16 ▶️ Tidak Terdiagnosis

6 1 0
                                    

.
.
.
.
.

Hati yang udah hancur, makin hancur ketika musibah terus-menerus menimpanya---Terlebih ketika datangnya seorang Park Jimin---Memang benar jika Jinyoung itu cenayang.

Kata-kata orang tua Ahra sangat kejam buat Jimin, bagaimana bisa bilang jika Jimin pembawa sial?

Walaupun masih kacau, Ahra tetap harus bekerja---Sayangnya, dia tidak bisa fokus. Yang paling membuatnya kepikiran, tidak boleh dekat dengan Jimin lagi.

Atasannya hari ini selalu ngomelin Ahra---Karena salah penerjemahan, hal besar yang tidak diinginkan terjadi. Sampai-sampai, ia terancam akan dipecat.

Perempuan itu membenturkan kepalanya ke dinding berulang kali---Diam-diam, Suga memperhatikannya.

"Huft, stress lo ya?"

"Diem lo!"

Karena gak mau berhenti benturin kepalanya, Suga menempelkan tangannya di dinding---Alhasil kepala cewek itu malah menempel di tangannya Suga.

"Sukur-sukur pala lo yang ancur, bukan temboknya."

"Ish!"

Suga pun membuat banyak jokes---Dan itu lumayan menghibur Ahra. Walaupun awalnya sangat garing. Suga pun merasa lebih tenang.

"Nanti pulang kerja, kita jalan. Gak ada penolakan!" ucap Suga

"Huh?"

                       ♦️♦️♦️♦️♦️

"Kenapa tugas numpuk banget sat!" umpat Kezia

"Au nih, kesel!" sambung Sola

"Sampe-sampe kita jarang talkingan sama Ahra."

"Seandainya dia kuliah di sini,"

"Hooh, gimana ya kabarnya?"

"Video call ajah yuk!" ajak Sola. Kezia langsung sigap mengeluarkan ponselnya

"Heh! Hallo! Hai!" ucap Sola yang sangat rindu

"Woy, kangen!" ucap Kezia

"Huhuuu sama, kalian gak kuliah?"

"Lagi istirahat, lu sendiri lagi ngapain?" tanya Kezia

"Ehm gua juga lagi istirahat kok, oh iya kalian belum tau ya gua kan udah kerja yang lumayan."

"Beneran?" tanya Sola

"Nih liat! Gua lagi di mana tebak?" Ahra memperlihatkan isi ruang kantornya

"Kok kayak kantor?"

"Right, gua jadi penerjemah di sini."

"Jangan bilang terjemahin bahasa Prancis yang lo suka itu?"

"Aha... Bener,"

"Congratulations!" ucap Sola dan Kezia barengan

"Maaf waktu gua udah abis nih. Dah dulu ya,"

"Oke, semangat kerjanya!" Kezia

"I love you ma friend!" Sola

Ahra hanya membalas dengan senyumannya, berbeda dengan yang ia sampaikan---Kenyataannya ia ingin memberi tahu apa yang terjadi waktu lalu.

Namun, dengan teguh dia menyembunyikan masalahnya---Karena tidak mau buat temannya merasa emosional.

*

Merasa rumah sendiri, musik diputar dengan speaker bass dengan volume yang sangat kencang---Membuat telinga keluarganya, bahkan tetangganya merasa pengang.

Jimin tidak peduliin semua orang, dia sangat egois. Jika musik kencang diputar, terlebih itu lagu favoritnya---Ia merasa sedikit lega.

Bahkan sampai joget-joget gak jelas, sampai-sampai Adiknya bingung dengan kelakuan gila Abangnya.

Jinyoung yang merasa tak nyaman, mematikan sumber suara itu---Lena pun ikutan marah.

"Abang udah gila ya?" ucap Lena

"Diem lo bocil," sahutnya kasar

Karena gregetan, Jinyoung menyumpel mulut Jimin menggunakan kaos kakinya Lena. Hampir saja pisau dapur melayang ke muka Jinyoung---Tapi cowok itu sudah kabur.

***

"Gua pake baju apa ya? Ah udah kayak orang mau dating," ucap Ahra sambil ngacak-ngacak baju. Akhirnya dia ambil baju jeans kodok dengan topi bucket

"Good evening my baby girl," ucap Suga sambil buka mobilnya untuk Ahra

"Good evening! Let's go!"

"Wait... Style apa yang lu pake? Hahaha..." Suga malah ketawain setelan yang Ahra gunakan

"Dasar kagak tau style, ini tuh ala-ala ulzzang."

"Ckckck,"

"Kita mau ke mana?" tanya Ahra

"Liat nanti,"

"Okay."

Sambil nunggu sampai, mereka gila-gilaan di dalam mobil sambil menyetel musik kencang. Sampailah di tempat tujuan---Kirain Ahra, Suga bakal bawa ke restoran mewah gitu. Kan dia orang kaya, apa cuma pura-pura kayak Jimin?

Dan ternyata Suga malah bawa Ahra ke bazar pinggir jalan---Style udah kece tapi malah ke sana.

"Suga? Lu sehat?" tanya Ahra

"Rada anget sih."

"Kenapa lu bawa gua ke sini njir! Kenapa gak di restoran gitu?" omel Ahra

"Nih dengerin ya Ra, restoran itu udah mainstream. Paling juga cuma duduk terus makan, mending di sini lu bisa mancing ikan, naik kora-kora, beli daleman, makan permen kapas bukannya itu lebih asik?" ujar Suga

"Iya sih... Tapi kan---"

"Udah, mending mancing ikan yang kalah bakal gendongin gua ataupun lu pas pulang sampe parkiran."

"Hah?"

Ahra kesal karena selalu kalah dengan Suga. Dia gak terima dan malah marah-marah---Walaupun begitu, taruhan tetap taruhan.

Habis memancing, mereka naik beberapa wahana yang lumayan memacu adrenalin---Diakhiri dengan makan jajanan lawas yang masih ada di sana.

Diam-diam, Jimin memperhatikan kebahagiaan Ahra dan Suga---Dia merasa ada yang sakit, tapi tidak terdiagnosis.

Cheater Guy • Park JiminOnde as histórias ganham vida. Descobre agora