8 - Perasaan Aneh

Mulai dari awal
                                    

"Ini baru cowok sejati men." kata Ravis.
"Tapi jangan main tangan juga bro, dia cewek." lanjutnya.

"Iya lah gue juga tau batesan kali." Ravis hanya manggut-manggut.

"Gue punya sulap," kata Abay dengan raut wajah yang meyakinkan tiba-tiba berucap setelah diam beberapa saat.

Daven dan Ravis menatap Abay dengan lekat.

"Ini kosong," kata Abay sembari memperlihatkan isi saku baju seragamnya. "Ini kosong," lanjutnya memperlihatkan saku celana abu-abu sebelah kanan dan kirinya. "Dan ini juga kosong," tambahnya menunjuk letak hatinya.

"SIALAN!" teriak Daven melempar tas nya ke arah Abay yang sedang tertawa terbahak-bahak di pijakannha.

"Golok mana golok!" kata Ravis kesal.

"Haha... santai gais..." kata Abay

"Punya temen gini amat gue ya." kata Ravis prihatin.

"Iya dedek kasian banget ya bang, abang mau gak ngisi hati dedek masih kosong nih?" kata Abay dengan nada merayu yang cukup menjijikan.

"Jijik!" kata Ravis sembari menggeridikan bahunya.

"Dedek nggak jijik, Bang," kata Abay sembari mengedipkan matanya. Lagi dan lagi...

"Najis banget!" Kata Ravis sambil mengetukan tangannya ke meja tiga kali.

Daven bergeridik ngeri melihat Abay bersikap seperti ini. "Makanya jadi orang tuh jangan bego yang di pelihara." katanya dengan nada meledek.

"Nanti gue melihara cewek cantik deh, si Anza salah satu jenis spesiesnya." kata Abay dengan entengnya.

"Langkahin dulu mayat gue kalo berani!" kata Daven menatap Abay dengan tatapan sinis.

"Ampun bang ampun gak jadi, gue mau sama temennya aja deh."

"Bodoamat Bay bodoamat..." ketus Ravis.

Mereka terdiam sejenak menidurkan pikiran mereka. "Taman belakang ah ngadem..." ajak Ravis yang di angguki oleh yang lain.

Baru tiga langkah menuju pintu kelas, ada yang memanggil nama mereka.

"Woi, mau kemana sini dulu bentar!" teriak Sasha, selaku bendahara di kelasnya.

"Yang butuh siapa?" kata Abay.

Daven dan Ravis menyender di tembok menunggu apa yang akan di katakan oleh gadia itu.

Sasha menghembuskan nafas dengan kasar lalu dia menghampiri mereka bertiga. "Bayar uang kas, lo bertiga belum bayaran dari minggu kemaren!" katanya samb menunjukan buku catatan uang kas nya.

"Buset dah anjir tiap minggu di tagih terus, bisa kering kantong gue. Lo itu bendahara apa rentenir si anjing dah!" kesal Abay.

"Bacot taik... bayar cepet!" kata Sasha memaksa sembari mengisyaratkan tangannya untuk bayar.

"Besok aja deh, heran banget lo maksa-maksa." kata Ravis.

"Besok mulu lo bilangnya dari kemaren-kemaren." kata Sasha kesal.

"Lah suka-suka gue," kata Abay.

"Nanti kena azab lo judulnya mati tersedak spanduk pecel lele gara-gara nunggak bayar uang kas sehingga peti jenazah terbang terhempas angin kerinduan," kata Sasha menakut-nakuti. "Buruan, cepetan bayar uang kas." lanjutnya.

"Ada juga azab orang yang selalu nagih uang kas jenazahnya susah di kuburin karena masih maksa mintain uang." kata Ravis.

"Bukan itu Vis. Nih yang gue, dengerin ya." Kata Abay.

DEARANZA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang