56. Him and I

32.1K 4.2K 2.2K
                                    

I know it's too late 4up. Sorry yaa, banyak yang sampai DM ke IG juga. Anw, aku ganti pakai 5K kata di part ini. Don't mad at me, freinds 😡

Sebelum baca, aku mau tanya. Kenapa kalian panggil aku Min? Like, "next min!"

Min saha, euy? Mimin? Admin? Maksudnya admin awreceh kah ini? Panggil aku pakai nama yang elite, dong:)

Jangan panggil Thor, because aku lebih suka Captain America. So, call me Captain or Caps hahaha ... boleh juga pakai namaku, Amanda.

That's cool, thoo!

No amble-amble "kak," just Amanda/ Manda. Terserah yang penting jangan Min!

Okay? Happy Reading y'll 🤩

🦋🦋🦋

Lorong rumah sakit masih terasa hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lorong rumah sakit masih terasa hening. Aroma antiseptik yang menyeruak pun tak bisa meredam atmosfer dingin dan canggung itu, kesunyiannya sukses menimbulkan kebisuan diantara Rafael dan Aurora.

Bibir yang seolah kaku, serta tatapan yang kini terasa asing, tanpa arti--kembali membuat Rafael menundukkan kepalanya. Menghindari segala bentuk interaksi dengan sosok gadis yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya.

Aurora. Ah! Seharusnya Rafael berhenti mengingat namanya.

Karena sungguh, berada dalam radar yang sama dengan gadis itu--membuat Rafael merasa tak tenang. Ini bukan lagi tentang debaran menyenangkan seperti yang lalu, lantaran hanya tersisa rasa sakit yang luar biasa.

Yeah--gadis ini menghancurkan dirinya, dengan cara paling sempurna.

Jika saja Rafael tidak ingat, kalau Aurora pernah menjadi alasannya tetap bertahan, serta menyelamatkan hidupnya dari jurang kematian, pasti mudah bagi Rafael membenci Aurora.

Jika saja dirinya lupa, kalau Aurora pernah membagi warna-warni penuh kebahagiaan dalam hidupnya, membawanya pada perasaan paling istimewa, sekaligus membodohinya--mungkin tak akan sulit melupakan gadis itu.

Semua terlalu membekas bagi Rafael. Ia tak seperti Aurora yang nampak mudah sekali lupa.

30 menit berlalu dalam senyap. Rafael bahkan hampir mengutuk situasi mereka, jika seorang suster tidak menghampiri mereka.

"Pasien telah siuman." Suster itu memberi kode, jika keduanya sudah boleh menjenguk Saga.

"Makasih," kata Rafael langsung beranjak.

Falling For a Gangsta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang