2. Dia Yoga.

60 10 0
                                    

Hal yang menyebalkan saat istirahat sekolah. Apalagi kalau bukan kantin yang sangat ramai?. Aku duduk di meja maksudku di kursi yang tersisa di kantin. Bersama Meli tentunya.

"Raa, itu tuh itu yang namanya Yoga!" Meli menunjuk seseorang yang tengah duduk tak jauh dari kami.

Sejenak aku memperhatikan pria itu. Dia manis. Tak begitu tinggi memang tapi dia lucu. Terlihat dari wajahnya, dia adalah seseorang yang mudah bergaul.

"Udah dong biasa aja ngeliatinnya," ucap Meli mengagetkanku.

"Apaansih!?" aku mengalihkan pandanganku.

"Raa, dia ngliatin kamu tuh!" lagi lagi Meli menghentikan kegiatan makanku.

"Bukan aku kali yang dia liatin," jawabku enteng.

"Terus ngliatin siapa? Ngliatin dinding?" tanya Meli.

Aku menatap ke depanku. Memang, di depanku hanya ada dinding, dan aku memang membelakangi Yoga.

"Aku yakin deh kayaknya dia suka sama kamu," ucapnya lagi.

"Nggak usah sok tau kamu tu," ucapku sambil memakan makanan milikku.

"Kalo diliat dari omongannya di chat sih bisa jadi dia suka sama kamu," ujar Meli meminum minumannya.

"Emang di chatan dia ngomong gimana sama kamu?" tanyaku sejenak menghentikan kegiatan makanku.

"Katanya kamu cantik Ra," jawabnya.

"Hmm udah biasa. Ngga ada yang spesial," ujarku sambil melanjutkan kegiatan makanku.

"Dia suka sama kamu tau," ujarnya lagi. Aku menghembuskan nafas berat.

"Semua lelaki emang gitu Mel. Ngga usah terlalu dianggep serius," ucapku sedikit kesal dengannya.

"Iyadeh iyadeh."

Aku menoleh ke belakang. Saat aku lihat, Yoga tengah asik tertawa dengan teman temannya. Satu yang bisa aku simpulkan.

Dia tampan.

#

Kalau saja aku tau kau seperti ini, mungkin aku tak akan memujimu.

Aku menyesal telah mengataimu tampan.

My Beloved Brother |tamat|Where stories live. Discover now