13. Antara Rindu dan Cemburu

3.7K 651 99
                                    

Sindrom Ana, begitu Rafka menyebutnya. Gejalanya ada dua. Satu, tidak bisa berhenti memikirkan Ana. Dua, ingin terus bertemu dengan Ana. Rafka sudah pernah terserang sindrom ini dua tahun yang lalu dan kini dia kembali menjadi korban keganasan sindrom yang sama. Sudah berkali-kali otaknya meneriakkan perintah untuk tidak memikirkan Ana, tetapi hatinya memberontak dan terus dipenuhi oleh nama perempuan itu. Terkadang Rafka merasa heran sendiri, mengapa pesona Ana begitu kuat menjeratnya? Ketika Ana muncul di hadapannya, perempuan lain seolah tak ada. Ana yang paling cantik. Ana yang paling menarik.

Hari ini, Rafka sudah tak bisa lagi membendung keinginannya untuk berjumpa dengan Ana. Sekadar melihat wajah cantiknya pun sudah cukup. Maka di sinilah Rafka sekarang, di pintu gerbang SMP Sahwahita, hendak melakukan inspeksi mendadak, meninjau kondisi sekolah secara langsung, meski hatinya tahu dengan pasti bukan itu tujuannya yang sebenarnya.

Saat Rafka menerima tawaran Pak Subagyo, salah seorang kenalan ayahnya, untuk bergabung dengan Yayasan Sahwahita satu setengah tahun yang lalu, tujuannya jelas: mencari kesibukan sebanyak mungkin demi mengenyahkan nama Ana dari benaknya. Tugas sebagai kepala bidang pendidikan dilakukannya via e-mail dan sarana komunikasi jarak jauh lainnya dari Jakarta, sembari menyelesaikan studi magisternya. Lalu ketika kondisi kesehatan Pak Subagyo mulai menurun dan memutuskan untuk mundur dari posisi ketua yayasan dua bulan yang lalu, Rafka sama sekali tak menduga jika hasil musyawarah dewan pembina akan memilihnya menjadi ketua yayasan yang baru. Jiwa muda dan otak cerdasnya dianggap mampu memberikan gebrakan baru yang akan membawa yayasan lebih maju lagi.  Kini, kegiatan yang semula Rafka tujukan untuk melupakan Ana justru menjadi sarana yang mempertemukannya kembali dengan perempuan itu. Takdir memang tak memiliki belas kasihan padanya.

Rafka mulai menyusuri koridor sekolah. Di sepanjang koridor, tepatnya di sisi kanan dari arah luar, terdapat pajangan hasil lukisan para siswa dalam rangka merayakan HUT ke-73 RI. Karya-karya itu dipajang mengelilingi tulisan lima nilai yang dianut Yayasan Sahwahita, yaitu integrity, responsibility, respect, balance, dan fun*.

*(Diadaptasi dengan perubahan dari motto Jakarta Internasional School)

Beberapa siswa yang dia jumpai menyapanya lewat anggukan sopan. Rafka juga melihat di kejauhan sekelompok siswa menyapa lalu dengan takzim mencium tangan seorang guru yang sedang melintas. Budaya hormat pada orang lain tampaknya berhasil diterapkan, Rafka mencatat dalam hati.

Rafka memperhatikan kondisi taman di sepanjang sisi kiri koridor yang bersih dan terawat rapi. Dari tempatnya berdiri, tampak seorang siswa keluar dari kelas, melemparkan segumpal kertas ke tempat sampah, dan saat lemparannya meleset, siswa itu memungut gumpalan kertas tersebut dan membuangnya di tempat sampah. Budaya menjaga kebersihan sepertinya juga tertanamkan dengan baik di kalangan para siswa. Rafka tersenyum puas dan lanjut berjalan menuju ruang kepala sekolah lalu ke ruang guru, mencari Ana. 

***

Ana sedang sibuk mempelajari soal try out mata pelajaran Bahasa Indonesia dua tahun terakhir yang dipinjamkan Listya kepadanya, ketika Cindy memasuki ruang guru dan langsung duduk di depannya.

"Ana, soal Zizi gimana ini?" keluh sang guru BK itu.

Ana menutup buku soal try out dan memandang Cindy. "Dari pihak BK mau ambil langkah apa?" tanyanya.

Hari ini genap sudah Zizi membolos selama satu minggu. Ana sudah mencoba menghubungi Andra via pesan aplikasi WA, tetapi tidak mendapat balasan. Sebenarnya ayah Zizi itu serius atau tidak, sih, ingin mengatasi masalah anaknya? Katanya mau bagi tugas, sungut Ana dalam hati.

"Terpaksa kasih surat peringatan. Sesuai peraturan sekolah," jawab Cindy.

Ana menghela napas. Sekadar prosedur peringatan formal seperti itu sering kali tidak efektif. Siswa mungkin saja patuh dan tidak mengulangi perbuatannya, tetapi akar permasalahan yang sebenarnya tidak pernah tersentuh dan tidak mendapatkan solusi.

Love Will Find A Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang