Bagian 18 : Menggenalmu.

1.1K 56 8
                                    


Hola I back..
Maafkeun daku yang muncul kaya jerawat ini.

I just wanna say thanks for 1000++ readers.

Thankyou for always support me 🙏🙏

I Love you Geng's

🍀🍀🍀🍀🍀

“Hidup sendiri itu tenang. Namun kalimat itu akan patah ketika pada akhirnya kau akan sadar bahwa menemukan seorang penenang pun jauh lebih menenangkan.”
-Anonim.

“Gue di depan rumah lo. Gue hitung 1-10 kalo lo gak keluar, habis lo.” Perintah Angga dengan tegas lalu ia mengakhiri panggilan itu sebelum Iva memberikan persetujuan.

Iva tersentak dengan perintah Angga barusan, sekarang banyak pertanyaan yang hilir mudik di dalam kepala cantiknya.
Dari mana dia tau rumah gue?  tanya Iva membatin pada dirinya sendiri. Tanpa sadar Iva segera melangkah kah kan kakinya menuju halaman rumahnya.

Betapa terkejutnya Iva ketika ia melihat Angga sudah berdiri di depan rumahnya. Iva sempat terpukau melihat tampilan Angga malam ini, Angga yang menggunakan kaus polo putih dengan jeans yang rada koyak dibagian lutut nya dan tak ketinggalan sneakers abu-abu yang sangat kontras di kakinya.

Iva berjalan mendekat kearah Angga yang tengah bersandar di samping motornya.

“Lo telat 3 detik,” ujar Angga ketika Iva sudah berada tepat di depannya. Iva sedikit melotot kan kedua bola matanya, ia tidak percaya bila Angga benar-benar menghitung waktu Iva untuk keluar dari dalam rumahnya.

“Kakak tau rumah aku dari mana?” akhirnya pertanyaan yang sedari tadi yang menghantui pikiran Iva, akhirnya meluncur dari bibirnya.

“Karna lo telat 3 detik, sebagai hukumannya lo harus ikut sama gue.” Bukannya menjawab pertanyaan Iva, Angga malah memberikan sebuah hukuman kepada Iva.

Angga yang sudah berada di atas motor birunya memandang Iva yang masih diam terpaku.
“Lo ternyata lebih cantik kaya gini.”

Jlebb..
Sekarang Iva tersadar jika ia tidak memakai perlengkapan nerd yang biasanya ia gunakan kesekolah.

“Gak usah basa-basi deh lo. Mau lo apa? Dari mana lo tau alamat rumah gue?” Iva yang sudah cukup jengah akan tingkah laku Angga yang terkesan biasa-biasa saja ketika melihat  Iva dengan tampilan saat ini mulai frustasi.

Angga terkekeh melihat Iva yang sudah emosi, Angga kembali turun dari atas motornya lalu berjalan kearah Iva.

“Mau gue lo ikut bareng gue, sekarang.” Tegas Angga sambil menarik tangan Iva menuju motornya. Iva yang tak dapat berkutik, hanya mengikuti Angga untuk naik keatas motornya.

“Pegangan yang kuat.” Ucap Angga ketika Iva sudah berada di atas motornya.

“Udah” jawab Iva ketus.

Angga yang tidak merasakan Iva berpeganggan pada pinggangnya seketika membalikan tubuhnya menghadap Iva.

“Gak usah berharap gue bakal pegangan ke pinggang lo.” Iva memang tidak memegang pinggang atau pun bahu Angga, melainkan ia berpegangan pada belakang motor Angga.

Angga terkekeh mendengar ucapan Iva “Lo gak malu? Ntar kalau diliat orang lo dikatain nenek-nenek lo,” goda Angga.

“Masa. Bodo.”

“Yaudah, kalo lo jatuh jangan salahin gue.”

Angga segera memajukan motornya dengan kecepatan tinggi, ia memang sengaja melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, karna Angga tau dengan kecepatan seperti ini Iva akan sangat kesulitan jika ia hanya berpegangan pada belakang motornya. Namun Iva tetap bertahan dengan posisi seperti ini.

VANA ILLUSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang