Her Decision

57 7 0
                                    

[Hana]

"I'm so nervous,"

Baik Hana. Kau harus tenang, jangan buat pilihan yang salah.

Dengan perlahan kupejamkan kedua mata, tanganku bergerak untuk mengambil sebuah gulungan kertas kecil diantara tiga kertas lainnya yang berada di tangan Jack.

Saat membuka mata, terteralah sebuah kata. Kuhela nafasku berusaha agar tetap tenang.

"Ok..."

Deg

Deg

Kurasa, degupan jantungku dapat terdengar jelas saat ini.

"Norwegia!"

Oh God! Thank you for this.

"Norwegia?" Jack mengulangnya, tampak tak percaya dari raut wajahnya bercampur excited.

Aku menganggukkan kepala bersemangat.

Terdengar Alex bersorak kencang.

"Wohooo! Finally!!"

Sebuah tangan tiba-tiba merangkul ku, ternyata itu adalah Jack yang menarikku untuk menghambur ke pelukan bersama Alex.

"Maaf! Saat ini aku tidak sedang ingin berpelukan!" Seru lelaki berambut hitam yang masih saja betah duduk di sofa, tertawa geli melihat kami.

Aku sempat terkekeh dan membentuk isyarat tidak apa-apa menggunakan sebelah tanganku.

Sesaat kemudian kami mengurai pelukan hangat yang baru saja terjadi. Sudah lama sekali rasanya kami tidak melakukan hal ini.

"Kau tahu? Aku sudah menduga tempat itu yang akan muncul!"sahut Jack dengan senyum kotak khasnya.

Ya, feeling Jack kali ini benar lagi untuk sekian kalinya. Entah "kekuatan" apa yang ia miliki sehingga setiap jawaban yang ia tebak sebelumnya hampir 95,9% memang benar terjadi.

"Akhirnya, aku dapat berseluncur lagi, yay!" Teriak Alex, wanita itu masih mengekspresikan kegembiraannya.

🥀🥀🥀

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku saat melihat Skandar duduk di kursi kayu seorang diri yang berada di pinggir halaman belakang rumah Jack.

Ia menoleh tanpa membalas sapaanku. Terdapat kerutan di sekitar dahinya. Aku yakin ada sesuatu yang mengganjal di benaknya saat ini, jika wajahnya sudah terlihat seperti yang kulihat sekarang.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung memposisikan diri untuk duduk sebelahnya.

Sore ini langit tampaknya ingin memanjakan mata kami dengan memamerkan keindahan berupa pancaran cahayanya dengan kilauan oranye keemasan disertai gradasi ungu violet yang unik sebagai kombinasinya.

"Apa yang sedang kau baca?" Lagi, kucoba bertanya. Penasaran dengan fokusnya yang begitu serius ke ponsel itu.

Masih sama saja, ia tetap bergeming. Lalu segera memasukkan ponsel ke sakunya. Aku semakin penasaran dibuatnya.

"Bu-bukan apa-apa." Ucapnya terbata.

Aneh sekali. Aku semakin yakin jika memang ada sesuatu yang tidak beres.

"Mmm, apa kau yakin?"

"Ayolah, aku ini bukan orang yang baru mengenalmu kemarin, Skan!"seruku lebih intens menatapnya penuh.

Black RoseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora