Ali

Nah yaudah minggu depan aja kalo ngga. Gue juga bisa minggu depan, minggu ini gue ada dinas keluar.

Rizky

Yaudah nanti pada kabarin aja ya. Udah dulu, Syifa lagi di samping gue.

"Lagi WhatsApp-an sama siapa sih kak?"

"Eh, engga. Ini... temen kantor, nanyain kerjaan."

"Ooooh, oke."

Rizky memang sengaja memberi tahu semua termasuk Randy dan Anwar perihal Tante Lusi. Ia ingin semua orang terdekatnya tahu bahwa Tante Lusi sudah keluar dari penjara. Memang tidak ada yang salah dengannya yang sudah keluar dari penjara. Hanya saja Rizky merasa takut apabila Tante tirinya itu berulah lagi. Ia selalu mengingat apa saja yang Tante tirinya itu lakukan terhadap keluarganya dan keluarga Syifa. Tante Lusi begitu licik, jahat dan kejam. Tante tirinya lah yang merubah sifat dan sikap Syifa dahulu ketika istrinya itu kehilangan ibunya. Rizky tidak ingin hal semacam itu terjadi lagi. Dari awal ia mengetahui bahwa Tante Lusi sudah bebas, Rizky tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia bahkan selalu pulang lebih cepat akhir-akhir ini hanya demi untuk memastikan bahwa Syifa baik-baik saja. Rizky sangat khawatir dan tidak tenang apabila ia meninggalkan Syifa dengan waktu yang cukup lama. Ia juga menyuruh satpam, supir, dan asisten rumah tangganya untuk memperhatikan dan menjaga Syifa secara ekstra.

Rizky tidak mengizinkan Syifa keluar tanpa dengan supirnya, Rizky tidak memperbolehkan Syifa mengerjakan pekerjaan rumah tangga kecuali memasak makanan dan membuat minuman untuk Rizky, Rizky tidak memperbolehkan Syifa memakan makanan yang menurutnya tidak baik untuk kesahatannya. Rizky sangat protektif sekali terhadap Syifa. Hingga ia tidak sadar, bahwa Syifa sangat tidak nyaman diperlakukan seperti itu.

"Kamu udah minum susu kamu sayang?" Rizky bertanya seraya mengusap perut Syifa yang masih datar itu.

"Belum."

"Loh kok belum? Aku buatin yaa."

Baru saja Rizky ingin beranjak, Syifa menahannya.

"Gausah kak. Aku enek kalo minum susu yang itu."

"Enek? Kemarin-kemarin bukannya kamu suka?"

"Iyaa, tapi lama-lama jadi enek."

"Yaudah, besok kita tanya ke dokter susu apa lagi yang bagus buat kamu yaa."

Syifa menghembuskan napasnya keras.

"Kak, kita tinggal cari dan beli susu yang cocok buat aku. Kenapa harus ke dokter segala sih?"

"Iya rekomendasi dari dokter itu kan bagus, sayang."

"Tapi aku gamau ke rumah sakit terus kak. Aku baik-baik aja kaya wanita hamil lainnya kak, aku bukan orang penyakitan. Kakak nge-treat aku layaknya aku orang yang punya penyakit serius tau gak!" Syifa menangis kali ini. Ia sudah tidak tahan dengan sifat protektif Rizky terhadapnya.

"Syif, aku cuman pengen kamu dan anak kita sehat dan baik-baik ajaa."

"Ada apa sih kak? Kenapa kakak begitu over-protektif sama aku?" Syifa menepis tangan Rizky yang menghapus air matanya.

"Gaada apa-apa, Syifa. Aku sayang banget sama kamu, makanya aku segininya sama kamu. Just believe me, okay?" Rizky menggenggam tangan Syifa erat seraya menatap dalam manik mata istrinya.

Syifa melihat ada sesuatu di mata Rizky. Rizky sama sekali tidak marah dengannya. Genggaman tangan Rizky yang erat dan basah juga seakan menyiratkan ada sesuatu yang ditutupinya.

"Apa aku emang punya penyakit serius kak?"

Rizky kaget mendengar pertanyaan Syifa. kepalanya menggeleng kuat.

Another Side - CompletedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora