"Lemah?! Iya? Aku tau kak tubuh aku lemah. Kalo capek sedikit aja bisa kaya gini dampaknya. Aku paham kak, aku sangat-sangat mengerti keadaan tubuh aku. Tapi aku malah lebih tersiksa kalo aku ngga ngambil mata kuliah tambahan. Mata kuliah aku semester ini sedikit, makanya aku sampe ngambil tambahan kak. Aku ngga bisa diem aja disini kangen setengah mati sama kakak. Aku harus cari kesibukan biar aku ngga terlalu mikirin kakak disana." kini suara Syifa yang menggema di lorong sepi rumah sakit itu.

Melihat ada beberapa orang yang sedang menonton mereka, Syifa berlari keluar dari Rumah Sakit tersebut menuju mobil Rizky.

Rizky yang melihat Syifa berlari pun mengejarnya, dengan cepat ia ambil kunci mobilnya lalu ditekannya tombol untuk membuka pintu mobil tersebut, membantu Syifa agar masuk ke dalamnya. Hingga Rizky sampai di dalam mobilnya, Syifa sudah menangis tidak karuan. Rizky menangkup wajah Syifa.

"Aku mohon, tolong kamu..." lagi-lagi Syifa menyela perkataan Rizky.

"Tolong kak, jangan suruh atau larang aku buat ngga ambil matkul tambahan lagi. Aku udah jalanin setengah jalan semester ini."

"Aku emang belum bisa larang dan nyuruh kamu gitu aja karena status aku sekarang masih hanya sebagai pacar kamu. Seandainya aku bisa, aku akan nyuruh kamu berhenti kuliah saat ini juga." Ucap Rizky dengan penuh keyakinan. Ia tatap mata Syifa langsung di manik matanya. "Bilang Syif, apa yang harus aku lakuin saat ini buat kamu, supaya kamu ngga tersiksa karena aku kuliah disana? Bilang sama aku." mata Rizky mulai berkaca-kaca.

Syifa tergugu. Ia tidak menyangka Rizky berbicara seperti itu.

Dilihatnya Syifa hanya menangis dan mengerjabkan matanya, Rizky berbicara lagi. "Kamu punya solusi lain untuk kita sekarang? Kamu inget kan, dulu kamu juga yang nyuruh aku buat kuliah disana, ngejar cita-cita aku sayang.." lirih Rizky.

"Kamu mau aku nikahin kamu sekarang? Kamu berhenti kuliah, terus kamu akan ikut tinggal disana sama aku. Kamu mau sayang?" Rizky sudah tidak memikirkan apa-apa lagi, ia tidak mau membuat Syifa menunggu dan tersiksa lagi. Selama ini sudah cukup dirinya saja yang menahan itu semua, tidak boleh dengan Syifa.

"Ngga semudah itu kak." Syifa benar-benar tidak tahu kemana arah pikiran Rizky saat ini.

"Then make it easy, sayang." Rizky menggenggam tangan Syifa.

Syifa benar-benar tidak mengerti dengan sikap Rizky saat ini. Rizky benar-benar serius berkata seperti itu. Syifa tidak menyangka Rizky akan segitunya dengannya. Syifa kehabisan kata-kata. Dengan tubuh yang gemetar ia peluk erat tubuh Rizky, menangis di tempat ternyamannya, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Rizky hingga baju laki-laki itu basah karena tangisannya. Syifa benar-benar merasa dirinya egois saat ini, ia hanya mementingkan dirinya sendiri yang terjebak dalam kerinduan. Seharusnya ia juga memikirkan Rizky, yang sama tersiksa dengannya karena berpisah jauh dari dirinya. Rizky sedang mengejar cita-citanya. Seharusnya Syifa mengerti itu, bukan menjadi gadis yang cengeng seperti ini.

Rizky tak kalah erat memeluk tubuh Syifa. Ia menangis menenggelamkan wajahnya di bahu gadis itu. Satu tangannya mengelus punggung Syifa, sedangkan satu tangannya mengelus kepala dan rambut gadis itu.

"Maafin.. aku kak.." ucap Syifa disela tangisnya. "Aku cengeng, aku lebay banget ya kak." Syifa tersenyum kecut, masih dengan tangisnya.

"Ngga papa, aku jadi tau kalo kamu segininya sayang sama aku." bisik Rizky tepat di telinga Syifa. Mereka berdua masih belum melepaskan pelukannya.

"Aku egois banget ya kak. Aku ngga mikirin kakak yang juga kesiksa disana kaya aku. Kecuali kalo kakak ketemu sama cewek-cewek cantik......."

Rizky refleks melepaskan pelukannya. "Kok kamu tau?"

Another Side - CompletedWhere stories live. Discover now