Don't Be Afraid

80 12 1
                                    


"Aaaakkh!"

Lelaki itu tersadar dari alam mimpinya.

Tidur yang dihinggapi mimpi aneh namun terasa sangat nyata baginya.

"Jack, Jack! Tenanglah, kendalikan dirimu," Hana segera mendekati pria itu dan memegangi bahunya yang masih naik turun disertai pernafasan yang tersengal-sengal.

"Atur nafasmu perlahan-lahan..." Hana berusaha memberikan ketenangan dengan mencontohkan dirinya yang menghembuskan nafas secara teratur agar pria itu dapat nengikutinya.

Berangsur-angsur akhirnya Jack dapat lebih rileks setelah berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin.

Seorang dokter dengan tanda pengenal bertuliskan "Ashley C." didampingi seorang perawat mendatangi mereka, lebih tepatnya Jack.

Ia segera melakukan beberapa pengecekan terhadap kondisi lelaki itu.

Sedangkan yang diperiksa hanya duduk tenang bersandar di dashboard ranjang. Namun pikirannya tetap tak bisa tenang.

Peristiwa apa yang tadi itu ?

Benak Jack kembali disibukkan dengan kejadian yang tidak dipahaminya sama sekali.

Dirinya bahkan meyakini bahwa ia akan segera mati ketika melihat cahaya putih yang kian menyilaukan indra penglihatannya.

Dan yang paling penting, mengapa mimpi itu terasa tidak asing?

Di lain tempat, Alex menemani Skandar untuk menghubungi pihak kepolisian.

Mereka sengaja keluar ruangan agar tidak menggangu Jack, maka hanya Hanalah satu-satunya yang berada di sana bersamanya.

"Kondisi tuan sudah cukup stabil, namun untuk lebih memulihkan keadaan anda dan juga bekas jahitan di tangan, alangkah baiknya jika tuan ditangani oleh kami selama beberapa hari ke depan."

Ini berarti dokter berambut pendek itu, meminta Jack agar bersedia untuk dirawat di sini.

Bukanlah Jack, jika ia mau berada di atas ranjang dalam waktu yang lama. Oleh sebab itu pria ini menolak tawaran dari si dokter secara halus.

"Aku merasa sudah cukup baik Dok. Lebih baik aku memilih rawat jalan saja. Rasanya tidak betah berlama-lama di sini." Tutur Jack menolak himbauan si dokter itu.

"Anda yakin kondisi saat ini telah baik-baik saja?" Dokter itu melihat ke hasil pengecekan tubuh Jack yang tertera di selembar kertas si perawat.

"Ya." Dirinya tak mau berkoar-koar lebih lama. Dirinya harus menuntaskan segala kekacauan yang terjadi padanya dan juga sahabat wanitanya itu.

Setelah cukup lama bernegosiasi dengan dokter berambut pendek itu, akhirnya Jack diperbolehkan untuk pulang, dengan catatan harus melakukan anjuran dari sang dokter terhadap kesembuhan dirinya sendiri.

[Jack]

"Mana yang lainnya?" Tanyaku pada perempuan yang berjalan di sampingku.

"Mereka di ruang tunggu untuk menghubungi kepolisian Jack," Hana menjelaskan keberadaan mereka tanpa menoleh.

"Itu mereka!" Perempuan ini berseru, akupun mengikuti arah matanya.

"Hey!" Alex berlari ke arah kami.

"Bagaimana keadaan mu?" Ia malah tak berhati-hati menyenggol lenganku yang dijahit. Dasar!

"Aww!"

"Bisa tidak kau itu lebih hati-hati?" Ucapku mendengus kasar.

"Hati-hati Lex!" Ujar Hana menghadang pergerakan Alex yang semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku seraya merangkul pundakku.

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang