28 - Rentan Terluka

Începe de la început
                                    

"Jujur kalo Kakak bakal lebih bahagia tanpa aku, aku dengan suka rela bakalan pergi buat mundur kok. Lagian kan sekarang cinta masa kecil Kakak udah kembali jadi buat apa aku disini."

"Udah malam, aku pamit pulang ya, Kak? Kakak cepat sembuh, aku tau kok Kakak kuat..." kata Anza dan kemudian dia beranjak dari posisinya. Sebelum pergi, ia mengecup kening Daven sekali.

***

Tak lama setelah kepergian Anza dari ruangan, beberapa detik kemudian Daven membuka matanya yang sebenarnya ia tidak tidur sama sekali dari tadi. Dia mendengar keributan itu, kebisingan itu, kebisingan yang terdengar jelas dari suara gadis yang memohon-mohon untuk bertemunya dan sahabatnya yang mencoba menahan-nahan gadis itu untuk tidak masuk ke dalam dan menemuinya.

Hati Daven terisak saat melihat gadis yang mati-matian dia jaga menangis seperti tadi di hadapannya. Dia seperti pria bodoh yang membiarkan seorang gadis menangis di depannya tanpa niat membantu menyeka air mata yang deras mengalir turun dari pelupuk mata itu.

Daven ingin bahkan sangat ingin sekali mengusap air mata di pipi gadisnya, namun dia tidak bisa melakukannya.  Egonya semakin kuat saat mendengar nama yang bahkan sangat tidak ingin di dengar olehnya--- Juan.

Detik-detik di saat Anza mencium kening Daven dan berlalu pergi, Daven meneteskan air matanya tanpa dia sadari. "Maaf banget, Za. Gue belum bisa jadi pacar yang baik buat lo," lirihnya menyalahkan dirinya sendiri.

***

Setelah keluar dari area rumah sakit tadi, Anza berjalan gontai di sepanjang jalan menuju kediamannya. Saat ini hujan deras, penglihatan Anza pun jadi kabur saat melihat jarak pandangan yang bahkan hanya berjarak satu meter.

Anza celingukan menoleh ke kanan dan ke kiri demi memastikan kalau kendaraan tidak ada saat dia akan menyebrang.

Anza menyebrang, dia sudah separuh jalan. Namun satu hal yang tak diinginkan terjadi.

BRAKKK!!!

Dari arah kiri, sebuah sepeda motor melaju sangat kencang dan menghantam tubuh Anza hingga gadis itu terpental.


Waktu terasa berjalan lambat. Teriakan Anza bahkan nyaris lenyap saking kencangnya. Ia terlempar setelah di terjang oleh motor yang melaju kencang. Tubuhnya penuh darah, ia bergerak terlihat merintih sambil memegangi kepalanya yang di rasa kesakitan sampai dimana ia tak bisa menahan rasa sakit itu dan perlahan mulai tidak sadarkan diri.

***

"Bay, itu ada apa sih kok rame banget gitu di sebelah sana?" tanya Ravis keheranan yang melihat di lobby banyak kerumunan orang.

"Paling juga ada yang kecelakaan sih," sahut Abay yang seolah mengerti dengan situasi seperti ini.

"Gue kepo, Bay. Lihat yuk? Perasaan gue kok jadi gak enak gini..." kata Ravis.

"Biarin lah. Nanti dia juga bakal ada yang nanganin. Lagian baper amat lo kayak cewek."

"Tapi beneran, Bay. Perasaan gue gak enak, kita ke sana lihat cuman buat mastiin aja ke khawatiran gue ini."

"Cuma perasaan lo aja kali."

Ravis berusaha melihat keramaian dari sana dengan menajamkan penglihatannya, namun dia tidak dapat melihat jelas siapa orang itu karena terlalu banyak orang yang mengerumuninya.

DEARANZA (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum