Bagian 14 : Terbongkar?

1.3K 91 11
                                    

“Aku ingin selalu menggenggam tanganmu dan membawa mu berjalan disampingku, mengenalkanmu kepada dunia bahwa kau adalah Ivaku, Milikku.”
-Arlando Kenzie Arkananta.

Arlando menghapus air mata Iva dengan lembut. “Jangan nangis. Lo makin jelek tau kalo nangis.” Canda Arlando.

Iva segera menghapus air mata nya sendiri setelah mendengar candaan Arlando. Arlando bangkit berdiri dan mengulurkan tangan kanan nya sementara tangan kirinya berada di dalam saku kantong celananya.

“Yuk pulang.” Ajak Arlando.

Tanpa berfikir panjang Iva mengulurkan tangan kirinya, Arlando menggenggam tangan Iva dengan penuh kelembutan lalu menariknya berdiri.

Iva yang baru saja ingin menginjakkan kaki kanannya keatas lantai seketika oleng dan hampir terjatuh kembali ke atas lantai, namun tangan kiri Arlando dengan sigap  telah berada di pinggul  Iva, berusaha untuk menahan tubuh Iva yang hilang keseimbangan.

Posisi Arlando dan Iva saat ini sangat dekat, dengan tangan kanan Arlando yang menggenggam erat tangan kiri Iva, sementara tangan kiri Arlando berada di pinggul Iva dan tangan kanan Iva yang mencengkram lengan bahu Arlando.

Bahkan deru nafas Arlando dapat dirasakan Iva menyapu wajahnya. “Kamu kenapa?” tanya Arlando dengan posisi yang masih sama.

“Kaki aku kayanya terkilir.” Ucap Iva sambil memandang kedua bola mata hazel Arlando.

Arlando membantu Iva untuk duduk di bangku yang berada tidak jauh dari posisi mereka. Arlando mendudukkan Iva dengan perlahan dan ia kembali berjongkok di hadapan Iva lalu membuka sepatu Iva.

Tampak nya kaki Iva terkilir saat ia tadi berusaha untuk melepasakan cekalan tangan pria tadi, terbukti mata kaki Iva yang sudah berubah warna menjadi sedikit membiru.

“Kamu masih kuat jalan?” tanya Arlando dengan posisi yang masih tetap berjongkok dan memangku kaki kanan Iva.

“Masih,” jawab Iva seadanya. Iva mencoba untuk berdiri dengan bantuan Arlando yang sudah tidak berjongkok lagi, saat Iva melangkahkan kaki kanannya ia kembali oleng. Dan lagi-lagi Arlando menahan tubuh Iva dengan kedua tanganya yang berada di bahu Iva.

“Kalo gak bisa gak usah dipaksa.” Tutur Arlando dengan lembut.

Tanpa basa-basi Arlando segera membopong tubuh Iva dengan gaya bridal style. Iva yang tiba-tiba digendong oleh Arlando segera melingkarkan kedua tangannya di leher Arlando.

Sebelum berjalan Arlando memandang wajah Iva sebentar sebelum ia melangkahkan kakinya kearah parkiran.

Iva yang merasakan kehangatan tubuh Arlando menyandarkan kepalanya dalam ceruk leher Arlando, dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Arlando sambil memejamkan kedua matanya. Arlando yang menyadari tindakan Iva hanya tersenyum sambil terus membopong tubuh Iva keparkiran, dan betapa beruntungnya Arlando karena tadi pagi ia membawa mobilnya, bukan motor kesayangannya.

Arlando yang sudah tiba di depan mobilnya membukakan pintu untuk Iva, dan  masih tetap sambil mengendong Iva dalam dekapannya.

Arlando memasangkan seat-belt ketubuh Iva,  Sebelum Arlando keluar. Entah keberanian dari mana, ia mengelus kepala Iva yang sudah tertidur.

sleep tight Iva  gumam Arlando.

Arlando keluar dan berlari mengitari mobilnya dan masuk ke bangku kemudi, sebelum ia menjalankan mobilnya ia kembali memandang wajah damai Iva yang masih tidur dengan lelap disampingnya.

Puas memandangi wajah Iva, Arlando memacu mobilnya meninggalkan parkiran dan melesat menembus jalanan.

Arlando tidak cukup binggung untuk mengantar Iva kemana, ia masih ingat akan ucapan Nanda yang mengatakan jika ia dan Iva adalah tetangga. Berhubung Arlando pernah mengantarkan Nanda setelah mereka latihan basket tempo hari, maka yang perlu Arlando lakukan hanya membawa Iva  ke komplek perumahan Nanda.

VANA ILLUSION Where stories live. Discover now