Chapter 30 - Berbohong untuk kesekian kalinya.

1.1K 43 0
                                    

Bilang..

Tidak..

Bilang..

Tidak..

Aku menatap frustrasi walkie talkie yang kupegang. Aku tidak mau selamanya menyembunyikan fakta ini, tapi aku tidak tau bagaimana mengatakannya.

“Azura.. Azura..”

Huh?

Aku mendekatkan walkie talkie ke mulutku. “Nako?”

“Lo nggak apa-apa?” tanyanya di ujung sana

Ah, pasti soal kemarin. Aku masih penasaran bagaimana dia sudah sampai di tempat setelah belum sampai 5 menit aku menghubunginya.

“Gue nggak apa-apa kok.” jawabku

"Lo kenapa pulang jam segitu?"

"Lo kenapa tau-tau udah sampai di sana, padahal kan gue baru hubungi lo sekitar lima menit yang lalu?" tanyaku balik

"Itu nggak penting. Kemarin lo diapain aja sama mereka? Kenapa lo baru bisa keluar malam? Lo bilang ke gue kalau lo nggak bakal lama ngurusin entahlah-apa-itu, tapi apa nyatanya? Padahal gue nungguin lo untuk minta jemput."

Bibirku mengerucut. "Sorry deh, gue nggak bermaksud."

"Kemarin lo ngapain aja?" tanyanya kekeh

Apa ini saatnya aku memberi taunya? Tapi masa lewat walkie talkie sih?

“Gue mau cerita sesuatu sama lo, tapi nggak bisa lewat walkie talkie.” ucapku pada akhirnya

“Yaudah kita ketemu di minimarket aja.”

Aku menggeleng meskipun dia tidak bisa melihatku. “Gue lagi di hukum nggak boleh keluar rumah sampai besok.”

Tidak ada balasan apapun lagi dari Nako.

“Halo Nako.. masih hidup kan lo?” tanyaku

“Gara-gara lo nggak pulang seharian?”

Aku mengangguk lesu. “Iya..”

Nako kembali diam. Hanya terdengar deru napasnya saja. Hello, di sini aku masih menunggumu.

“Haloooo.. masih napas nggak lo?”

“Sorry..” ucapnya tiba-tiba

Aku mengernyit. “Maaf untuk apa?”

“Untuk semuanya.”

Aku menghela napas pelan. “Santai aja, gue udah biasa diomelin. Udah biasa di hukum. Jadi ini bukan masalah besar. Ini juga bukan salah lo. Dan ini bukan pertama kalinya gue nggak boleh keluar. Tenang aja.” ucapku meyakinkannya

Nako menghela napas berat. “Jadi lo nggak bisa ke minimarket?”

Tunggu deh, sepertinya aku punya ide bagus. Kalau aku beralasan ingin membeli snack di minimarket, apa mama akan mengizinkanku?

Aku tersenyum lebar. Hebatnya otakku yang semakin pintar ini.

“Tunggu bentar ya, gue coba cari alasan dulu.”

Nako terkekeh. “Oke.”

Aku taruh walkie talkie di atas kasur lalu segera turun ke ruang tengah. Kulihat mama sedang duduk sambil menonton acara gosip di televisi.

Aku duduk disebelah mama. “Mah..”

Tidak ada jawaban. Dasar ibu-ibu, kalau sudah fokus nonton acara gosip, siapapun tidak akan bisa mengganggunya. Bahkan masakan yang mama buat pernah gosong gara-gara terlalu serius nonton gosip. Apalagi kalau sudah ngomongin perceraian artis. Beuh.

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang