, bentar lagi berubah ketus! Auahk puyeng!" ujar gadis itu jengkel.

***

Haaiii.. Aku update, maaf updatenya lama karena sibuk wkwk... Terus tunggu kelanjutan cerita Adrew dan Alena ya makasih, see you next chap.

VOTE AND COMMEND

ThankYou:)

Perfect Couple [Completed]Where stories live. Discover now