Friendship

75 13 0
                                    

Setahun sudah berlalu semenjak pesta kelulusan kampus yang mereka lakukan di Cambridge University dengan merayakan acara sederhana yaitu pesta di rumah Hana. Ya, dapat dibilang malam itu adalah malam yang sangat berkesan bagi mereka berempat.

Sebenarnya kampus mereka juga sudah mengadakan pesta kelulusan sebelumnya, namun mereka ingin membuat pesta yang lebih seru lagi untuk mereka berempat saja.

Pesta kelulusan kampus terasa begitu membosankan, yang ada hanya pertunjukan drama dengan kisah yang sudah sering dipentaskan, band yang tidak menarik minat bagi penontonnya, serta paduan suara yang terdengar seperti alunan melodi yang mengerikan.

Oleh sebab itulah, empat sahabat ini berinisiatif mengadakan acara yang lebih "eksklusif" khusus untuk mereka saja.

Mereka sepakat, jika ada yang mendapat nilai (IPK) tertinggi saat kelulusan, maka ia yang akan mengadakan pesta di rumahnya.

Alhasil saat pengumuman nilai akhir, sudah bisa diduga si otak emas alias Hana yang mendapat nilai tertinggi diantara Skandar, Jack dan Alex.

🥀🥀🥀

[Hana]

"Guys!" seruku membuka percakapan pada Alex dan Skandar. Hal inilah yang kutunggu-tunggu sejak lama. Mengajak mereka untuk pergi liburan musim dingin bersama.

Kami sedang berada di cafe yang terletak di pusat kota. Memilih tempat duduk yang bersisian dengan kaca transparan sehingga memungkinkan kami untuk melihat ke arah luar yang menyajikan pemandangan lalu lalang kendaraan serta pejalan kaki yang masih cukup ramai.

Satu orang dari kami tidak bisa hadir, ia beralasan sedang diserang radang tenggorokan.

Alex segera menoleh sejenak ke arahku, menantikan kelanjutannya.

"Mhmhmh...,"

"apakah kalian ingin menghabiskan libur musim dingin bersama?" tanyaku bersemangat.

"Maksudmu?!" Alex terheran. Lalu aku hanya melihat ke sampingnya dimana seorang pria sibuk dengan ponselnya sedari tadi.

Aku segera menjentikkan jari dihadapannya.

"What?!" balasnya yang masih menyumbat telinganya dengan headset. Memutar bola mata kesal, lalu segera kembali ke topik yang ingin kuutarakan.

"Aku punya ide, bagaimana kalau liburan musim dingin kali ini kita habiskan bersama!" ulangku yang tidak seantusias sebelumnya.

Akhirnya Skandar mengerti maksudku dan melepas headsetnya.

"Jadi gini, saat ibuku di rumah, ia menyuruhku untuk berlibur bersama kalian. Jika kita sudah tau destinasinya maka dia akan memesankan tiket pesawat untuk kita," ucapku sudah kehilangan mood.

"Benarkah? Kau tidak sedang bergurau kan?" Skandar seolah tidak percaya. Dirinya tampak menatapku lebih intens kali ini. Aku hanya mendengus pelan.

"Itu hadiah dari kelulusanku tahun lalu dan sebagai permintaan maaf karena tidak memiliki banyak waktu untuk berkumpul bersama." jelasku berusaha mendapatkan moodku kembali.

"Mengapa raut mukamu? Bukankah kau senang?" usahaku gagal dan pria beralis tebal itu dapat membacanya.

"Bukan apa-apa. Aku hanya merasa aneh. Baru kali ini ia bersikap manis seperti itu."

Aku merasa seperti ada yang mengganjal namun aku tak tahu itu apa. Biasanya ibu menghubungiku hanya untuk sekedar menanyakan kondisi rumah dan tak pernah menanyakan kehidupan kuliahku.

Sampai-sampai ibuku nyaris lupa bahwa tahun lalu aku wisuda jika saja aku tak mengingatkannya.

"Oh ya sudah, don't over think about that," seolah ia dapat membaca pikiranku lagi. Aku hanya menaikkan alisku, berusaha untuk tidak mengundang pikiran negatif.

Black RoseWhere stories live. Discover now