31. Sesal

4.4K 678 70
                                    


"Itu mobil Rafka," ucap Andra begitu mobilnya memasuki halaman depan rumah indekos Ana.

Ana mengangguk gugup. "Aku tahu."

Sebenarnya tatapan Ana sudah menyorot mobil Daihatsu Ayla hitam itu sedari tadi. Dia sudah menduga Rafka akan menemuinya cepat atau lambat, tetapi malam ini adalah pilihan waktu yang tidak tepat.

Andra tadi bersikeras untuk mengantarkannya pulang ke kos. Sekarang melihat Rafka tengah menunggunya, apa yang dipikirkan Andra? Dua orang mantan kekasih bertemu di malam hari? Bagaimanapun juga, Andra adalah pria yang sedang menjalin hubungan dengannya saat ini. Pria yang harus Ana jaga perasaannya.

"Ada janji bertemu?"

Dari nada suaranya, Ana tahu Andra tidak menyukai kehadiran Rafka. Ana menggeleng. Dengkusan kesal pria itu terdengar jelas sewaktu mesin mobil dimatikan.

"Ada urusan yang belum selesai di antara kalian? Nggak mungkin Rafka ke sini karena urusan sekolah, kan?"

Ana memutar tubuh menghadap Andra. Meski tersamar, Ana merasa Andra sedang menuduhnya bermain di belakang dengan Rafka. Ditatapnya mata Andra dengan berani. Ana tidak suka dituduh dan Andra harus tahu itu. "Mas, aku sungguh nggak tahu apa maksud kedatangan Mas Rafka ke sini. Jadi tolong jangan menginterogasi aku."

"Aku minta maaf," ujar Andra dengan nada mengalah. Semua ini tak ayal membuatnya kesal. Rafka yang bertingkah aneh, Ana yang tiba-tiba pulang kampung tanpa pemberitahuan, dan begitu kembali perempuan itu justru meminta putus darinya. Andra memberi jeda sebentar sebelum dia melanjutkan. "Jujur, setelah tahu kalau kalian pernah berpacaran, aku merasa sedikit nggak nyaman saat melihat kalian berbicara berdua. Apalagi baik kamu ataupun Rafka menolak untuk memberitahu apa yang terjadi hari Minggu lalu."

Andra menghela napas lalu meraih tangan Ana dan menggenggamnya. "Tapi aku percaya sama kamu dan komitmenmu dalam hubungan kita," sambungnya.

Andra lalu keluar untuk membukakan pintu bagi Ana. Dilihatnya Rafka pun ikut keluar dari mobilnya. Dengan posesif, Andra melingkarkan sebelah tangan di pinggang Ana, tak peduli meski tubuh Ana kaku seperti kayu saat ini.

"Aku ingin bicara dengan Ana, Mas. Empat mata." Rafka langsung mengutarakan maksudnya tanpa tedeng aling-aling. Sama sekali tidak gentar dengan kemesraan yang sengaja dipamerkan Andra.

"Membicarakan apa? Ana adalah calon istriku, Ka. Aku punya hak untuk tahu... "

"Sayangnya, aku nggak punya kewajiban untuk memberitahumu, Mas."

Mendengar jawaban Rafka, Andra sontak bergerak ke depan. Dia bisa saja menerjang tubuh Rafka jika tidak dihentikan oleh Ana. "Berhenti!" hardik Ana dengan suara kencang, "tolong jangan bikin ribut."

Ana menatap dua lelaki di depannya bergantian. Menjadi penyebab pertikaian dua orang kaum adam sama sekali tidak terasa menyenangkan. Ana memusatkan tatapannya pada Andra dan berkata tegas,  "Aku bisa mengatasi ini, Mas. Tinggalkan saja kami berdua. Mas Andra pulang saja. Kami hanya akan berbicara di sini, nggak akan ke mana-mana."

Andra tidak membalas, dia masih menatap tajam pada Rafka. Bahasa tubuhnya pun masih diliputi ketegangan.

"Mas Andra percaya aku, kan?"

Pertanyaan Ana merupakan perangkap terselubung. Andra tahu jika dia bersikeras untuk tinggal atau mengusir Rafka dengan cara kasar, maka dia akan kehilangan respek dari Ana, dan konsekuensinya, Ana bisa menarik diri dari hubungan mereka. Bukan sesuatu yang Andra inginkan setelah dia bersusah-payah membujuk wanita itu untuk tetap terikat komitmen dengannya.

"Ini terakhir kalinya kamu menemui Ana sebagai mantan kekasih, Ka. Setelah ini, hubungan kalian murni profesional. Sebagai atasan dan bawahan," ancam Andra sebelum masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi.

Love Will Find A Way حيث تعيش القصص. اكتشف الآن