Bagian 13 : Kesatria penyelamat.

1.2K 84 5
                                    


“Ketika kau sudah menorehkan sebuah luka, maka kata maaf tak akan pernah dapat menyembuhkan nya kembali seperti sediakala.”
-Vana Illusion.

Iva yang sedang belari menuju pintu keluar lapangan seketika berhenti ketika ia melihat Nanda yang sedang menenteng seragamnya berjalan kearahnya dari arah pintu.

“Kenapa lo lari-lari?” Tanya Nanda melihat Iva yang sedang berlari kearahnya.

“Gak pa-pa bang. Mana? Siniin kunci rumah, gue mau pulang” Ucap Iva masih dengan nafas yang belum teratur.

“Nih” Nanda memberikan kunci dari saku baju seragamnya kepada Iva. “Langsung pulang. Jangan keluyuran lagi.” Perintah Nanda.

“Iya iya bawel. Bye.” Iva kembali melanjutkan langkah nya keluar dari dalam lapangan basket.

Arlando yang melihat Nanda dan Iva di depan pintu lapangan sedikit mengerutkan dahinya. “Mereka  saudara? Atau pacaran?” gumam Arlando ketika ia menginggat kejadian saat ia ingin berkenalan dulu dengan Iva di parkiran. Ia sangat ingat jika Nanda menyuruh Iva untuk masuk kedalam mobilnya.

Arlando yang masih sibuk mencerna kejadian tersebut terhenti ketika Nanda menepuk bahunya. “Lo kenapa?” tanya Nanda.

“Gakpapa kok.” Jawab Arlando. “Itu tadi siapa lo?” tanya Arlando.

“Oh, itu cewek? Dia anak tetangga gue.” Jawab Nanda dengan suara yang ia buat setenang mungkin. Nanda dan Iva memang sudah berunding jika nanti ada yang menanyakan status hubungan mereka, maka mereka harus kompak menjawab bahwa mereka tetanggaan.

“Oohh.” Gumam Arlando dengan percayanya terhadap ucapan Nanda.

“Yaudah ayok mulai latihan.” Ajak Nanda yang segera diangguki oleh Arlando.

*****

Hari ini Iva terpaksa harus pulang sendiri, supir yang biasa menjemputnya tidak masuk bekerja hari ini, sedangkan Nathan masih dinas. Dan tidak mungkin Iva pulang bersama dengan Nanda, lagi pula Nanda sudah pulang dua jam yang lalu.

Iva baru saja mengikuti ekskul musik, dan mereka baru saja bubar dari latihan. Ia berjalan melewati lorong lantai 2 yang sangat sepi.

Saat Iva bearada di lantai 1 betapa terkejutnya ia ketika bahunya ditepuk seseorang, orang yang menepuk bahunya berjalan kehadapan Iva,  dan Iva sangat binggung melihat orang tersebut. Ia tidak pernah bertemu dengan orang yang ada di hadapannya saat ini, namun melihat dari seragamnya Iva yakin bahwa pria yang ada didepannya ini adalah seniornya.

“Ada apa yah kak?” tanya Iva sesopan mungkin.

“Kamu mau pulang?” bukannya menjawab pertanyaan Iva pria di hadapannya ini malah mengajukan pertanyaan kembali kepada Iva.

“Iya” jawab Iva sedikit gugup.

“Ayo aku antar.” Dengan cepat pria yang tidak diketahui Iva sama sekali namanya itu, menarik tangannya tanpa persetujuan dari Iva. Iva yang mendapat perlakuan seperti itu berusaha untuk menarik tangannya dari genggaman pria tersebut, namun sangat disayangkan.tenaga Iva tidak cukup kuat untuk melepaskan genggaman pria tersebut.

“Lo siapa sih? Lepasin tangan gue.” Iva memberontak agar tangan nya bisa lepas dari genggaman pria tersebut.

“Lo gak perlu tau. Udah ayok, gue bakal anterin lo pulang.” Putus pria itu sambil menarik tangan Iva dengan paksa.

“Gak. Gue gak mau. Lepasin gue, tolong!!” Iva yang merasa sedang dalam mode bahaya, lantas berteriak berharap ada orang yang menolongnya.

Dan wush, doa nya terjawab. Tangan pria yang berusaha menariknya iba-tiba dicengkram oleh seseorang dan wow. Sepertinya penyelamatnya sore ini adalah Arlando.

“Lepasin tangannya.” Perintah Arlando kepada pria tersebut.

“Gak usah ikut campur sama urusan gue, mending lo sekarang pergi.” Sinis pria itu.

Arlando yang sudah sangat marah mencengkram dengan kuat tangan pria tersebut, pria yang tangannya dicengram oleh Arlando sontak melepaskan cengkraman tangannya pada Iva.

“Gue udah bilang sama lo, pergi. Jangan ganggu urusan gue.” Ketus pria itu.

“Ternyata lo belum tobat ya, kebiasaan lo yang suka gangguin orang itu belum berubah sama sekali ?” tanya Arlando.

“Dan ternyata, kebiasaan lo buat ikut campur urusan orang, belum berubah sama sekali.” Balas pria itu tak kala sinis.

Arlando yang kemarahannya sudah di ujung tanduk mencengkram kuat kerah leher pria tersebut. “Tutup mulut brengsek lo itu. Apa perlu gue ajarin mulut sampah lo itu.” Dengan rahang yang menegas, Arlando menekankan setiap kata dalam ucapannya.

Iva yang melihat melihat perdebatan diantara kedua orang dihadapannya tersebut terduduk lemas di atas lantai, sambil menekan kuat di daerah bagian dadanya.

Ingatan satu tahun yang lalu berputar kembali dalam pikirannya, ia juga dulu mengalami hal yang sama saat Ryan dan Rizky bertengkar di hadapannya.

“Kalo lo gak mau pergi. Gue bakal pastiin sisa hari-hari lo disekolah ini gak bakalan tenang.” Tegas Arlando. Pria yang di hadapan mereka tampaknya nyalinya menciut setelah melihat raut wajah Arlando yang cukup menyeramkan.

Pria tersebut melepaskan cengkraman tangan Arlando pada kerahnya dan ia tampak melirik Iva sekilas, lalu melangkah pergi meninggalkan mereka.

Arlando yang melihat kepergian pria itu lantas berbalik menghadap kea rah Iva. Arlando yang melihat Iva duduk di atas lantai ikut berjongkok di hadapan Iva.

“Kamu gak pa-pa?” tanya Arlando dengan suara lembutnya.

Iva yang masih syok dengan kejadian tadi terus menundukkan kepalanya memadang lantai yang menjadi alas dudukannya, tanpa berniat memandang wajah Arlando.

“Lo masih gak mau ngomong sama gue?” Arlando kembali bertanya. Namun Iva tetap diam tidak bergeming sama sekali.

“Ok. Kalo lo gak mau gue tolongin yah udah. Gue pulang dulu.” Ucap arlando, Arlando yang masih berjongkok dihadapan Iva mendekatkan kepalanya kearah telinga Iva. “Kalo lo masih mau disini yaudah gak pa-pa, tapi gue saranin hati-hati ya. Kalo lo gak jumpa sama cowok itu lagi yah-” goda Arlando sedikit berbisik ditelinga Iva, sambil menggantung kan ucapanya.

Arlando bangkit berdiri “Dan kalo lo lagi beruntung lo bisa ketemu kok sama penunggu di sekolah ini.” Sambung Arlando sambil melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Iva yang masih duduk di atas lantai.

“Gue pergi dulu yah, bye.” Pamit Arlando dan dengan langkah gontai ia melangkahkan kakinya sambil melambaikan  tangannya tanpa menghadap Iva.

“Kak,” suarah lirih Iva membuat Arlando menghentikan langkah kakinya, dan tersenyum tanpa membalikkan badannya yang masih memunggungi Iva.

Kena kau.’ Batin Arlando berteriak kegirangan.

Arlando memutar tubuhnya dan dengan cepat mengubah raut wajahnya kembali datar. “Lo manggil gue?” Tanya Arlando sok polos.

Iva yang sudah tidak lagi menunduk memandang Arlando sambil menganggukan kepalanya pelan.

Arlando sempat terkejut melihat aliran air mata Iva yang mengalirdi atas pippinya. ‘Apa ia setakut Itu’ tanya Arlando pada dirinya sendiri.

Arlando kembali berjongkok di hadapan Iva, mata Arlando dan mata Iva masih tetap saling memandang.

Arlando membuka kacamata yang Iva gunakan ‘Ternyata memang dia orangnya.’ Batin Arlando mengingat kejadian di rumah saakit saat itu.

Arlando menghapus air mata Iva menggunakan ibu jarinya dengan sangat lembut dan perlahan. Dan Iva sepertinya sudah terhipnotis dengan perlakuan Arlando tersebut. Buktinya ia membiarkan air mata nya di hapus oleh Arlando.

Dan tanpa mereka sadari saat itu juga takdir telah menghubungkan mereka.


*TO BE CONTINUE*








31 JULY 2018

VANA ILLUSION Où les histoires vivent. Découvrez maintenant