Chapter 34 - Stupid!

1.1K 46 0
                                    

Terakhir kali aku dan Azura di warung Mang Asep adalah ketika membantunya mengerjakan tugas hukumannya. Azura kesal ketika kertasnya tidak sengaja ditumpahi es teh manis sama Mang Asep, dan saat aku memakan setengah bakso yang sedang dia gigit.

Kalau diingat-ingat lagi agak menggelikan, tapi entah kenapa membuatku tidak bisa untuk tidak tersenyum. Wajahnya yang merah dan tatapan matanya yang kesal, masih tergambar jelas dalam benakku.

Argh, baru seminggu aku mendiamkannya tapi kenapa sekarang aku sudah merindukannya? Tidak mungkin dalam situasi sekarang aku mengajaknya jalan-jalan. Gengsi lah. Lagipula aku menjauhinya supaya dia berpikir dan sadar diri atas apa yang sudah dia lakukan.

“Hey, Garel.” sapa seseorang

Aku mendongak. Kulihat si pria brengsek itu masuk ke dalam warung Mang Asep dan duduk dihadapanku. Aku mendengus kesal. Apalagi sekarang?

Moodku tiba-tiba menjadi tidak enak melihat wajah sialannya itu. Rasa benciku kepadanya langsung muncul ke permukaan. Kalau dia mengajakku untuk bertarung lagi, aku dengan senang hati menerima tawarannya. Sekaligus bisa menjadi pelampiasanku dari rasa kecewaku ke Azura dan Nako, rasa benciku ke si brengsek ini, maupun rasa kesalku ke mama.

Paket komplit. Waktu itu dia bisa lolos serangan dariku karena Azura menghentikannya, tapi tidak untuk sekarang.

“Sekarang status kamu jadi berubah ya setelah ditinggal saya.” ucap Evarado sambil melihat bangunan warung Mang Asep. “Dulu kamu sering foya-foya, makan di tempat mahal, tapi sekarang 180 derajat berbeda.”

Aku memutar bola mata jengah. Kusedot habis es teh manisku lalu setelah itu berdiri. “Bukan urusan lo.” ucapku kepadanya

Aku berjalan keluar setelah sebelumnya membayar kepada Mang Asep. Sialnya si brengsek itu mengikutiku keluar. Saat aku ingin naik motor, Evarado menghentikanku.

“Apalagi sih sekarang?” protesku

“Tenang dulu, anakku.” ucap Evarado. Aku mendecak. “Saya yakin pasti beberapa terakhir ini kamu penasaran kenapa cewek yang mengaku bernama Mawar dan cowok yang datang bersamanya ada di tempat saya.”

Aku mengernyit. Maksudnya Azura dan Nako?

“Kamu turun dulu, kita bicara di dalam warung ini. Gimana?” tawar Evarado

Aku menelusuri wajahnya, berharap ada kebohongan yang dia sembunyikan. Apa aku harus menurutinya? Satu sisi aku sudah malas bertemu dengannya lagi, tapi di sisi lain aku butuh jawaban atas rasa penasaranku.

Aku berdecak, dengan sangat terpaksa aku turun dari motor lalu kembali masuk ke dalam warung Mang Asep.

“Loh, balik lagi, Kang? Ada yang ketinggalan?” tanya Mang Asep yang tengah membersihkan meja

Aku menggeleng. “Ada urusan sebentar. Numpang duduk ya, Mang.”

“Oh silakahkan Kang.”

Aku duduk ditempat aku tadi duduk, begitupun dengan Evarado. Kusilangkan tanganku di atas meja. “Buruan kasih tau, gue nggak punya banyak waktu.”

Dan setengah jam lagi aku harus kembali bekerja.

“Karena saya juga nggak punya waktu, jadi saya langsung ke pokok permasalahan.” Evarado melipat kedua tangannya di atas meja. “Si cowok itu meminta Mawar untuk kerja di perusahaan saya dengan alasan yang menurut dia bisa membuat saya luluh. Karena dia terlihat mencurigakan dan saya punya firasat buruk, maka saya menerima dia dengan mudah tidak seperti wanita lain yang ada di sana.”

Kalau punya firasat buruk, kenapa tidak tendang dia aja? Duh.

“Saya mau melihat apa yang Mawar lakukan di perusahaan saya. Apa motif dia sebenarnya. Saya menunggu jawaban itu sampai akhirnya seminggu yang lalu saya tau jawabannya. Saya pikir mereka akan menjatuhkan perusahaan saya, tapi mereka hanya menginginkan Rania dan Ibu kamu keluar. Lucu bukan?” Evarado tertawa

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang