Prolog

115K 12K 1.3K
                                    

Inspirasi cerita: El Salvador

Rasanya seneng banget bisa nulis ini. Dan semoga kalian terhibur dengan tulisan aku.

Oh ya! Walaupun karakter Salvador itu sendiri asli, tapi cerita ini hanya fiksi-so... kalau ada kesamaan alur, tempat, nama tokoh dan karakter aku minta maaf.

Okay!

Terimakasih atas pengertiannya.

Sebenarnya cerita ini mau aku up tanggal 1 januari, tapi gatel pengen post, sedih banget. Happy Reading, semoga suka 🧸💕

🦋🦋🦋

"Ada anak SMA Candrawana!"

"Anjing! Itu cewek ngapain pake seragam minggu-minggu gini?!" Aurora semakin terkejut ketika seorang cowok dengan penutup wajah berteriak ke arahnya. Disusul atensi berkala yang semakin membuat gadis itu ketakutan.

Wajah-wajah sangar itu menatap Aurora penuh ketertarikan. "Cakep nih cewek, kalo di jadiin tawanan." Seorang cowok berpakaian urakan yang semula ikut berkelahi mendekatinya, berniat menggapai lengannya-namun sosok tegap lainnya datang, menerjang untuk menghalangi.

Dia adalah Saga, cowok dengan bendera bertuliskan SALVADOR di lengannya.

Aurora melebarkan kedua matanya terkejut melihat bentrokan di hadapannya. Bahkan gadis itu sampai menutup mulutnya sendiri lantaran terkejut, bagaimana tidak? Saga memukul wajah lawannya dengan keras-terlalu keras, sampai Aurora mendengar suara benturan kepala dengan aspal. Terdengar suara sesuatu yang retak setelahnya. Tubuhnya membeku menyaksikan adegan brutal yang biasanya hanya Aurora disaksikan di film-film India.

"LARI!" Aurora bergeming, ketika sosok bermata tajam itu menatapnya setelah melumpuhkan lawannya. Tatapannya terlihat kalap.

Bibir Aurora kelu, membisu. Terlalu terkejut untuk bisa bersuara. "Bangsat!" Detik selanjutnya, Aurora gelagapan ketika Saga berdiri dan menarik lengannya untuk berlari.

Masih dengan otak yang kosong dan linglung, Aurora mengikuti langkah lebar sosok yang tengah menggenggam tangannya erat. Teriakan serta suara bentrokan kembali terdengar ketika keduanya mencoba keluar melewati gerbang gereja. Aurora menoleh kebelakang, ternyata preman-preman itu mengejar mereka.

Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing. Dadanya berdegup kencang, entah karena berlari atau karena tengah di kejar-kejar komplotan orang asing yang menyerupai seperti preman. Sama saja! Intinya dirinya panik dan ingin menangis. Namun yang bisa Aurora lakukan hanyalah pasrah, bahkan ketika cowok itu menariknya melewati gang-gang sempit dan gelap.

Jalanan asing yang mereka lewati, situasi yang tidak biasa seperti ini, semakin membuat Aurora merasa ketakutan.

Keduanya masih berlari, sampai tiba-tiba tubuhnya tertarik untuk merapat ke dinding, dengan posisi tangan cowok itu berada di lengannya. Reflek kedua mata mereka bertemu di antara remang cahaya, nafas keduanya bersahutan. Ketika Aurora ingin membuka suara untuk berbicara, Saga meletakkan telunjuknya di depan bibir-mengisyaratkan untuk diam dengan mata menyalang.

Aurora ketakutan setengah mati.

Suara derap langkah mendekat kembali terdengar. Itu pasti preman-preman yang mengejar mereka. "Mana tuh si bangsat?!"

Aurora memejamkan matanya, tubuhnya bergetar lantaran ketakutan. Rasanya dadanya hampir meledak. Percayalah! Mereka lebih menakutkan dari nenek Tapasya. "Mereka pasti balik ke arah SMA!" Salah satu mereka kembali bersuara sebelum langkah menjauh terdengar.

Falling For a Gangsta [SELESAI]Where stories live. Discover now