15 ▶️ Merasa Bersalah

9 1 0
                                    

.
.
.
.
.

Keluar dari ruangan mengerikan, bukan berarti sudah selesai---Sialnya, Ahra harus menghadapi anak buah Taehyung.

Dia pun menetralkan diri untuk mulai berakting.

"Kenapa keluar?" Chanwoo

"Mana Taehyung?" Haruto

"Kalian udah selesai?" Bangchan

"Ehm, dia minta gua buat bawain rokok. Jadi mau nyari di toko depan,"

"Gua ada," sahut Woojin

"Bukan rokok itu,"

"Terus?"

"Dia bilang cuma gua yang boleh tau, dia harus rahasiain momentnya nanti sama gua."

"Auh... Oke lah, sanah!" ucap Chanwoo

Dengan lega, Ahra bisa keluar. Pas sudah beberapa langkah dari halaman depan rumahnya---Ia berlari secepat mungkin. Walaupun sempat merintih karena perutnya tergores pisau.

20 Menit Kemudian...

"Kok cewek itu gak balik-balik ya?"

"Taehyung juga gak keluar-keluar."

Merasa ada yang gak beres, Haruto mengecek ke kamar. Tentu saja dia kaget, "BOS!"

Jangan kira Ahra gak panik lari-larian kabur dari kumpulan cowok sengklek---Sampai-sampai ia gak sadar kalo bajunya yang dibuka Taehyung tadi masih terbuka dan menampakkan dalamannya.

Ia masih lari dan terus lari tanpa tau mau ke mana. Matanya yang sendu, melihat ke depan---Jimin sedang berlari juga sambil berteriak mencari Ahra.

"Jimin!"

"Ahra!"

Perempuan itu menghambur ke pelukan Jimin---Rasa takutnya seketika hancur, namun jika rasa trauma---Masih ada.

"Lo gak papa?"

"Huaaa... Hiks... Hiks..."

"Maafin gua baru nemuin lo,"

"Gua hampir diperkosa sama cowok itu, hiks..."

"Sialan. Tenang Ra, lo masih dilindungi. Gua bakal kasih peringatan buat dia!"

"T-tapi gua tadi... Nusuk dia tiga kali, sampe dia pingsan... Hiks..."

"Bagus. Gak papa, lo gak bersalah. Itu pembelaan diri---Dia berhak dapetin itu semua."

"Gua merasa jijik sama diri gua sendiri, terlebih gua juga jadi seorang pembunuh."

"M-maksud lo?"

"T-tadi, gua sempat liat dia sekarat---Pokoknya gua merasa hancur banget hiks..."

Jimin yang peka membuka hoodienya, dan memakaikan untuk Ahra---Agar perut cewek itu tidak terumbar lagi. Setelahnya, mereka ke rumah sakit untuk mengobati luka sayatan di perut Ahra.

***

Bagaimana bisa? Orang yang menyeramkan, mati begitu saja?

Bukannya berkabung, tetapi anak buahnya malah senang dan merayakannya.

Tentu saja, karena dari awal mereka sudah takut dan merasa tersiksa dengan Bosnya itu.

Mereka mengubur mayat Taehyung ramai-ramai ke tempat yang hanya diketahui oleh mereka. Entah bagaimana ke depannya, Polisi akan tahu atau tidak.

Semua itu bukan berarti mereka bebas, lagi---Mereka ditangkap Polisi. Kali ini, mereka gak bisa bebas begitu saja---Karena si pemilik kekuasaan telah mati.

***

Perempuan malang itu beruntung masih bisa ketemu keluarganya. Jimin yang mengantarnya pulang ke rumah.

"Ahra... Kita khawatir banget kamu gak pulang-pulang," ucap Ibunya

"Kamu ke mana ajah?" tanya Bapaknya

Ahra yang belum siap cerita, dipaksa cerita---Alhasil Jimin membawanya ke kamar, dan meninggalkan perempuan itu sendirian.

Mau gak mau, Jimin yang bertanggung jawab atas semuanya---Ia menjelaskan semuanya, dan langsung dapat makin dari orang tua Ahra.

"Kamu memang pembawa sial," ucap Bokap Ahra

"Kenapa masalah kamu bisa kesangkut ke anak saya?" omel nyokap Ahra gantian

"Mulai sekarang, jangan pernah deketin anak kami lagi."

"Pergi dari sini!"

"Baik, maafin saya sekali lagi. Saya pantas mendapatkan semua makian kalian," ucap Jimin

Mendengar keributan, tentu saja Ahra tidak tinggal diam---Ia keluar dan membela Jimin yang sudah berusaha menolongnya.

"Ibu, Bapak. Ini gak semuanya kesalahan Jimin, justru dia yang mau nolongin aku. Aku mohon, jangan salahin semuanya ke Jimin."

Orang tua Ahra pun sedikit mereda dari emosinya. Tetapi, Jimin tetap merasa bersalah---Dia tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

"Gak Ra, ini emang salah gua."

"Ya terus lo mau apa? Udahlah. Kalian makin bikin Ahra pusing!"

Cheater Guy • Park JiminOù les histoires vivent. Découvrez maintenant