"Masuk." perintah Adrew menyuruh Alena menaiki mobilnya.

Seketika Alena mematung di tempat, tidak percaya jika ia akan berangkat bersama dengan pria itu. Adrew pun langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobilnya, tanpa mau memperdulikan Alena yang hanya diam mematung, sambil menatapnya.

***

Di sepanjang perjalanan keheningan menyelimuti mereka. Adrew sibuk menyetir sambil menatap lurus jalanan, sementara Alena hanya diam menatap keindahan jalan dari jendela kaca samping.

Merasa pegal leher Alena yang miring ke samping kiri terus, akhirnya Alena pun menoleh ke arah Adrew. "Masih jauh ya?" pria itu melirik sekilas.

"Hm,"

"Adrew, panitia tuh gimana sih? Masa gue bisa nggak kebagian bus, padahalkan gue udah ada tiket. Berarti jumlah tiket ga sesuai sama jok kursi bus," protes Alena keluar begitu saja dari mulutnya.

"Panitia juga manusia, punya salah." balas Adrew yang masih menatap lurus ke depan.

"Ya makanya kalo ngitung tuh teliti! Katanya anak IPA, ngitung aja masih salah!"

"Nggak becus banget!" tukas Alena menjelek-jelekkan panitia, pria itu pun menoleh.

"Lu ngomong seakan-akan ga ada orangnya," ucap Adrew membuat Alena merutuki perbuatannya, gadis itu merasa malu, kemudian ia mengalihkan kembali pandangannya ke jendela samping.

"Tapi lu suka kan?"

Suara itu mampu membuat Alena memutar kepalanya menghadap Adrew yang tengah menatapnya teduh, tatapan yang baru pertama kali Alena lihat dari mata pria itu. Pandangan mereka tak kunjung putus, hingga membuat gadis itu merasakan degub jantungnya berdetak tidak normal.

Ciittt

"Awwhhk!" lirih Alena saat kepalanya terbentur dahsboard mobil.

"Lu nggak papa?" ujar Adrew khawatir sambil memegang pundak Alena. Alena menoleh lalu mengangguk, tatapan mereka pun kembali bertemu hingga sepuluh detik lamanya.

Adrew langsung membuka sealbelt dan keluar dari mobilnya. Tangannya berkutat untuk mengecek mobilnya yang tiba-tiba mogok di pinggir jalanan yang sepi.

"Adrew, kenapa?" tanya Alena yang baru saja keluar mobil.

"Mogok,"

"Kok bisa? Bensinnya habis?"

Pria itu mengangguk. "Gue lupa beli tadi malem," balasnya sambil mengelap peluh di dahinya.

"Yahh, terus gimana?"

"Duduk aja, gue cari tukang bensin dulu." peluh di dahi pria itu membuat Alena tidak tega melihatnya.

"Gue ikut!" seru Alena antusias.

"Ga usah. Duduk!"

"Pokoknya mau ikut! Lagi pula gue punya kaki bisa jalan sendiri. Ikut ya.. Boleh ya.. Iya... Ya?" balas Alena sembari memohon, lalu mendapat anggukan dari Adrew membuat gadis itu tersenyum senang.

Mereka pun mulai berjalan. Saat sudah lumayan jauh, mereka berhenti di suatu kedai yang ada di pinggir jalanan yang cukup ramai, keduanya berniat ingin bertanya dimana letak tukang bensin terdekat dari daerah situ. Adrew menyuruh Alena untuk duduk pada bangku yang tersedia di kedai tersebut, sementara ia masuk ke dalam kedai untuk bertanya.

Alena terduduk sambil termenung dengan mata menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan. Lamunan gadis itu seketika buyar saat ada benda dingin yang menyentuh pipinya. Ternyata Adrew yang melakukan itu, pria itu mengulurkan tangannya untuk memberi sebotol minuman dingin untuk Alena.

Perfect Couple [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن