Chapter 23 - Aku ingin membebaskannya!

1.1K 41 0
                                    

Ugh, lebih baik aku berdiri di bawah tiang bendera daripada harus memisahkan sampah organik dan non organik. Bu Endang sungguh kejam, harga sepatunya tidak seberapa dibanding aku kesulitan bernapas karena sampah-sampah sialan ini bau banget.

Itu sebenarnya bukan sepenuhnya salahku. Aku tidak tau dan tidak peduli juga kenapa Rahmat bisa membawa sepatu Cinderella, tapi kan seharusnya Rahmat juga ikut di hukum.

Ah iya aku lupa, aku merupakan murid kesayangan yang selalu salah di mata Bu Endang, jadi apapun alasanku Bu Endang akan tetap menghukumku.

"Azura?"

Aku menoleh dan seketika melotot. Ngapain dia di sini?

"Lo ngapain?" tanyanya

Aku kembali menunduk dan buru-buru menyelesaikan pekerjaanku. Dari sudut mataku, aku melihat dia sedang berjalan menghampiriku. Astaga, kenapa aku harus bertemu dengannya di saat seperti ini? Benar-benar memalukan.

Hancur sudah harga diriku.

"Hei." Nako menjitak kepalaku. Aku mendongak menatapnya kesal. "Lagi ngapain?" tanyanya sekali lagi

"Apa pertanyaan itu penting untuk di jawab? Lo kan punya mata, jadi lo tau gue lagi ngapain." jawabku sebal

Nako memutar bola matanya. "Iya, gue tau. Maksudnya lo ngapain mungutin sampah?"

"Gue lagi bantuin pasukan orange." jawabku

Nako mengernyit. "Pasukan orange?"

Aku melempar botol bekas minum dengan sebal dan setelah itu berdiri menghadapnya.

"Lo ngapain di sini?" tanyaku melihat penampilannya dari atas sampai bawah

Aku menaikkan sebelah alisku, Nako hanya memakai kaus oblong dan celana belel selutut, juga sepatu conversenya yang sudah butut, tapi tetap saja terlihat keren.

"Gue baru tau lo sekolah di sini." ucapnya sambil melihat-lihat gedung sekolahku

"Lo nggak nanya." ucapku

Nako kembali menatapku. "Lo nggak ngasih tau."

Aku memutar bola mata. "Udah deh, jangan mengalihkan pembicaraan. Lo ngapain di sini?" tanyaku

"Pekerjaan sampingan." jawabnya sambil mengangkat kotak perkakas.

Aku menaikkan sebelah alis. "Pekerjaan apaan?"

"Gue habis benerin mobil guru lo." jawab Nako

"Siapa?"

Nako menggaruk tengkuknya. "Kalau gue nggak salah ingat, namanya Pak Kasim."

Ah, si kakek tua yang seharusnya udah pensiun dari beberapa tahun yang lalu. Aku salut sama dia, di umurnya yang seharusnya menikmati masa tuanya dia masih kuat mengajar Sosiologi bahkan masih bisa mengendarai mobilnya sendiri. Aku sempat berpikiran kalau dia mendapat kekuatan dari para avanger.

"Bentar ya." ucap Nako

Aku mengangguk.

Nako mengambil ponselnya di saku celana yang sedari tadi berbunyi. Dia mengangkat telponnya dan berbicara kepada seseorang di sebrang sana. Entah apa yang dibicarakan orang yang ada di sebrang sana, tapi dari wajah Nako yang tiba-tiba berubah serius membuatku berpikiran kalau pembicaraan mereka sangat penting, atau mungkin berbahaya.

"Oke." Nako menutup sambungan telpon dan kembali menatapku. "Gue duluan." ucapnya

Nako langsung pergi begitu saja, bahkan tidak memberi kesempatan untukku bertanya. Aku memiringkan sedikit kepalaku ke samping menatap punggungnya yang semakin menjauh, aku penasaran dia mau kemana dan apa yang akan dia lakukan.

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang