Chapter 39 (End)

48.9K 2.1K 173
                                    





Bruk.

Azzam yang baru saja pulang dari kantornya tidak sengaja menabrak seseorang tepat didepan rumahnya sendiri ketika ia baru saja turun dari mobilnya. Tidak, sebenarnya dialah yang ditubruk seorang perempuan sampai tas kantor yang ia pegang jatuh

"Maaf, aku tidak sengaja." Sesal seorang wanita yang tidak sengaja menabraknya.

Azzam yang tengah mengambil tas kantornya seketika mendongkak menatap perempuan yang ada didepannya. "Adila?" ucapnya sedikit terkejut.

"Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Tadi aku berjalan tidak lihat-lihat." ucap Adila tidak menanggapi ucapan Azzam.

"Sedang apa kau di rumahku?" tanya heran Azzam. "Apa kau masih berpikiran untuk mendapatkan cintaku?" tebak Azzam.

Mata Adila membulat sempurna ketika mendengar apa yang dikatakan Azzam padanya. "Tidak, aku kesini karena Zulfa yang menyuruhku untuk datang," jawab jujur Adila.

"Zulfa?" beo Azzam.

"Iya, semalam dia yang menyuruhku untuk datang kesini."

"Tapi untuk apa Zulfa menyuruhmu datang?" tanya Azzam penasaran.

Adila diam tidak bisa berkata jujur pada Azzam. "Sebaiknya kamu tanya langsung pada istrimu. Maaf aku harus pergi, permisi Assalamualaikum." pamit Adila pada Azzam dan setelah itu Adila berjalan pergi dari hadapan Azzam.

Azzam diam dan tampak berpikir, apa yang dilakukan istrinya kenapa dia menyuruh Adila datang. "Apa dia ingin kembali berobat?" tebak Azzam. "Tapi kenapa tadi Adila sepertinya menangis?"

Flashback On.

"Aku mohon, hiks menikahlah dengan suamiku. Mas Azzam." lirih Zulfa pada Adila.

Adila yang tadinya tengah tersenyum sembari kedua lengannya menggenggap lengan Zulfa yang rapuh tiba-tiba menarik lengannya dengan kasar begitu permintaan Zulfa keluar dari bibir pucat tersebut.

"Zulfa tahu, kalau Kak Adila mencintai mas Azzam dan karena itulah Zulfa mohon Kak Adila mau ya menikah dengan Kak Azzam."

Mata Adila kini membulat sempurna ketika Zulfa mengatakan hal itu. "Apa yang kamu katakan Zulfa? Kamu menyuruhku menjadi istri keduanya Azzam?" tanya Adila tak percaya.

Zulfa menggeleng. "Bukan, tapi Zulfa pengen Kak Adila jadi Ibu sambung buat Maira dan itu bisa terjadi kalau Kak Adila menikah dengan Kak Azzam."

Adila semakin marah ketika mendengar ucapan Zulfa, entahlah rasanya ia sangat kecewa pada Zulfa karena dengan ini ia tahu bahwa adik angkatnya ini menyerah dengan hidupnya. "Kenapa kamu bodoh Zulfa? Azzam mencintaimu, dia tidak pernah mencintaiku dan aku tahu itu. Sekarang aku sadar diri, cinta tidak bisa dipaksakan. Dan aku-- aku mencintai Fathan, meskipun aku tidak tahu kapan rasa itu datang" ucap Adila sedikit terjeda ketika mengakui jika ia mencintai Fathan.

"Azzam, selalu ingin kamu sembuh dan sehat. Dia melakukan apa saja agar bisa melihatmu tersenyum kembali, berjalan kembali dan melihatmu mempunyai rambut seperti dulu. Tapi kenapa kamu sendiri yang mati-matian diperjuangkannya malah menyerah? Haah. Tidak ada rasa kasihankah kamu pada suamimu yang menginginkan kamu hidup bahagia bersamanya dan anak kalian?" kembali Adila berkata, membuat Zulfa menunduk dan menangis.

"Aku tahu, maka dari itu aku meminta Kak Adila menikah dengan mas Azzam agar Maira punya Ibu dan mas Azzam bahagia, Kak" lirih Zulfa.

Adila berjongkok didepan kursi roda yang Zulfa duduki dan kedua lengannya mencekram bahu Zulfa. "Kamu pikir Azzam akan bahagia dengan permintaanmu ini? Tidak Zulfa, dia akan menderita," ucapnya sembari menatap Zulfa dengan tatapan tajam penuh kekecewaan. "Karena yang dia inginkan adalah kamu mau untuk sembuh." lanjut Adila.

Tangisan Hujanku Where stories live. Discover now