Chapter 18 (Azzam Pov)

45.1K 2.9K 45
                                    

Seperti biasa kalau abis baca wajib/kudu Vote sama Comment nya yups😉

🍂🍂🍂

Aku melajukan mobilku dengan kecepatan yang sangat tinggi, aku ingin cepat sampai dirumah dan menemui Zulfa. Hari sudah muali gelap, senja kini digantikan dengan pekatnya malam. Suara adzan bergema dari setiap mesjid yang kulewati, hatiku tiba-tiba terasa sangat damai dan tentram ketika mendengar suara panggilan dari sang khalik kepada umatnya itu.

Aku memutuskan untuk berhenti disebuah mesjid untuk ikut melaksanakan shalat maghrib berjamaah.

Sampai tiba waktunya shalat isya, dan setelah melaksanakan shalat isya aku segera bergegas pergi kembali kedalam mobilku dan langsung melajukannya dengan kecepataan yang cukup tinggi seperti tadi. Sehingga tak sampai 15 menit akhirnya aku sampai didepan rumahku.

Aku tidak langsung masuk kedalam rumah, aku terdiam terlebih dahulu didepan gerbang rumahku. Aku memperhatikan rumahku sendiri dari luar, aku tahu sekarang pasti Zulfa sudah bangun dari tidurnya dan mungkin sekarang dia tengah menyiapkan makan malam yang jarang aku santap.

Aku memejamkan mataku mencoba meredam yang rasa pusing yang tiba-tiba menyerang kepalaku. Aku memegangi kepalaku, mataku terbuka dan melihat bayangan diriku didalam cermin, wajahku pucat.

"Oh shitt, aku lupa makan dari tadi siang..." ucapku sendiri saat ingat aku lupa makan dari tadi pagi sampai sekarang.

Setelah berdiam cukup lama aku memutuskan untuk melajukan mobilku masuk kedalam halaman rumahku. Aku turun dari mobilku dengan jalan sempoyongan karena rasa pusing dikepalaku tiba-tiba terasa lebih sakit dari tadi.

Aku memejamkan dan menggelengkan kepalaku mencoba meredam rasa pusing itu, sampai saat aku memencet bel rumah dan Zulfa membukannya.

Zulfa menundukkan kepalanya sesaat setelah membuka pintu. Entahlah aku tidak tahu kenapa ia melakukan hal itu, apa dia takut padaku. Takut akan kejadian dulu terulang kembali, jujur sebenarnya sekarang ini, ingin sekali rasanya aku memeluknya dan meminta maaf padanya atas perlakuan kasarku selama ini padanya dan tentang kejadian malam itu, tapi rasa sakit dikepalaku menghalangi itu.

"Zulfa..." panggilku pada Zulfa yang masih menunduk.

Zulfa mengangkat kepalanya lalu matanya bersirobek dengan mataku. Didalam matanya aku melihat ada banyak ketakutan, takut melihatku yang seperti orang mabuk padahal sebenarnya saat ini aku tengah sakit kepala yang luar biasa. Aku tersenyum padanya untuk menghilangakan rasa takutnya padaku, lalu setelah itu aku memutuskan untuk pergi dari hadapannya dengan niat aku ingin meminum obat migren dan setelah itu aku ingin berbicara berdua dengannya.

Tapi saat aku sudah sampai didalam kamarku, tiba-tiba saja rasa pusing itu semakin menjadi. Aku menjambak rambutku dan setelah itu aku tidak tahu apa lagi yang terjadi padaku.

****

Aku terbangun karena merasa ada yang menempel dikeningku, secara perlahan aku membuka mataku dan setelah terbuka dengan sempurna tanganku terulur mengambil sesuatu yang menempel pada keningku, dan setelah terambil ternyata yang ada dikeningku adalah sebuah handuk kecil untuk mengompres keningku.

Aku berusaha duduk dari tidurku, tapi ternayat ada sebuah tangan yang menghalangi gerakku. Mataku melihat tangan siapa sebenarnya ini dan setelah terlihat ternyata ini adalah tangan Zulfa, Zulfa yang kini tengah terdidur dengan duduk diatas lantai sementara kepalanya diatas ranjang. Aku menyingkirkan secara perlahan tangan Zulfa takut ia akan terbangun karena gerakanku dan setelah itu aku turun dari atas tempat tidur lalu mengangkat Zulfa untuk ikut tidur disampingku.

Tangisan Hujanku Where stories live. Discover now