Chapter 6 - Aku kesal kepadanya.

2.2K 78 0
                                    

Aku berjalan gontai menuju rumahku sambil memegang kertas folio yang berisikan janjiku untuk tidak merusak fasilitas sekolah dengan di tulis tangan.

Tadi, setelah aku dan Marsel menyelesaikan hukuman kami, kami di bawa Bu Endang menuju ruangannya dan kami disuruh menulis full satu kertas folio dengan materai 6000 dan disertai tanda tanganku dan tanda tangan orang tua. Karena aku malas jika mengerjakannya di rumah dan sedang tidak ingin membuat mama marah, maka aku menulis janjiku di kelas tadi sewaktu pelajaran sejarah.

Tapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah aku tidak mungkin minta tanda tangan mama, papa, apalagi abang.

“Mana?”

Aku berhenti melangkah dan menoleh ke gang kecil dekat rumahku, aku terkejut sekaligus bingung ketika melihat siapa yang berada di gang itu.

Untuk apa mereka disitu?

Kulihat Garel memberikan sesuatu kepada cowok yang beberapa waktu lalu yang aku temui di minimarket dan menabrakku hingga membuat bokongku sakit.

Thanks.”

Itu apaan? Uang? Masa sih? Kok seperti di sembunyikan gitu. Aku jadi penasaran.

“Azura.”

Aku mengerjapkan mata beberapa kali, oh shit, sejak kapan mereka melihatku berdiri di depan gang?

“Apa?” tanyaku

Garel berjalan ke arahku, diikuti cowok itu dari belakang.

“Ngapain di sini?”

“Lah lo ngapain di sini?” tanyaku balik

“Gue---“

“Gue duluan, bro.” ucap cowok itu yang memotong ucapan Garel

Cowok itu---yang aku lupa siapa namanya---dia melewatiku, dan sempat melirikku.

“Kalian saling kenal?” tanyaku pada Garel ketika cowok itu sudah pergi

“Lo ngapain di sini?” tanyanya

“Gue mau pulang lah.”

Garel mengangguk, “Terus itu apa?” tanyanya sambil menunjuk kertas yang kupegang

“Oh ini..” gumamku sambil mengangkat kertas yang kubawa. “Gue tadi di hukum dan di suruh buat perjanjian untuk nggak merusak fasilitas sekolah lagi.”

“Terus?”

“Gue udah tulis, tinggal di kasih materai sama tanda tangan orang tua, tapi gue takut minta tanda tangan ke bokap atau ke nyokap.”

Garel tersenyum geli, “Takut kenapa coba?”

Aku cemberut, “Gue takut nanti gue nggak di anggap anak lagi dan nama gue di hapus dari kartu keluarga.”

Garel terkekeh pelan, dan itu tentu saja membuatku semakin cemberut.

“Eh, kok lo nggak pakai seragam sekolah? Sekolah lo lagi libur atau lo bolos?” tanyaku seraya melihat penampilannya dari atas hingga bawah

“Mau gue tanda tanganin nggak?”

Aku mendongak menatapnya. “Serius lo mau tanda tanganin punya gue?”

Garel mengangguk sambil tersenyum, “Tapi ada syaratnya?”

“Apa?”

“Temenin gue makan bakso tulang di warung Mang Asep.”

Aku mengangguk antusias, “Ayo!!”

Aku menarik tangan Garel hendak pergi ke warung Mang Asep, namun langkahku segera di tahan olehnya.

AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang