"Sekarang gue gak punya siapa-siapa lagi, selain lo. Dan gue ga tau bokap ada di mana sekarang. Gue sendiri, gue butuh lo." Fitta mengeratkan pelukannya.

Tak ada penolakan dari lelaki itu. Ia membiarkan gadis yang di sampingnya ini memeluknya.

Mendengar cerita Fitta ia pun merasa tersentuh dan merasa kasihan padanya, setelah sekian lama menghilang dan ia telah melalui masa sulit tanpa Agi ketahui.

Agi pun membalas pelukan Fitta. Dan menenangkan gadis itu. Mungkin dengan pelukan Agi, ia bisa merasa lebih tenang. Pikirnya.

"Lo harus sabar, Fit. Gue akan terus ada buat lo."

"Ada saatnya lo harus tenang, diam dan menantikan cara Tuhan. Gue yakin, lo bisa."

"Gue bakal berusaha," ucap Fitta sambil menghapus air matanya.

****

"Gimana sih Agi, pulang gitu aja! Gue kan masih pengen di temenin. Ck! Dasar ngga pengertian banget si jadi cowok!" gerutu Rara sambil menghentak-hentakan kakinya ke tanah.

"Terpaksa pulang sendiri deh!"

"Abang taksinya mana sih? Ko ngga dateng-dateng, waiting mulu cape kalii ah," omelnya terus menerus.

Tak lama kemudian ada sebuah taksi yang hendak melewatinya.

"Abang taksiiii!" panggil Rara sambil melambai-lambaikan tangannya.

Taksi itu pun menghampirinya.

"Ayo naik, neng!" ucap abang Taksi itu.

Rara segera menaiki Taksi tersebut dengan girangnya.

"Abang Taksi, abis kemana aja sih? Rara tungguin ngga muncul-muncul. Waiting itu capek tauk!" omel Rara pada abang Taksi itu.

"Abis jalan-jalan keliling kota, neng," Jawab abang Taksi seadanya.

"Ngapain?" tanya Rara polos.

"Ya nganter penumpang atuh, neng. Ari si neng teh ku naon atuh, memangnya bapak ini pengangguran yang kerjanya jalan-jalan terus ngabisin duit," jelas abang Taksi panjang lebar.

"Oh, iya juga ya."

"Kita mau kemana, neng?"

"Ke jalan Anggrek nomer lima, pak."

"Siap, nengggg!"

****

"Gue pulang, kalo lo butuh sesuatu telfon gue aja," ucap Agi sambil memasangkan helm di kepalanya.

"Makasih, karna lo udah temenin gue hari ini. Gue bakal inget terus semua nasehat lo." Fitta pun tersenyum pada Agi.

"Sama-sama."

"Oh iya, besok gue pindah sekolah di sekolah lama gue, tepatnya di sekolahan lo. Dan gue bisa tiap hari ketemu sama lo lagi."

"Itu sih hak lo, gue ga akan larang. Ya udah gue balik," pamit Agi.

"Hati-hati, Gi!"

Motor Agi melaju keluar pekarangan rumah Fitta.

Di sepanjang jalan Agi terus memikirkan apa yang barusan Fitta katakan. Apa kali ini ia harus percaya kembali pada gadis itu?

Gadis yang dulu pernah meninggalkan nya begitu saja, apa ia harus mempercayai nya begitu saja?

Otaknya terus berputar memikirkan kejadian tadi. Dan jujur, telah sekian lama Agi menunggu kehadiran gadis itu kembali ke kehidupannya. Dan sekarang gadis itu telah kembali, tetapi ia merasakan aneh di dalam hatinya. Ada perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Entah apa, Agi pun tak tahu jelas.

****

"Assalamualaikum, Rara pulang..." ucap Rara lesu.

"Waalaikumsalam, eh non udah pulang," sahut bi Minah.

"Udah makan belum, non?"

"Belum bi, bi Mama sama Papa belum pulang?" tanya Rara.

"Belum non, kayanya nanti sore deh pulangnya. Tadi nyonya udah ngabarin bibi, kalo non ngga usah tunggu nyonya sama tuan pulang, takutnya mereka berdua pulang malem. Emang ngga ngasih tau ke non?"

Kenapa mama papa ga bilang ya sama gue? Batin Rara.

"Eh iya kasih tau kok, bi." bohong Rara.

"Non mau makan sekarang?" tawar bi Minah.

"Nanti aja bi, Rara belum laper. Ya udah kalo gitu Rara ke kamar dulu ya, bi."

"Iya, non."

Rara pun berjalan menaiki tangga ke arah kamarnya. ketika ia membukakan pintu kamar, Rara tiba-tiba memberhentikan langkahnya.

Segitu sibuknya Papa sama Mama sampe ga bisa ngabarin gue? guman Rara.

Rara tersenyum miris memikirkan hidupnya yang sekarang ini.

Lalu ia menutupkan kamarnya kembali. Dan segera membersihkan dirinya.

****

*Rumah Agi.

"Kamu baru pulang, Gi?" tanya Renata, Bundanya Agi.

"Abis dari mana?" tanya Chandra, Ayahnya Agi.

"Iya, Bun. Abis nganterin Rara dulu ke toko buku," jawab Agi sambil melemparkan tasnya ke sofa.

"Ohh gitu. Gi, ko Rara ga pernah ke sini lagi sih? Padahal Bunda kangen lho sama calon mantu bundaa," godaa Renata.

"Anak kita udah besar ya, Yah," ucap Renata sambil menatap kagum anaknya itu.

"Iya bener bun, bentar lagi kita punya mantu," goda Chandra.

"Apaan sih Bun, Yah!"

"Idih malu-malu, ngga papa kali sama orang tua sendiri juga," goda Renata secara terus menerus.

"Bundaaaaaa! Udah ah, Agi mau ke kamar dulu, Agi mau istirahat."

"Iya, iyaaaaa. Udah sana mandi biar ganteng, kalo ganteng kan calon mantu Bunda tambah betah," ucap Renata sambil tersenyum jahil.

"Terserah Bunda deh!" ucap Agi sambil berjalan meninggalkan Renata dan Chandra yang tengah tertawa terbahak-bahak.

Agi langsung menuju kamarnya, dan segera membantingkan tubuhnya ke kasurnya yang empuk.

Ia teringat pada Rara yang ia tinggalkan tadi di mall.

Apa dia udah pulang? Batin Agi.

🌿🌿🌿

Ini yang jadi Fitta, gimana? Cantik dong? Cantik lah, kalo ga cantik, si Agi juga ga bakal berpaling dari Rara, hm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini yang jadi Fitta, gimana? Cantik dong? Cantik lah, kalo ga cantik, si Agi juga ga bakal berpaling dari Rara, hm.

Just For YouWhere stories live. Discover now