Chapter 7 - Ini masalahku.

2K 63 0
                                    

Aku menatap foto Galaksi yang dia kirimkan, benar apa yang dia katakan, Galaksi merupakan kepanjangan dari Garel. Aku lupa akan hal itu. Mengingat Garel, aku jadi teringat mimpiku semalam, benar-benar mengerikan. Aku takut jika mimpiku akan menjadi kenyataan.

"Ra, lo kenapa sih?"

Aku mendongakkan kepala dan melihat Alodie duduk di bangkunya, sebelahku. Dia memajukan wajahnya, menatap wajahku dengan seksama.

"Kenapa? Gue ada belek ya?" tanyaku sambil membersihkan mataku kali-kali ada belek

"Bukan, kok wajah lo keliatan lesu gitu? Mata panda pula." jawabnya

Aku menghela napas berat, "Gue kebangun jam 2 pagi dan nggak bisa tidur lagi. Gue takut kalau gue tidur lagi, gue kembali mimpi itu."

Alodie mengernyit bingung, "Mimpi apa?"

Aku menatapnya lamat-lamat sebelum menjawab pertanyaannya, "Mimpi nikah sama Niall Horan."

Alodie memutar bola, "Ra, gue serius. Lagian ya, boro-boro di nikahin, dia aja nggak tau lo hidup atau enggak."

Aku cemberut.

"Jadi, lo mimpi apa?"

Aku menghela napas berat lalu menceritakan semua yang aku mimpikan kepada Alodie, tanpa dikurangkan atau dilebihkan.

"Serius lo mimpi begitu?" tanyanya setelah aku bercerita

Aku mengangguk lemas, "Gue takut jadi kenyataan, Al."

"Hust, nggak boleh ngomong gitu! Mending lo ke toilet gih, cuci muka. Biar lo nggak keliatan kusut banget."

"Azura."

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Marsel yang sedang berjalan ke kursinya.

"Mau ke ruang BK bareng nggak?" tanyanya sambil mengangkat kertas folio ke udara. "Ngumpulin ini."

Ah, kertas hukuman itu..

Aku mengambil kertas hukumanku yang berada di laci meja lalu setelah itu keluar dari kelas dan berjalan ke ruang BK bersama Marsel. Saat bertemu Bu Endang, aku langsung menyerahkan kertas hukumanku tanpa mengatakan sepatah-katapun dan setelah itu langsung keluar dari ruang BK dan menuju toilet.

Namun ketika beberapa langkah lagi sampai di toilet, aku tidak sengaja bertemu dengan Darka. Aku tidak tau dia datang darimana. Dia tiba-tiba berdiri di hadapanku.

"Minggir." ucapku pelan namun tegas

"Buat lo." ucapnya sambil menyerahkan sekantong jamur crispy kesukaanku. "Lo belom makan kan dari tadi?"

Aku memutar bola mata, "Nggak usah sok baik ke gue. Waktu gue terima roti dari lo bukan berarti gue udah bisa baik sama lo."

"Yaampun, Ra. Gue tulus kasih ini ke lo."

Aku mendecak sebal, "Mendingan lo jadi orang jahat sekalian daripada jadi orang sok baik. Lo lebih menakutkan, asal lo tau."

Darka menghela napas berat, "Bisa nggak sih Ra, lupain masalah yang terjadi di antara kita?"

"Nggak bisa. Gue kan udah bilang, gue udah maafin lo tapi gue nggak akan pernah lupa sama apa yang udah lo lakuin ke gue." Aku melirik ke belakang punggung Darka, lebih tepatnya ke seorang perempuan yang baru saja keluar dari toilet dan kini sedang menatapku. "Lebih baik lo kasih tuh makanan ke pacar lo, mungkin aja dia lapar."

Setelah itu aku berjalan melewati Darka. Sebelum aku masuk ke dalam toilet, aku sempat melirik Syua yang juga sedang menatapku, tapi aku hanya mengedikkan bahu.

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang