7. Menolak Percaya

3K 516 35
                                    


Freya sebenarnya hanya membutuhkan waktu tiga hari dan rumus  persamaan sederhana A + B = C. Hanya saja, dia terpaksa menunggu saat yang tepat untuk menunjukkan bukti ciptaannya pada Rafka.

Hari pertama, Freya rela membolos kuliah dan nongkrong di FBS sejak pagi. Tidak sulit menemukan Ana di antara ratusan mahasiswa fakultas ungu tersebut. Ana yang selalu tampil aneh dengan pakaian panjang tebal membuat dirinya mudah dikenali. Saat Freya meninggalkan FBS, kamera ponselnya sudah menyimpan beberapa jepretan sosok Ana. Foto A, checked.

Hari kedua, Freya meminta pada salah satu temannya yang memiliki perawakan mirip Ana untuk pergi ke Exotic Cafe dengan berpakaian minim untuk kemudian diambil gambarnya oleh Freya. Foto B, checked.

Hari ketiga, Freya membayar mahal seorang graphic designer kenalannya untuk mengedit foto B, mengganti wajah temannya dengan wajah Ana yang diambil dari foto A. Dan jadilah dua lembar foto yang saat ini sedang dipegang oleh Rafka. Foto C, checked.

Kini, Freya mengamati reaksi Rafka dengan seksama. Dahi pemuda itu mengernyit saat memperhatikan dua lembar foto di tangannya. Hati Freya berdebar waspada kala kedua mata Rafka beralih menatapnya. 

"Ini nggak mungkin Ana, Frey."

Mata Freya membola. Bagaimana mungkin Rafka tidak mempercayainya?  Apa Rafka bisa melihat ketidak-aslian pada foto itu? Tidak mungkin. Freya yakin foto itu mampu menipu mata orang awam. Hanya ahli telematika sekelas Roy Suryo saja yang mampu mendeteksi unsur editan dalam kedua foto tersebut. 

"Kalau bukan Ana terus siapa? Ini bukan sinetron di mana ada dua orang tanpa hubungan darah bisa punya wajah  yang sama persis."

Rafka hanya mengangkat bahu. Dia sendiri tidak tahu harus berargumen bagaimana untuk membela Ana. Rafka tidak menyangkal bahwa gadis di foto itu terlihat persis seperti Ana. Akan tetapi, Ana di dalam foto itu jauh berbeda dengan Ana yang dia kenal. Dalam foto itu, 'Ana' memakai gaun hitam ketat model strapless yang memamerkan area dada mulusnya beserta lembah atas payudaranya. Saat pergi menonton Gerebeg Muludan akhir pekan lalu saja, Ana tampak tidak nyaman karena mengenakan blus pas badan. Sedangkan di foto ini, Ana terlihat sangat nyaman memamerkan bentuk bukit kembarnya di balik gaun ketat. Dua hal yang bertolak-belakang.

"Atau kamu menuduh aku merekayasa foto itu, Ka?" tantang Freya berani. Menyerang adalah pertahanan terbaik. Freya tahu jika tantangannya justru akan menihilkan kemungkinan Rafka mencurigai kecurangannya. Cinta harus diperjuangkan dan inilah cara Freya memperjuangkan cintanya untuk Rafka. Tak peduli jika dia harus menciderai prinsipnya sendiri tentang kejujuran dan fair play.

"Bukan begitu, Frey. Seperti yang kamu bilang, ini bukan sinetron tapi bisa jadi memang ada dua orang yang mirip, walaupun kemungkinannya cuma nol koma sekian persen." Rafka mencoba menenangkan Freya. Gadis itu pasti sedikit tersinggung karena Rafka memilih untuk tidak mempercayai ceritanya.

"Aku kenal Ana, Frey. Aku yakin Ana nggak mungkin berani berpakaian minim begini. Sekarang aku tanya, apa kamu sendiri yang ambil foto ini?"

"Jelas lah."

"Tapi kamu nggak samperin 'Ana', kan?" Rafka membuat gerakan tanda kutip saat menyebutkan nama Ana. Gestur yang menunjukkan kesangsiannya.

"Kamu pikir aku mau datang ke tempat hina macam Exotic Cafe? Aku sengaja bawa mobilku lewat sana selama beberapa hari, baru aku bisa lihat dia lagi. Aku bukan cewek doyan clubbing yang dengan santainya bisa nongkrong di tempat seperti itu cuma untuk nungguin Ana muncul."

Rafka sangat memahami sikap protektif Freya terhadapnya. Sahabatnya itu hanya ingin yang terbaik baginya agar dia tidak salah memilih kekasih. Rafka pun akan melakukan hal yang sama untuk pada Freya, memastikan gadis itu memilih lelaki yang tepat. Sebenarnya, Rafka merasa tak enak hati setelah mendengar perjuangan Freya demi mendapatkan foto Ana versi Exotic Cafe itu.

Love Will Find A Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang