Chapter 14 - Sisi lain Garel.

1.4K 52 0
                                    

Garel's POV

"Do, biasa dong."

Aku duduk di salah satu kursi yang ada di bartender, di depanku ada Edo yang masih mengelap gelas-gelas kaca yang nantinya akan di pakai.

"Lo masih pakai seragam sekolah, nggak boleh minum."

"Yaelah, biasanya juga lo ngasih. Lagipula ini bukan pertama kalinya gue ke sini pakai seragam sekolah."

"Ganti baju gih lo."

"Nanti."

Edo berdecak, tapi dia tetap menyerahkan sebotol soju beserta gelas kecil kepadaku. Aku menuangkan soju itu ke dalam gelas lalu menegaknya, berulang kali. Menikmati setiap rasa pahit dari soju itu.

"Ada masalah apa lagi lo? Kusut banget."

Aku mengusap wajah frustrasi. "Lagi bingung gue."

"Kenapa? Nggak ada cewek yang mau lo ajak make out?"

Aku mendelik sebal. "Babi. Nyentuh cewek aja gue nggak pernah."

"Halah kipak banget lo."

Aku memutar bola mata. Tatapanku tertuju pada gelas yang berisi soju, namun pikiranku tertuju pada ucapan Azura satu jam yang lalu.

Setelah di pikir-pikir lagi, ucapannya ada benar juga. Jika aku ingin membuat Evarado kembali dengan sikap baiknya, maka aku harus membuat rencana. Dan aku tau bahwa bukan perkara mudah untuk merubah sikap seseorang, apalagi macem Evarado.

Aku melakukan ini hanya demi mama. Karena mama. Aku ingin mama bahagia. Aku juga ingin kembali melihat senyum mama. Aku tidak ingin lagi mama marah dan melampiaskan kemarahannya padaku. Sudah cukup.

Tapi bagaimana jika aku gagal? Bagaimana aku tidak bisa membuat mama tersenyum kembali?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengusik pikiranku. Semakin aku memikirkan caranya, semakin itu pula membuat kepalaku pusing. Tidak ada jawaban yang berhasil kutemukan.

"Daripada muka lo makin kusut, mending bantuin gue bersihin nih gelas."

Aku mendongak menatap Edo, "Berani bayar berapa lo?"

"Gue bayar lo pakai cewek."

"Gue nggak suka cewek di sini. Cepat letoy."

Edo berdecih, "Lo bahkan belum pernah nyobain cewek-cewek di sini."

"Lo pikir kehormatan perempuan kayak makanan pakai di cobain segala? Kehormatan perempuan itu sangat mahal dan nggak bisa asal coba." jelasku

"Kesempatan cuy, jangan di sia-siain."

"Terus setelah lo cobain, cewek-cewek itu langsung lo buang gitu aja? Kalau lo beneran cowok tulen, jangan merusak mereka sebelum sah."

"Kalau mereka nyosor duluan macem Erlin, gimana? Kita sebagai cowok juga nggak bisa nolak ketika ada makanan di kasih secara cuma-cuma." balas Edo

Aku mendengus geli, "Kalau iman lo kuat, ya nggak bakal goyah lah."

Edo menaruh gelas lalu dia melipatkan kedua tangannya di atas meja dan mencondongkan sedikit tubuhnya, "Gue yakin lo pasti pernah khilaf."

Aku memutar bola mata, "Nako mana? Dia nggak kerja?" tanyaku mengalihkan pembicaraan

Edo menegapkan tubuhnya, "Dia kesininya nanti, jam 1 pagi. Katanya mau nganterin barang dulu. Nggak tau kemana dah."

Aku kembali meneguk soju, "Salut gue, dia masih bertahan jadi budaknya Bang Bendo."

"Kata Nako, lo pernah beli barang di dia?"

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang