8. Akhir Cerita Dongeng

3.3K 595 68
                                    

Freya sudah sangat familier dengan kamar bernuansa biru tempatnya berada sekarang. Kamar Rafka. Sudah tak terhitung berapa kali Freya datang ke kamar ini. Dia dan Rafka memang sering mengerjakan tugas kuliah bersama di sana. Hubungan ayahnya dan ayah Rafka yang cukup akrab membuat Freya tak pernah sungkan berkunjung ke rumah Rafka, bahkan ke kamar pemuda itu. Dan entah sejak kapan Freya mulai mengkhayalkan berbagi kamar ini dengan Rafka, sebagai pasangan suami istri tentunya.

Sore ini Freya menyipitkan mata, menatap intens layar laptop di depannya.  Sesekali gadis itu menuliskan catatan pada buku tulis di pangkuannya, sementara Rafka memandangi kegiatan Freya sambil bertopang dagu, menunggu gadis itu memberikan pendapat.

"Gimana? Udah nggak perlu siklus keenam, kan?" tanya Rafka ketika Freya tak kunjung bersuara. Rafka sedang meminta bantuan Freya untuk memeriksa hasil penelitiannya, melakukan validasi sejawat untuk memastikan bahwa kesimpulannya tidak salah.

Freya menutup bukunya, menyandarkan tubuh ke punggung kursi, lalu menoleh pada Rafka. "Ini mah udah beres, Ka. Hipotesis siklus keempat udah kamu uji ulang di siklus kelima dan hasilnya terbukti sama. It's done. Congratulations."

"Yes! Bisa wisuda tahun ini," pekik Rafka senang. Dia bahkan melonjak berdiri dari kursinya.

"Cukuplah waktu dua bulan untuk ngejar yudisium." Freya memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas Elizabeth warna pink miliknya. "Tapi aku salut sama kamu, Ka. Sabar banget ngelakuin PTK sampai lima siklus," puji Freya.

Ciri khas PTK atau penelitian tindakan kelas adalah dilakukannya suatu tindakan secara siklus yang diulang lagi dan lagi hingga mencapai target yang diharapkan. Dari berbagai jurnal ilmiah dan kajian teori yang Rafka baca, dia mengidentifikasi kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil PTK sebagai bahan skripsi. Sebagai peneliti, mereka sudah menentukan jumlah siklus yang akan dilakukan sejak awal, yaitu dua atau tiga siklus. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan filosofi PTK itu sendiri yang sejatinya tidak memiliki batasan jumlah siklus.

Oleh karena itu, Rafka memutuskan untuk melakukan penelitian skripsinya dengan cara yang benar, meski membutuhkan waktu lebih lama daripada kawan-kawannya. Proses yang panjang dan melelahkan, tetapi hasilnya pasti tidak akan mengecewakan.

Kesimpulan yang disampaikan Freya tentu membuat Rafka senang bukan kepalang sebab dia tak perlu lagi pergi untuk mengambil data. Rafka buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku celana, bermaksud untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada sang kekasih.

Makan malam, yuk. Malam minggu nih. Sekalian ngerayain penelitian skripsiku beres.

Namun, bibir Rafka terpaksa melengkung ke bawah saat membaca balasan dari Ana.

Wah, selamat, Mas. Tapi aku nggak bisa kalau pergi malam, Mas. Siang atau sore saja kita ketemu.

Selalu seperti itu. Terkadang Rafka merasa heran mengapa Ana terus menolak ajakannya pergi di malam hari, padahal mereka sudah berpacaran tiga bulan lamanya. 

"Kenapa?" tanya Freya yang melihat raut kecewa di wajah Rafka.

"Rencananya aku mau makan malam berdua sama Ana, tapi lagi-lagi Ana nggak mau. Seharusnya aku senang karena itu berarti Ana sangat hati-hati menjaga diri, tapi kadang kecewa juga. Rasanya kayak Ana nggak percaya sama aku. Padahal aku juga nggak akan ngajak dia macam-macam kalau pergi malam hari," papar Rafka.

Freya menegakkan punggung. Semesta sepertinya sedang berbaik hati padanya. Fakta bahwa Ana tak mau pergi di malam hari merupakan kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan. Memasang gestur acuh tak acuh, Freya berkomentar sinis, "Menjaga diri atau menjajakan diri?"

Love Will Find A Way Where stories live. Discover now