~46-(Hari pertama)~

198K 11.3K 506
                                    

°°Siapkan hatimu saat kamu sudah memutuskan untuk mencintai. Karena mencintai bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang luka.°°

***

Gadis dengan baju berlengan panjang menuruni tangga menuju ruang makan. Matanya bengkak dengan wajah yang teramat datar.

Mefla, dia adalah Mefla. Semenjak pembahasan kemarin bersama Papanya, gadis itu tidak henti-hentinya menangis. Rasanya dia sangat ingin melawan Papanya, namun percuma. Semuanya akan berakhir sia-sia. Mefla hanya sedang berusaha memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Begitu sampai di meja makan, gadis itu malah berbalik hendak pergi dari sana.

"Mau kemana kamu? Makan!"

Itu suara Papanya. Mefla sedang tidak ingin beradu mulut. Terlebih dengan Papanya.

Mefla duduk di kursi samping Mamanya. Gadis itu lebih memilih memakan roti dengan selai kacang. Padahal di sana Mamanya membuat nasi goreng kesukaanya.

Gadis itu mulai memakan rotinya. Namun, suara Papanya membuat nafsu makanya hilang begitu saja.

"Kamu harus persiapkan diri kamu, Mefla. Waktu kamu hanya seminggu."

Mefla bangkit dari duduknya, "Terserah." Ketusnya lalu gadis itu segera memgambil tasnya dan keluar dari rumah. Sepagi ini.

"Pa, jangan memaksa, Mefla." Tegur Nesa, Mama Mefla.

"Aku tidak peduli. Mefla tetap harus kuliah di London." Tegasnya.

Nesa bangkit dari duduknya lalu dia menatap suaminya jengah, "Kamu memang tidak pernah berubah, Adrian. Tetap egois!"

"Aku melakukan ini agar Mefla bahagia, Ma!"

Nesa tersenyum tipis, "Bahagia? Bahagia apa yang kamu maksud? Kebahagiaan dia ada di sini. Kenapa kamu malah membuatnya bersedih seperti ini?"

"Dia akan menjadi orang yang sukses kelak."

"Adrian, aku tau maksud kamu. Tapi caramu salah, bukan seperti ini."

Setelah itu Nesa pergi meninggalkan Adrian.

●●●

Mefla berjalan dengan mata yang berkaca-kaca. Dia lelah menangis terus-terusan seperti ini. Mefla tidak membenci Papanya, dia hanya tidak suka dengan Papanya yang seenaknya, Papanya yang egois dan tidak pernah memikirkan apakah Mefla suka dengan keputusannya atau tidak.

Mefla menghentikan langkahnya lalu gadis itu mengambil handphonenya. Gadis itu melanjutkan langkahnya sambil melihat satu persatu foto-foto semua orang yang dia sayang.

Mefla tersenyum pedih, "Gue nggak bisa kuliah bareng kalian," gumam Mefla sambil menatap fotonya bersama keempat sahabatnya.

Lalu gadis itu menggeser foto, kemudian munculah foto Billy yang sedang tersenyum paksa. Mefla manahan tangisnya, "Apa gue yang akan ngingkari janji? Apa gue yang akan ninggalin lo?" Gumamnya lirih.

Air matanya menetes saat melihat beberapa fotonya dengan Billy yang dia ambil secara tiba-tiba. Wajah datar, sifatnya yang ketus, cuek, dingin. Namun, laki-laki itu tidak terduga. Tangis Mefla pecah, gadis itu sudah lelah menangis. Tapi kenapa air matanya tak habis-habis juga?

My Cold Ketos✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang