**

"Mod, ngga kerasa yaa kita udah mau enam tahun sama-sama." Adipati menciumi tangan Maudy yang sedang digenggamnya.

Maudy menatapi Adipati sembari tersenyum haru. "Makasih ya Adi, kamu selama ini udah nemenin aku."

"Apapun yang terjadi sama kamu, aku pasti selalu di samping kamu. Kamu malu ngga punya pacar kaya aku?"

Maudy tertawa mendengar pertanyaan Adipati. "Kita udah jalan enam tahun bareng-bareng, terus kamu baru nanyain ini ke aku? Adi adi....." Maudy mengelus lembut rambut Adipati masih dengan tertawa.

"Yeh, serius aku Mod."

"Malu nggak yaaaaaa." ledek Maudy.

Adipati menautkan kedua alisnya. "Kamu malu?"

"Engga kok. Ngapain malu?"

"Aku kadang suka ngerasa ngga pantes aja buat kamu. Kamu cewek baik-baik, sedangkan aku kaya gini."

Maudy menegakkan tubuhnya. "Kamu gimana maksudnya?"

"Yaaa begini." Adipati enggan menjelaskan.

"Bad boy?" tanya Maudy. Dengan ragu, Adipati mengangguk.

"Adi, kamu tuh orang yang paling aku sayang setelah keluarga aku yang bisa aku milikin." Maudy mengelus dahi Adipati. "Aku ngga pernah nuntut kamu supaya jadi lebih baik. Karena kamu kaya gini punya alasan dan aku tau kamu itu kalo ribut sama orang pasti ngebela mereka yang benar. Dengan keadaan aku yang kaya gini, aku sangat sangat beruntung punya kamu di sisi aku. Aku minta maaf ya selalu aja nyusahin dan ngerepotin kamu." Maudy menunduk, matanya mulai berkaca-kaca.

"Mod, mulai deh. Kenapa jadi kamu yang minta maaf sih? Udah udah jangan nangis lagi." Adipati menyeka air mata Maudy yang sudah jatuh di pipi gadis itu. "Aku janji, mulai sekarang aku akan berubah untuk kamu."

"Ngga usah janji-janji. Buktiin aja dulu." Maudy meledek Adipati.

"Gitu? Okay!" Adipati mengangguk mantap.

Hening sesaat. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Mod, kalo aku nikahin kamu gimana?" tanya Adipati tiba-tiba.

Mulut Maudy terasa kelu ketika ingin menjawab. Akhirnya ucapan itu keluar dari mulut Adipati. Ini yang sangat ia takutkan, walaupun ada perasaan senang di dalamnya. Mengapa takut? Takut jika dirinya tidak bisa menemani Adipati dalam beberapa tahun ke depan. Mengingat ia mempunyai penyakit jantung. Kalau sudah begini, Maudy merasa pesimis. Takut-takut ia akan meninggalkan dunia selamanya dalam waktu yang dekat.

Adipati menyadarkan Maudy dari lamunannya. "Mod?"

"Eh, iyaa...."

"Kok bengong?"

"Ngga kenapa-napa." Maudy menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Kita udah cukup lama pacaran. Aku pengen ngelamar kamu Mod." ucap Adipati dengan yakin. Dasar tidak romantis. Apabila laki-laki lain ingin melamar kekasihnya, mereka akan membuat surprise dan minimal memberikan cincin, tetapi tidak untuk Adipati. Ia cukup berkata ingin melamar Maudy.

Belum Maudy menjawab, suara dering handphone nya berbunyi, membuat Maudy bernafas lega. Maudy mengangkat panggilan tersebut. Kemudian raut wajahnya berubah menjadi semakin lesu.

**

"Meg! Gue sebentar aja yaa disini." Syifa berbicara sedikit berteriak karena dentuman suara yang kencang dari lagu yang dimainkan oleh DJ.

Syifa berada di sebuah club tempat mereka biasa nongkrong. Ia ingin menemui Meggy karena Meggy ingin mengembalikan laptop Syifa yang ia pinjam tadi di kampus, Syifa harus mengambil malam ini juga karena ada beberapa tugas yang harus selesai besok hari. Maka dari itu, Syifa menemui Meggy di club tersebut, karena Meggy, Amy, dan Ali sedang berada disana.

Another Side - CompletedOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz