Misunderstand

91 9 2
                                    

Happy reading :-)

---

"I’m sorry?” Pria bermanik gelap ini terheran akan namanya yang disebut detektif itu.

Terlukis jelas bagaimana emosi mulai menyulut diri lelaki dengan wajah khas asia nya ini.

Kian mencondongkan tubuhnya menghadap sang lawan bicara disertai tatapan elangnya.


Kepalan tangannya semakin lama semakin menguat, hingga buku-bukunya memutih saat nama itu terus mengiang di indra pendengarannya.

Wilford...” Ulangnya. Terkhusus untuk Jack, tak jauh beda ia juga menyuguhkan sorot tajamnya.

Hey! Itu namaku, sebenarnya-“ Seru Jack dengan rahangnya yang mengeras menatap nyalang pada Harry. 

Seketika dipotong si lawan bicara.

Of course I know."

"Just. Listen to me."

Opsir itu berupaya agar tak tersulut api yang mulai menguasainya, sama halnya seperti si lawan bicara.

Di sisi lain, Hana merasa khawatir akan percakapan ini. Diri perempuan itu takut akan terjadinya baku hantam jika amarah kedua pria ini semakin membara.

Skandar. Ia masih memerhatikan dengan seriusnya kedua pihak ini.

"Seseorang yang masih sedarah denganmu.” Balas Harry mulai menjelaskan poin pertama, setelah memejamkan kedua matanya menahan percikan kecil emosi dalam dirinya.

Beberapa saat Jack masih belum membalas perkataan si detektif.

Masih dengan raut yang sebelumnya. Serta nafas yang memburu.

Hey Harry!"

"Kau sendiri yakin dengan ucapan kau itu?” Kini pria beralis tebal alias Skandar yang bersuara dengan nada menantangnya.

[Harry]

Waktuku tidak banyak.

Tentu saja mereka akan menganggapku tak waras.

Awas saja kau J!

Aku tak akan kalah dari niat busukmu selama ini.

Aku yakin.

Mereka dapat mengalahkanmu!

“Wajar jika sekarang kalian menganggap ini semua hanya bualan. Nanti kalian juga akan sadar dengan sendirinya.” Ujarku, sebisa mungkin agar tidak terang-terangan terhadap hal apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

Akan ada konsekuensinya jika mengatakan secara terang-terangan.

Ya! Tentu saja. Tatapan mereka masih lekat terarah padaku.

Terutama yang bernama Jack.

S-Sir..."

"Aa-a... Saya ingin tahu bagaimana soal pelaku yang menyerang rumah teman saya semalam itu. Jadi apa yang kau sebut dengan orang yang,"

"...bernama Wilford itu adalah saudaranya sendiri?” Tanya wanita yang kurasa berusia tak jauh dariku.

Wajahnya penuh selidik. Terlihat dari ekspresinya yang tidak jauh beda dari dua orang lainnya.

Sebelum kujawab pertanyaan dari si pirang ini, Jack langsung bersuara.

Sudah kuduga.

“Jadi yang kau maksud itu John, huh! Mustahil jika orang yang sudah mati melakukannya.” Tatapan juga tawa sinis pria keras kepala ini tertuju padaku.

Black RoseWhere stories live. Discover now