Bagian 7 : Bohong

1.6K 114 23
                                    

 

“Karena gak semua masalah yang kita alami bisa kita bagi ke orang lain, kadang kita juga harus punya masalah dan menyimpan masalah itu seorang diri.”
-Givana Aurella Pratama.

Iva sedang berjalan di lorong kelas 11 yang sudah mulai ramai, saat dia ingin masuk kedalam kelasnya  tiba-tiba seseorang memanggilnya.

“Vana….” Teriak orang yang memanggilnya.

Iva mengerutkan alisnya mendengar panggilan itu, Vana adalah nama panggilan Iva dulu saat Smp dan hanya orang terdekatnya saja yang memangilnya dengan nama itu, Namun saat dia dan keluarganya pindah dulu, Iva tidak dipanggil lagi dengan nama Vana melainkan Iva.

Iva memutar badannya mencari orang yang memangilnya di antara kerumunan orang, seketika matanya memicing melihat seorang perempuan yang sekarang berdiri tepat didepannya dengan senyum yang sangat Iva kenali bahkan sampai saat ini meskipun mereka sudah tidak bertemu selama hampir empat tahun.

“Tamara,” Pekik Iva.

Iva langsung melangkahkan kakinya mendekati perempuan itu dan langsung memeluknya.

“Gue kangen banget sama lo.” Ucap Iva dengan sangat tulus, Iva dan Tamara sudah berteman semenjak mereka kecil, kedua orangtua Iva dan Tamara sudah berteman mulai mereka SMA, dan mereka memang sengaja dulu tinggal berdekatan sampai ayah Iva memutuskan untuk pindah empat tahun yang lalu dan terpaksa harus berpisah dengan keluarga Tamara.

Tamara dan Iva sudah tidak berhubungan lagi selama tiga tahun kebelakang, mereka tiba-tiba lost contact semenjak Tamara kehilangan ponselnya dulu. Dan sangat lucu bagi Iva, ia sudah dua bulan bersekolah di sini dan baru sekarang ia bertemu dengan Tamara.

“Gue lebih kangen lagi sama lo va.” Balas Tamara. Mereka melepaskan pelukan mereka dan saling bertatapan, tiba-tiba Tamara memukul pundak Iva.

“Kenapa lo gak ngabarin gue kalo lo mau balik kesini lagi?” Air mata Tamara sudah mulai menggenang di pelupuk matanya.

Bukannya marah Iva malah tertawa melihat Tamara yang ingin menangis “Udah empat tahun tapi lo masih aja tetap cenggeng ya.” Tawa Iva semakin keras.

“Gimana gue mau hubungin lo kalo gue gak tau nomor lo yang baru, Pake telepati?” Tanya Iva.

“Lo itu hidup di zaman apa sihh? Batu? Masih gak kenal sama yang namanya social media?” Ketus Tamara.

“Lo kan tau kalo gue gak suka main sosmed.”

“Ya ampun Iva. Lo masih sama aja yah kaya dulu. Sosmed Cuma lo buat jadi pajangan aja di Hp lo tanpa lo gunain.”

Iva hanya tersenyum mendengar ucapan Tamara. Iva memang sangat jarang menggunakan Sosmed, bahkan postingan instagramnya yang terakhir saja di posting tahun lalu saat ia ikut wisata sekolahnya dulu.

“Lo disini masuk kelas berapa?” Tanya Tamara.

“Gue kelas 11 IPA 3.”

“Yah, gue kelas 11 IPA 1.” Ucap Tamara dengan raut wajah sedih.

“Yaelahh, kelas kita cuman di pisah sama  satu kelas aja, gk usah cemberut itu bibir.” Goda Iva.

“Iya deh.. tapi ingat ya jam istirahat lo harus gabung sama gue” Tegas Tamara.

Tamara sudah mulai sadar dengan penampilan Iva yang sekarang, penampilan yang terkesan kuno padahal dulu saat Smp Iva adalah anak yang paling modis di kelasnya tentang fashion.

“Kenapa penampilan lo sekarang jadi kaya gini?” Tamara melihat penampilan Iva dari kepala sampai ke ujung kaki. Iva juga ikut memperhatikan penampilanya dan langsung tersenyum.

VANA ILLUSION Donde viven las historias. Descúbrelo ahora