Chapter 01

134K 5.9K 68
                                    


Kalau abis baca jangan lupa Vote ya😉

💧💧💧

Zulfa Pov

Sah...?

Sahh....!

Allhamdulilah..

Itulah kata-kata sakral pengikat antara aku dengan laki-laki yang sudah semenjak dulu aku cintai meskipun dia tidak pernah tahu akan hal itu.

Aku yang menunduk mencoba mengangkat kepalaku menatap sosok laki-laki yang kini halal bagiku. Ia tengah duduk dengan tatapan mata tajam menatap lurus kedepan, tepatnya kearah pamanku. Paman yang menggantikkan Ayah handaku menjadi waliku karena Ayah handaku sudah lama meninggal, sudah semenjak aku masih duduk dibangku kelas 5 SD.

Kami menikah bukan atas dasar cinta, disini aku hanya menjadi pengganti istri untuk Kakakku, yang seminggu kemarin telah dipanggil oleh yang maha kuasa untuk menghadapnya.

Aku menunduk dan air mataku jatuh begitu saja saat aku mengingat kejadian yang merenggut nyawa Kakakku terjadi dan itu karena kesalahanku sendiri.

Flashback on.

Setelah Ayah meninggal aku hidup bersama dengan Ibu dan satu Kakak perempuanku. Aku sangat menyayangi kedua perempuan tangguh ini meski Ibu selalu membeda-bedakan kasih sayangnya terhadapku. Entah ini cuma perasaanku saja atau memang benar begitu, Ibuku lebih menyayangi Kakakku ketimbang dengan diriku. Aku pun tak tahu menahu kenapa beliau sampai bersikap seperti itu. Tapi aku tidak pernah sedikitpun membencinya bahkan aku sangat mencintainya melebihi hidupku sendiri.

Dan meski Kakakku mendapatkan kasih sayang yang lebih dari Ibu, dia begitu sangat mencintai dan menyayangiku. Begitupun dengan aku aku pun sangat-sangat mencintai dan menyayanginya.

Saat ini aku tinggal bersama kakak dan suaminya dijakarta. Iyah kakaku sudah menikah dengan seorang pengusaha muda ternama dikota Jakarta. Bernama Azzam Fawwaz Maulana, CEO dari Al-Huda Crop perusahaan yang bekerja dibidang Resort dan Perhotelan.

Awalnya aku menolak untuk tinggal bersama Kakakku, aku berniat untuk ngekost saja bersama teman seperjuanganku dikampusku tapi Kakakku menolak mentah-mentah keinginanku ini. Kakakku takut kalau terjadi hal-hal yang tidak-tidak denganku nantinya, yah seperti itulah kecemasan alay Kakakku itu. Tapi aku senang karena dengan ini aku makin tahu kalau Kakakku sangat menyayangiku.

Aku tinggal bersama Kakakku di Jakarta sementara ibu tinggal sendiri di kota Bandung, kota kelahiranku. Awalnya aku tidak tegak untuk meninggalkan Ibu sendiri dibandung tapi Ibu yang bilang sendiri padaku kalau beliau lebih baik tinggal sendiri di Bandung dari pada aku yang menemaninya.

Bahkan Kak Hulya pernah mengusulkan untuk Ibu ikut kami saja ke Jakartan tapi beliau menolak, karena lagi-lagi kehadiranku yang jadi penyebabnya. Aku sempat menolak untuk pergi dan membiarkan saja beliau yang pergi bersama Kak Hulya tapi Kak Hulya mengingatkan aku kalau aku harus membanggakan beliau dengan mengejar impianku yang ingin menjadi seorang Dokter Kanker, karena apa aku ingin menjadi Dokter Kanker...? Entahlah seperti ada daya tarik tersendiri saja dibidang itu.

Banyak banget rasa tak enak aku tinggal bersama ka Hulya yang pertama soal Ibu dan yang kedua yang paling penting adalah, Kakak iparku Kak Azzam beliau seperti tidak suka akan kehadiranku. Setiap kali aku mencoba ikut bergabung saat kak Hulya dan kak Azzam mengobrol pasti saja Kak Azzam malah pergi meningalkan kami. Bahkan saat aku mencoba mengajaknya untuk berbicara Kak Azzam selalu menghindariku.

Tapi aku mencoba untuk selalu menjadi akrab dengannya agar tak ada lagi kecanggungan diantara aku dan Kak Azzam seperti usulan Kak Hulya.

Saat ini hujan turun membasahi ibu kota, aku adalah seorang gadis penyuka hujan. Saat kecil jika hujan datang aku pasti selalu bermain dibawah derasnya hujan. Kenapa aku suka hujan karena hujan bisa menyembunyikan tangisku.

Tangisan Hujanku Where stories live. Discover now