His Hunter

32 7 0
                                    

tw: terdapat beberapa adegan dan ucapan yang mungkin tidak cocok untuk usia pembaca.

You're gonna die
I'm gonna kill you

---

Napas wanita itu kian tak beraturan. Berupaya secepat mungkin melangkahkan kakinya saat menyadari gelagat mencurigakan dari seorang pria. Pria yang menggunakan jaket kulit.

Sudah lebih dari lima belas menit dirinya mengekori langkah si wanita.

Sebuah pistol berisi beberapa butir peluru kini sudah berada dalam genggamannya.

Ia melangkahkan kedua tungkai. Mengejar yang diyakininya adalah orang terdekat dari target incarannya, selama puluhan tahun.

Mmm...

Mm... mmm... mmhm...mhmmmm.....

Sekuat mungkin lelaki itu menahan tawanya dalam diam. Mengatupkan kedua bibirnya serapat mungkin. Berupaya agar tawa menyeramkan itu tidak meledak keluar. Mencoba mengendalikan dirinya akibat adrenalin yang kini meningkat hingga nyaris melebihi batas.

Kini, tatapan serta seringai tajam itu semakin jelas menghiasi wajahnya.

Wajah yang dihiasi sebuah goresan gelap memanjang di bagian bawah mata kanannya. Meruncing hingga berakhir di ujung dagu pria itu.

"Sebentar lagi. Ya! "

"-nyawamu akan berakhir setelah dia kuhabisi dahulu." Bisiknya perlahan sembari mengarahkan bidikan senapan ke arah wanita berambut pirang yang semakin menjauh ketika menyadari keberadaannya.

Bidikannya tersebut kini sudah berada di daerah kepala wanita itu.

Hanya menunggu satu tarikan jari saja, sudah dipastikan kepala wanita itu akan bolong.

Sayangnya sebelum pelatuk itu sempat ditekan, sebuah tangkisan berhasil menjatuhkan benda itu dalam hitungan detik.

"Siapa itu!" Teriaknya geram. Ketika melihat ke sekeliling, sepasang matanya terbelalak kala mendapati keadaan senapan kesayangannya kini sudah terbelah menjadi dua bagian.

Tak sampai di sana.

Sebuah tumbukan keras mendarat, menghantam perutnya tanpa dapat ia sadari di detik sebelumnya. Seketika tubuhnya terhuyung ke belakang namun tidak sampai jatuh.

Dengan sesegera mungkin dirinya mencoba berdiri tegak kembali. Sementara sorot mata kelam itu masih gigih mencari siapa orang yang berani menggagalkan kegiatan berburunya itu.

Mengalihkan penglihatan ke depan, kini wanita itu sudah lenyap dari pandangannya.

Lagi, serangan itu kembali menghujam. Sekarang dagunya yang harus merasakan.

"Siapa itu? Di mana kau?!" Dirinya masih kebingungan akan orang yang menghabisinya ini tak kunjung dapat ditangkap netranya. Peluh semakin membasahi wajahnya. Namun, dirinya tetap tak gentar.

"Keluar! Sekarang juga!"

"Berani-beraninya kau menggagalkan rencanaku?" Ucapnya lantang ke segala arah.

Black RoseWhere stories live. Discover now