Bagian 27 : Here For You

829 38 1
                                    


Budayakan vote sebelum membaca dan berikan komentar mu setelah membaca.

Enjoy this part

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

“Saat yang paling membanggakan bagi seorang pria adalah saat Ia mampu melindungi orang yang Ia cintai. Namun kegagalan terbesar mereka adalah, membiarkan orang yang mereka cintai terluka.”
~Vana Illusion~


Iva yang diikuti oleh Tamara di belakangnya keluar dari dalam ruangan musik dengan wajah lelah. “Pulang bareng siapa? Supir Lo atau calon pacar?” Tamara mengerlingkan matanya menggoda Iva.

Iva tersenyum. “Kalo Lo? Dijemput sama siapa? Mantan pacar?” ledek  Iva yang ditanggapi  Tamara dengan mengerucutkan bibirnya.
“Gue di jemput sama Kak Arlando. Lo?”

“Gue di jemput sama supir bokap Gue, dan Dia udah nunggu di depan deh kayaknya.”

Belum jauh Iva dan Tamara melangkahkan kakinya, sebuah suara dari arah belakang mereka membuat langkah mereka terhenti.
Lula, senior mereka tampak berlari mendekati Iva dan Tamara. “Va, Gue bisa minta tolong bantuan Lo gak? Sebentar aja kok.”

Iva melirik ke arah Tamara sekilas. “Ada apa yah Kak?”

“Bisa tolongin Gue buat ngambilin kabel microfon di gudang gak? Yang lain udah pada pulang soalnya,”
Iva melirik kembali kearah Tamara yang juga sedang memandang kearahnya.

“Lo gakpapa kan kalo ke gerbang sendiri?” Iva memandang ke arah Tamara. “Iya gakpapa kok, maaf yah gak bisa bantuin. Kasihan supir Gue kalo nunggu kelamaan.” Jawab Tamara.

“Gakpapa kok, yaudah kita duluan yah. Yuk Kak.”

Iva mengikuti langkah Lula menuju gudang. Ponsel di dalam rok saku Iva bergetar dengan cepat Iva merogoh sakunya, Iva tersenyum saat Ia melihat namayang tertera di layar ponselya

“Halo Kak,” ucap Iva masih sambil melangkah mengikuti Lula yang berjalan di depannya.

“Halo, udah pulang kan? Aku jemput yah.” Sahut Arlando.

Iva ingin menjawab namun terhenti saat Lula mengisyaratkan jika mereka akan sedikit lama, Iva menganggukan kepalanya kepada Lula.

“Kayaknya aku masih lama lagi deh, jemputnya ntar aja yah Kak. Kalo udah selesai nanti aku hubungin Kak Arlando lagi.”

“Oke. Jangan lupa ntar kabarin aku yah.”

Iva tersenyum walaupun Ia tau jika Arlando tidak akan bisa melihat senyum nya saat ini. Iva memasukan ponselnya kali ini Ia tidak memasukkan kedalam saku roknya, melainkan kedalam tas  nya.

Entah hanya perasaan Iva saja atau tidak, entah mengapa saat Ia melihat pintu gudang dari kejauhan  perasaan nya mendadak merasakan sebuah firasat yang buruk namun Ia segera menepis pikiran nya jauh jauh. Ia melirik sekitarnya, jam sudah menunjukan hampir pukul setengah 6 sore pantas saja sedari tadi Ia tidak melihat satu pun siswa di sekolah ini kecuali Ia dan Lula.

“Kenapa gak ambil mic nya besok aja Kak?” tanya Iva saat Lula membuka pintu gudang mempersilakan Iva untuk masuk pertama kalinya. Bukannya jawaban yang Iva dapat kan melainkan senyum dari Lula, tidak. Ini bukan senyuman melainkan sebuah cengiran yang membuat Iva semakin bertanya tanya.

Tuhan apa pun yang akan terjadi, kiranya bantu aku.

Reflex Iva merapalkan ini dalam otakya saat Lula mendorong tubuh Iva dengan kuat membuatnya tersungkur di atas lantai yang berdebu, lalu dengan cepat Lula menutup pintu dari luar mengunci Iva sendirian di dalam gudang yang saat ini benar benar gelap. Iva dengan cepat berdiri berusaha mengapai knop pintu, namun kali ini Iva kembali salah menebak. Ia tidak sendirian di dalam gudang ini.

VANA ILLUSION Where stories live. Discover now