Chapter 21 - Aku adalah mataharinya?

1.2K 39 0
                                    

"Papa kok tumben pulang?" tanyaku basa-basi

"Ucap salam terlebih dahulu." ucap papa dengan matanya yang masih tertuju pada catur

Aku memutar bola mata, aku kembali keluar rumah lalu masuk ke dalam seraya mengucapkan salam yang langsung di balas oleh papa dan Bang Ezra.

Aku lalu mengalihkan pandanganku pada Garel yang masih berdiri di teras depan rumah, aku mengayunkan tanganku menyuruhnya untuk masuk ke dalam.

"Assalamualaikum." sapanya sambil berdiri di sebelahku

"Waalaikum salam." Papa dan Bang Ezra langsung mendongak menatap Garel.

Bedanya, Bang Ezra menatap Garel biasa saja, tapi papa langsung mengintimidasi Garel dengan menatapnya dari atas sampai bawah.

"Siapa?" tanya papa

"Temannya Azura, om."

"Pacarnya Azura." sela Bang Ezra

Aku melotot pada Bang Ezra, tapi Bang Ezra hanya mengedikkan bahunya. Ugh, sialan.

"Oh pacarnya.. sini duduk, nggak lagi ambeien kan?" tanya papa sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya

Garel sempat melirikku sebelum dia duduk di sebelah papa, sedangkan aku duduk di sebelah Bang Ezra.

"Siapa yang datang?" Mama tiba-tiba saja muncul dari dapur dan terkejut saat melihat kehadiran Garel. "Loh kamu cowok yang waktu itu ketemu di minimarket kan?"

"Iya, tante."

Mama mengangguk kecil. "Tante ambil minum sebentar ya."

"Nggak usah tante, saya cuma sebentar doang kok."

"Nggak boleh menolak kebaikan orang lain." Tau-tau saja papa berkata demikian yang malah membuat Garel merasa canggung

"Tunggu sebentar ya." ucap mama sebelum kembali meluncur ke dapur

"Kamu satu sekolah sama Azura?" tanya papa sambil kembali melanjutkan main caturnya

"Bukan om, teman main doang." jawab Garel

"Udah berapa lama dekat sama Azura?"

Garel melirikku, aku tau kalau dia bingung menjawabnya. Akupun juga sama bingung.

"Kalau secara spesifiknya saya kurang tau, yang jelas kami sudah lumayan lama dekat."

Papa hanya manggut-manggut saja. "Dekat sebagai sahabat atau lebih dari sahabat?"

Garel kembali melirikku. "Sahabat doang kok om."

Aku hanya diam menatapnya. Entah kenapa ada yang aneh saat dia mengatakan bahwa kami hanya sahabat.

"Sahabat yang lagi otw jadi pacar." celetuk Bang Ezra

Aku melotot ke arah abang. "Apaan sih lo!"

Bang Ezra melirikku sekilas lalu kembali menatap papan catur. "Nggak usah blushing gitu, muka lo jadi makin jelek."

Aku segera menangkup kedua pipiku dan menendang kaki Bang Ezra. Aku bukan mempermasalahkan wajahku dikatain jelek, tapi Bang Ezra bilang bahwa pipiku merona. Tidak, tidak, ih, ada apa dengan tubuhku?!

Mama datang menyelamatkanku dengan membawa segelas es jeruk yang sangat menyegarkan.

"Mama nggak bikinin Azura juga?" tanyaku sambil menelan salivaku, memandang tetes air yang turun membasahi sisi gelas

"Bikin sendiri." jawab mama sambil duduk disebelahku yang membuatku langsung mendelik sebal

"Kamu mau main doang kan ke sini?" tanya papa tiba-tiba

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang