4. Siapa Dia?

65.4K 9.3K 1.1K
                                    

-Jangan lupa Vote dan Komen ya, pembaca yang baik😈💜✨

Happy reading, hv nice day❗️

🦋🦋🦋

Aurora itu darah rendah.

Dan posisi Saga menggendongnya saat itu benar-benar membuat kepalanya terasa makin pusing. "Heh! Gila ya lo, lepasin gue!" Aurora memukul punggung tegap Saga sekeras mungkin.

Hell!

Bel pelajaran baru saja berbunyi ketika Saga membawanya melewati lorong kelas. Jangan ditanya gimana perasaan Aurora saat itu, malunya nggak kira-kira. Dijadikan tontonan oleh murid-murid dari dalam kelas, bahkan mungkin guru-guru menangkap itu-pasalnya Aurora berteriak cukup keras.

Pengen meninggal aja!

Lain halnya dengan Saga yang tidak peduli dengan atensi yang terpancing akibat perbuatannya. Cowok itu justru semakin melebarkan langkahnya menuju ruang OSIS yang tidak ada siapapun-seolah Saga telah memprediksi hal tersebut.

"Gue pusing woy!!!" Saga akhirnya menurunkan tubuh Aurora-mendudukkan gadis itu di salah satu meja di dekat mereka, setelah menutup pintu ruangan tersebut dengan sebelah kakinya.

"Lo sinting ya?!" Teriak Aurora seraya mendorong bahu Saga untuk menjauh darinya.

"Lo yang mulai!" desis Saga tajam seraya meletakkan kedua tangannya di meja. Mengunci pergergerakan Aurora yang berniat turun dari atas meja.

"Minggir lo! Kelakuan lo itu nggak lucu!" umpat Aurora menatap cemas pintu yang tertutup rapat.

Posisi gadis itu jauh dari kata aman. Sungguh!

"Lo pikir kelakuan lo lucu?!" balas Saga seraya mencondongkan wajahnya ke arah Aurora. Menatap gadis itu dengan tatapan tidak suka yang ketara, dengan jarak yang sangat dekat.

Di tempatnya Aurora mengerjap, lantas terkejut dengan Saga yang tiba-tiba meninju meja di sebelah tubuhnya. Menimbulkan suara cukup keras yang berhasil membuat tubuh Aurora menegang sesaat. "Lo tau nggak kesalahan lo sampe gue bawa ke sini?"

"Mana gue tau, emang gue dukun?" Saga mengeraskan rahangnya menahan amarah.

Sabar.

Saga menghela nafasnya pelan, mencoba mengubur emosinya. Meyakinkan dirinya jika memukul seorang gadis bukanlah hal yang benar. Sekali lagi Saga menatap lurus wajah Aurora.

"Lo dengerin gue!" ucap Saga mengambil alih seluruh atensi Aurora saat itu. "Jangan berani ancem gue, apa lagi bawa-bawa kejadian kemarin. Gue nggak suka." Saga sengaja menekankan kalimat terakhirnya.

"Lo sadar nggak, kalau yang nyelametin idup lo itu gue?" geram Saga kembali memukul meja di sebelah Aurora, membuat tubuh gadis itu kembali tersentak.

Kedua mata Aurora mulai memanas, gadis itu tidak suka di teriaki.

"Tau terimakasih nggak lo?!" Dan Saga melakukannya untuk sekian kali.

"Jawab!" Setelah melihat kedua mata Aurora yang sudah berkaca-kaca, Saga baru memundurkan langkahnya menjauh.

Memberi gadis itu ruang untuk bernafas sesaat.

"Asal lo tau, gue juga bisa mukul cewek," pungkas Saga tanpa mengalihkan pandang sedikitpun dari Aurora yang tengah tertunduk-menyembunyikan wajahnya yang memerah, menahan tangis.

Aurora ketakutan merasakan tatapan tajam yang dilemparkan Saga kepadanya. Tubuh gadis itu terasa lemas, sebelumnya tidak ada yang berani membentaknya sampai sekeras itu. Bahkan orang tuanya sendiri pun tidak pernah melakukannya sampai sekasar Saga.

Falling For a Gangsta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang