Chapter 34

36K 2.3K 39
                                    

Bismillah jangan lupa Vote dan Comment ya😊

🐰🐰🐰

Dengan menghela nafas pelan-pelan Adila menjawab. "Bismillah, dengan menyebut nama Allah, Adila menerima khitbahaan dari Mas Fathan untuk Adila"

"Alhamdulilah" serempak ucap semua orang yang ada diruang tamu rumah Adila.

Yah, setelah Fathan tahu dan menyadari kalau Zulfa tidak akan pernah bisa ia miliki selamanya, ia memutuskan untuk melupakan cintanya terhadap Zulfa dan lebih memilih menerima tawaran dari Umminya untuk mengkhitbah anak dari teman Umminya.

Perempuan yang dimaksud Uminya adalah Adila. Fathan maupun Adila tidak saling mengenal satu sama lain. Akankah mereka bisa saling mencintai layaknya pasangan Azzam dan Zulfa yang meskipun mereka menikah tanpa cinta tapi sesungguhnya cinta telah hadir duantara mereka jauh sebelum mereka ditakdirkan untuk bersama.

Tak banyak yang tahu bahwa dihati Adila hanya ada satu nama yang tidak pernah ia ganti posisinya selalu nomor satu dan akan sulit tergantikan meski susah payah ia lakukan siapa lagi kalau bukan Azzam. Yah, dulu ia pernah menjalin cinta dengan pria tersebut namun takdir tak pernah merestui hubungan mereka, hingga akhirnya kedua insan tersebut berpisah dan memilih jalannya masing-masing.

Jika Azzam memilih melupakan cintanya pada Adila karena memang ia tak sepenuhnya mencintai perempuan tersebut sangat berbanding terbalik dengan Adila, ia sama sekali tidak pernah bisa mencintai laki-laki lain selain Azzam.

Dan sekarang dihari ini, ia memutuskan untuk mengakhiri cinta bertepuk sebelah tangannya dengan menerima khitbahaan yang dibawa oleh keluarga Fathan padanya. Dalam hatinya ia berdoa semoga ia bisa mencintai Fathan seperti halnya dulu ia pernah mencintai Azzam. Begitupun dengan Fathan ia pun berdoa semoga ia bisa mencintai Adila seperti halnya ia sangat mencintai Zulfa.

"Alhmadulilah aku punya calon Kakak ipar dokter cantik" celetuk Dini saat tiba-tiba hening melanda diantara kebahagian orang tua Adila dan Fathan serta rasa campur aduk antara Adila dan Fathan.

Sedari tadi Adila hanya menunduk, tak mau menatap wajah Fathan. Begitupun dengan Fathan ia sama sekali tak sedikitpun melihat wajah calon istrinya tersebut. Entah meskipun mereka berdua telah ikhlas dengan pilihan takdir akan tetapi entah kenapa hati kedua insan itu merasakan bahwa cinta akan sulit masuk kedalam hati mereka meski dulu mereka pernah jatuh cinta sedalam-dalamnya dengan orang yang berbeda.

"Nak?" Sapa Ummi Fatimah pada Adila yang sedari tadi menunduk.

Adila yang merasa namanya dipanggil dan ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya pun langsung mengangkat kepalanya menghadap Fatimah. Mata Adila langsung bersirobek dengan mata sayup Fatimah.

"Iya, Ummi?" Jawab Adila lembut.

"Bisa kita bicara berdua saja?" Pinta Fatimah.

Adila yang merasa aneh langsung memalingkan pandangannya dari Fatimah menuju kedua orang tuanya meminta persetujuan. Dan setelah kedua orang tuanya memberi isyarat setuju akhirnya Adila pun mau untuk berbicara berdua dengan Fatimah.

"Bisa Ummi, kalau gitu kita bicara dihalaman belakang saja ya Ummi" ajak Adila.

Fatimah mengangguk setuju, Adila berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju gajebo yang ada dibelakang rumahnya.

"Silahkan Ummi duduk" ucap Adila setelah mereka sampai.

Fatimah menuruti ucapab Adila untuk duduk. "Maaf Ummi jika Adila lancang menanyakan ini, tapi Adila ingin tahu kenapa Ummi meminta Adila berbicara berdua saja kenapa tidak bersama yang lainnya saja?" Tanya Adila.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang